Jam Suci (Hora Sancta)
Jam Suci (Hora Sancta – Latin) bertujuan untuk menemani Yesus dalam doa dan sakrat maut-Nya di Taman Getsemani.
Pada malam terakhir itu Yesus berkata kepada ketiga rasul-Nya yang terpilih: Petrus, Yohanes dan Yakobus. “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” (Mat 26:38). Tetapi ketiga rasul itu gagal memenuhi permintaan Yesus. “Mata mereka sudah berat” lalu mereka tertidur. Apa reaksi Yesus? Dia menegur mereka katanya, “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam saja dengan Aku!” (Mat 26:40).
Dalam suatu penampakan kepada Santa Margareta Maria Alacoque pada tanggal 2 Juli 1674, Yesus mengatakan kepadanya, “Setiap Kamis, malam Jumat, Aku akan membuat engkau ikut ambil bagian dalam kesedihan sampai mati seperti yang Ku-rasakan Sendiri di Bukit Zaitun. Kesedihan itu akan memasukkan engkau dengan cara yang tak terpahami bagimu dalam sakrat maut yang lebih berat rasanya daripada maut itu sendiri. Maka, hendaknya engkau bangun malam hari antara jam sebelas dan tengah malam untuk menemani Aku dalam doa yang Ku-panjatkan dengan penuh kerendahan hati kepada Bapa dalam keadaan takut dan ngeri yang hebat. Dalam doa itu engkau akan sujud bersama-Ku sampai ke tanah untuk meredakan murka Ilahi sambil memohon belas kasihan bagi orang-orang berdosa. Juga untuk sekedar mengurangi kekecewaan-Ku ketika ditinggalkan oleh para rasul-Ku, sehingga terpaksa menegur mereka karena tak sanggup berjaga-jaga satu jam saja bersama-Ku. Selama satu jam itu hendaknya engkau melakukan apa yang akan Ku-ajarkan kepadamu.”
Dalam liturgi, Jam Suci dilakukan pada hari Kamis Putih, sesudah Upacara Mengenangkan Perjamuan Tuhan serta pemindahan Sakramen Mahakudus ke tempat penyimpanan. Umat diberi kesempatan mengadakan tuguran di depan Sakramen Mahakudus hingga tengah malam.
Acara pokok Jam Suci adalah merenungkan sengsara Kristus, baik lahir maupun batin, serta merenungkan segala dosa dan penderitaan dunia yang telah ditebus oleh-Nya. Dalam kelompok, Jam Suci diawali dengan pembacaan Kitab Suci yang sesuai, renungan, saat hening untuk doa batin para peserta, serta biasanya diselingi dengan doa dan nyanyian bersama.
Sekarang Jam Suci biasa dilakukan pada malam Jumat Pertama, Jam Suci bisa dilakukan sebagai devosi pribadi ataupun devosi kelompok. Sedapat mungkin dilakukan di gereja atau di kapel, di depan tabernakel atau di depan pentahtaan Sakramen Mahakudus.
Adorasi Sakramen Maha Kudus
Adorasi Sakramen Maha Kudus adalah tindakan penyembahan kepada Tuhan yang hadir dalam rupa Hosti yang telah dikonsekrasikan. Berpegang pada janji yang diberikan oleh Yesus dalam Perjamuan Terakhir, yang mengatakan, “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah Darah-Ku”, dan oleh kuasa Roh Kudus, maka dalam doa konsekrasi yang diucapkan para imam, hosti diubah menjadi Tubuh Kristus, dan anggur menjadi Darah Yesus. Dengan demikian hosti yang telah dikonsekrasikan oleh Sabda Tuhan itu menjadi Tubuh Kristus, Sang Allah Putra.
Berdoa di hadapan Sakramen Ekaristi tersebut, sama dengan berdoa di hadapan Allah sendiri. Penghormatan terhadap Sakramen Maha Kudus ini dilakukan setiap kita berlutut ataupun memberikan hormat di hadapan tabernakel yang di dalamnya diletakkan sakramen Maha Kudus, menghormat sebelum menerima Komuni dalam Misa Kudus, ataupun pada saat Sakramen Maha Kudus ditahtakan.
Pentahtaan Sakramen Maha Kudus dilakukan oleh seorang imam atau diakon yang memindahkan hosti yang telah dikonsekrasikan ke dalam mostrans dan mentahtakannya di atas altar. Ketika hosti diletakkan di dalam mostrans, maka dikatakan sebagai pentahtaan Sakramen Maha Kudus.
Penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus mempunyai dasar dari Kitab Suci, yaitu bagaimana kita ingin mengikuti teladan para gembala dan para majus yang menghormati Kristus yang telah lahir dan diam di tengah- tengah kita. Paus Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya, Gereja dan Ekaristi, mengajarkan,
“… pandangan Gereja selalu terus terarah kepada Tuhannya, yang hadir dalam Sakramen di Altar, yang di dalamnya Gereja menemukan pernyataan sempurna akan kasih Tuhan yang tak terbatas.” (The Church and the Eucharist, 1)
…Adorasi Sakramen Maha Kudus adalah… praktek sehari- hari yang penting dan menjadi sumber kekudusan yang tidak pernah habis… Adalah menyenangkan untuk menghabiskan waktu dengan Kristus, untuk bersandar pada-Nya seperti yang dilakukan oleh murid yang dikasihi-Nya, dan untuk merasakan kasih yang tak terbatas yang ada di dalam hati-Nya.” (The Church and the Eucharist)
Walaupun hal kehadiran Yesus dalam Sakramen Maha Kudus telah diajarkan sejak jaman para Rasul, namun Adorasi tanpa henti baru dilakukan pada abad ke-6 yang dilakukan di katedral Lugo, Spanyol. Pada abad ke-12, St. Thomas Becket berdoa bagi Raja Henry II di hadapan “Tubuh Kristus yang maha agung” dan pada abad ke- 16 mulai dikenal devosi 40 jam di hadapan Sakramen Maha Kudus. Di abad ke- 19 di Perancis, adorasi tanpa henti dilakukan di dalam komunitas para biarawati kontemplatif. Akhirnya devosi ini tersebar ke seluruh paroki di seluruh dunia.
Yang dapat dilakukan saat Adorasi Sakramen Maha Kudus
Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dilakukan dalam Adorasi Sakramen Maha Kudus:
a) Ucapkanlah doa sebelum Adorasi (silahkan klik di sini.)
b) Berdoa dari kitab Mazmur atau membaca doa Ibadat Harian.
Kita dapat memilih Mazmur yang berisi pujian, ucapan syukur, permohonan ampun ataupun permohonan agar didengarkan Tuhan. Atau kita dapat pula mendoakan Ibadat Harian yang dibacakan oleh Gereja sepanjang tahun.
c) Mengulangi “Doa Yesus”
Mengulangi doa, “Tuhan Yesus, kasihanilah aku, yang berdosa ini.” Ulangilah terus, sampai hati dan pikiran anda tenang dan masuk dalam doa kontemplasi.
d) Merenungkan Kitab Suci (Lectio Divina)
Pilihlah salah satu perikop dalam Kitab Suci. Bacalah dan renungkanlah ayat- ayat tersebut. Pusatkan perhatian pada salah satu ayat yang menyentuh kita saat itu dan mohonlah agar anda dapat memahami apa yang Tuhan inginkan anda pahami akan ayat itu. Selanjutnya tentang Lectio Divina, klik di sini.
e) Bacalah riwayat hidup para Santa/ santo dan berdoalah bersama dengan mereka.
Banyak dari para orang kudus mempunyai devosi kepada Ekaristi, contohnya St. Teresa dari Lisieux (kanak- kanak Yesus), Karatina dari Siena, Fransiskus Asisi, Thomas Aquinas, dan Ibu Teresa dari Kalkuta. Kita dapat membaca riwayat hidup mereka dan berdoa bersama mereka di hadapan Sakramen Maha Kudus, semoga kitapun didorong untuk bertumbuh di dalam iman dan kekudusan seperti mereka.
f) Curahkan isi hati kepada Kristus dan sembahlah Dia.
Kita dapat pula datang dan mencurahkan isi hati kita kepada-Nya, menyadari bahwa kita berada di dalam hadirat-Nya. Kita berdoa seperti St. Fransiskus Asisi, “Aku meyembah-Mu, O Kristus, yang hadir di sini dan di semua gereja di seluruh dunia, sebab dengan salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia.”
g) Mohonlah ampun kepada Tuhan dan berdoalah bagi orang- orang lain
Kita dapat pula berdoa bagi mereka yang pernah menyakiti hati kita dan memohon rahmat Tuhan bagi mereka. Mohonlah agar Tuhan mengampuni kita, yang juga telah menyakiti sesama/ kurang memperhatikan mereka. Atau, seperti yang dianjurkan oleh St. Faustina Kowalska, kita dapat berdoa memohon kerahiman ilahi bagi seluruh dunia dan kita dapat mendoakan doa Kerahiman Ilahi tersebut.
h) Berdoalah rosario.
Paus Yohanes Paulus II mengajak kita untuk merenungkan tatapan Bunda Maria yang memandang bayi Kristus di pelukannya, saat kita berada dalam persekutuan dengan Kristus. Kita dapat pula berdoa rosario dan memohon agar bersama Bunda Maria kita dapat memandang Kristus di dalam Ekaristi.
i) Duduk sajalah dengan tenang dan alami hadirat Tuhan
Kita dapat pula duduk tenang dalam hadirat Tuhan seperti halnya kita sedang mengunjungi seorang sahabat. Duduk tenang di hadapan-Nya, dan nikmatilah hadirat-Nya. Daripada bercakap- cakap dengan-Nya, kita dapat pula diam, dan berusaha mendengarkan apa yang hendak disampaikan-Nya.
j) Di akhir Adorasi, dapat diucapkan doa penutup. Silahkan klik di sini.
Adorasi tidak sama dengan devosi
Maka Adorasi yang artinya penyembahan tidak sama persis dengan devosi. Adorasi/ penyembahan hanya diberikan kepada Kristus, sedangkan devosi yang merupakan praktek religius, dapat berupa penyembahan kepada Kristus maupun juga penghormatan kepada para orang kudus.
Melihat penjabaran di atas, maka meditasi / merenungkan tentang Kristus, sabda-Nya dan peristiwa hidup-Nya dapat merupakan bagian dari Adorasi. Namun Adorasi sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yang lain, tidak harus meditasi.
Buah-buah yang diperoleh dari Adorasi adalah pertumbuhan rohani bagi mereka yang melaksanakannya, yang diperoleh karena rahmat dari Kristus sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bahwa paroki- paroki yang rajin melakukan doa Adorasi, dan menyediakan “perpetual adoration” (Adorasi tanpa henti) akan diberkati Tuhan; panggilan imamat dari paroki tersebut akan meningkat, dan keluarga- keluarga dalam paroki tersebut dapat lebih bersatu dan bersemangat dalam melakukan tugas- tugas kerasulan.
Sumber tulisan: indocell.net dan katolisitas.org
Sumber foto: penelusuran google