Hari Minggu Biasa XXIX (16 Oktober 2022)
Kel. 17:8-13; Mzm. 121:1-2,3-4,5-6,7-8; 2Tim. 3:14 – 4:2; Luk. 18:1-8.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.” (Luk 18:1)
Bapak-Ibu, Saudara saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus.

Kata-kata Yesus pada ayat di atas disampaikan kepada para murid-Nya termasuk juga kita dalam konteks perumpamaan tentang seorang janda yang terus-menerus menemui hakim untuk memperjuangkan haknya. Perumpamaan ini digunakan untuk menegaskan tentang keharusan bagi kita supaya selalu berdoa dengan tidak jemu-jemunya.
Kalau dibaca begitu saja, kita bisa keliru memahami maksud perumpamaan itu. Seolah-olah kita disuruh mengejar-ngejar Tuhan agar memberikan jawaban atas apa saja yang kita mohonkan. Doa bukan pertama-tama soal permohonan tetapi tentang relasi/ hubungan dengan Tuhan. Yesus memuji janda itu karena kegigihan dan ketekunannya dalam menghubungi hakim. Relasi/hubungan kita dengan Tuhan, kita ungkapkan dalam doa. Seberapa intim relasi kita dengan Tuhan? Mari kita coba untuk menyikapi relasi/ hubungan kita dengan Tuhan.
Jika kita berhubungan dengan Tuhan hanya ketika kita menginginkan sesuatu, kita tidak bertindak seperti yang Yesus ajarkan. Tetapi seberapa besar intensitas hubungan kita dengan Tuhan? Ibarat sebagai ungkapan iman kepada Tuhan, doa bagaikan nafas kita. Ketika nafas kita terganggu kita akan mencari bantuan oksigen supaya kita tetap hidup. Demikian hubungan kita dengan Tuhan. Tanpa doa, relasi kita dengan Tuhan terputus. Jarak kita dengan Tuhan serasa jauh . Maka Doa mesti kita lakukan secara intens supaya hubungan kita dengan Tuhan makin dekat dan mesra.
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus.
Pasangan suami istri atau sepasang sahabat memahami dengan sangat baik pentingnya relasi. Supaya hubungan mereka tetap terjalin dengan harmonis mereka akan selalu mengupayakan komunikasi secara intens. Pasangan suami istri atau sahabat yang sudah mulai jarang berkomunikasi, ada dalam bahaya keretakan dan tidak mustahil hubungan pun terputus. Jika tidak mampu berkomunikasi dengan baik, frustrasi dan konflik yang akan terjadi.
Jika Tuhan kita rasakan lamban dalam menjawab apa yang kita mohon, kita mesti bertanya pada diri kita sendiri. Apakah relasi kita dengan Tuhan sudah dekat? Apakah kita setia berdoa dan berkomunikasi dengan Tuhan? Apakah kita juga rajin mendengarkan Tuhan yang hendak berbicara dengan kita?
Jika kita mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara positif, kita tidak akan pernah merasakan lagi bahwa Tuhan mengulur-ulur waktu dan tidak peduli dengan kita. Mari kita coba!
Marilah berdoa: Bapa didalam surga, Aku berterimkasih atas perlindungn-Mu. Firman-Mu memberitahukanku bahwa Engkau menyapaku setiap saat untuk mengulurkan tangan-Mu untuk selalu dekat dengan-Mu. Aku mohon Engkau mengampuniku dalam pertobatanku agar aku pantas dan selalu dapat dekat-Mu. Terima kasih Tuhan atas perlindungan-MU atas penyelenggaraan-Mu buat keluarga kecilku. Setiap hari aku selalu percaya bahwa tidak ada yang bisa mengganggu aku dan keluargaku karena Engkau selalu bersamaku. Amin.
Berkah Dalem.
Chatarina Endang Muriatin
Lingk. St. Lusia
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu