Spiritualitas berkaitan dengan kata spirit atau roh yakni sesuatu yang menggerakkan seseorang dalam melaksanakan sebuah tugas, tanggung jawab atau fungsi tertentu di dalam kehidupan bersama. Spiritualitas paroki menjadi semangat bersama yang dihayati dan dihidupi oleh umat paroki untuk melangkah bersama sebagai perwujudan suatu paroki. Spiritualitas paroki St. Yosep adalah St. Yosep. Dalam perayaan Gerejawi, Hari Raya St. Yosep selalu jatuh pada tanggal 19 Maret. Peristiwa yang berdekatan dengan Hari Raya St Maria menerima Kabar Sukacita (25 Maret) memiliki kaitan yang penting. Paroki memilih nama ini juga karena ada semangat yang bisa dipetik darinya. Pokok semangat pelindung paroki dapat ditelusuri dari riwayat hidup maupun dari kisah St. Yosep dalam Injil. Dari kisah Injil dapat disebutkan bahwa Yosep adalah tokoh yang prasaja dan rendah hati serta berani bekerja (mengambil resiko, konsekuen dengan imannya). Prasaja dan rendah hati itu dapat dilihat dari “sedikitnya” kisah hidupnya dalam Injil, kendati punya garis keturunan Daud, dalam Injil Matius diperlihatkan bahwa Yosep menerima kabar malaikat agar mengambil Maria menjadi istrinya sebab anak yang ada dalam kandungan Maria adalah dari Roh Kudus (Mat 1:20). Yosep diminta memberi nama “Yesus” sebab Dialah yang akan menyelamatkan umat manusia dari dosa (bdk Mat 1:21). Yosep sebagai seorang yang telah bertunangan dengan Maria tidak ingin mencemarkan nama Maria maka ia memilih mau meninggalkan Maria. Tetapi Tuhan menghendaki lain. Yosep akhirnya mengambil resiko dan konsekuen dengan imannya. Yosep percaya akan apa yang diwartakan para nabi (bdk Mat 1:22). Yosep langsung mengambil Maria sebagai istrinya (Mat 1:24) dan menamakan “Yesus” yang lahir sebagai Emanuel. Yosep melindungi keluarganya sehingga ketika malaikat Tuhan memerintahnya untuk mengambil Maria sebagai istrinya dan memberi nama Yesus ia melakukannya. Pada saat ada bahaya, atas perintah Tuhan, Yosep juga membawa keluarganya mengungsi ke Mesir sampai apa yang ditetapkan Tuhan (bdk Mat 2:14-16).
Yosep juga tampak sangat rendah hati. Kendati sebagai keturunan Daud, trah resmi bagi Yesus, Yosep tidak banyak berbicara. Dalam kisah kelahiran Yesus, pada saat para sarjana datang, Yoseph tidaklah tampil. Mereka melihat Anak itu dan ibu-Nya lalu sujud menyembah (Mat 2:11). Penginjil Lukas bahkan sedikit sekali mengisahkan Yosep, Namanya jarang disebut! Yang pertama-tama justru Bunda Maria. Ia disebut karena ada kaitannya dengan Maria. Malaikat datang kepada perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keturunan Daud (bdk Luk 1:27). Demikian juga yang disebut pertama-tama adalah Maria seperti saat para gembala datang menyembah kanak-kanak Yesus. Mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu (bdk Luk 2:16). Maria yang berbicara kepada Yesus saat Yesus ditemukan di bait Allah (bdk Luk 2:47).
Dalam seluruh kisah Injil pun Yosep tampil pada saat penjelmaan Yesus (inkarnasi). Selebihnya tidak ada kisah lagi. Bahkan diperkirakan Yosep meninggal dunia sebelum Yesus tampil di depan umum untuk memulai karya-Nya. Keyakinan itu diperkuat dengan kisah penyerahan Maria dan murid yang dikasihi pada saat Yesus di atas salib. Diakui bahwa Maria sudah menjanda. Bahkan pada awal Gereja penghormatan pada Yosep tidak menonjol karena akan memunculkan kekuatiran bahwa tekanan berlebihan pada kedudukan Yosep dapat menimbulkan anggapan umum bahwa Yosep adalah ayah kandung Yesus.
Sekarang Yosep dihormati karena kekudusan dan martabat Maria sebagai Bunda Yesus, Putra Allah. Dari kisah hidupnya ini umat paroki dapat menimba spirit dari St Yosep. Pertama, Yosep menjadi pelindung keluarga. Keluarga-keluarga Katolik St Yosep diharapkan membangun keluarganya pada semangat hidup St Yoseph yang rendah hati dan taat pada Allah. Keluarga-keluarga katolik dapat terlindungi oleh karena kehidupan imannya yang makin terjamin dan tumbuh subur. Seperti ditegaskan oleh Romo Th. Padmowidjoyo MSC, umat paroki St. Yosep agar hidup, tumbuh dan berkembang sebagai satu keluarga dalam semangat kekeluargaan dan persaudaraan dalam kebersamaan. Kedua, Bapa Yosep juga lebih menonjol bicara dengan “kerjanya” daripada “omongannya”. Bapa Yosep dikenal sebagai pekerja keras (tukang kayu), dan tidak mudah menyerah atau lari dari kesulitan yang menimpa hidupnya. Ia mengambil resiko untuk mau bekerja bagi Yesus dan para leluhurnya. Yosep tidak mundur dari pilihannya semula. Imannya yang dewasa membaharuinya sehingga ia bekerja demi kemuliaan Allah. Bagi umat paroki, spirit ini juga menjadi kekuatan paguyuban umat dalam pelayanan dan pengabdian sehingga sebagian besar umat yang adalah pekerja (memiliki usaha pertokoan yang sejak awal dijadikan dasar berdirinya paroki) dapat penuh semangat dalam bekerja di ladang Tuhan dan dunia.
Kategori:PROFIL, Profil Paroki
ӏ loved tһіs post! ӏ read ʏⲟu blog fairly ߋften аnd
уⲟur аlways сoming ߋut աith some great stuff. Ι shared thіs
ߋn my Facebook ɑnd mу follwers loved it.
Ꮶeep uр tɦe ǥood աork.
SukaDisukai oleh 1 orang