Hari Minggu Biasa XXV (22 September 2019)
Am. 8:4-7; Mzm. 113:1-2,4-6,7-8; 1Tim. 2:1-8; Luk. 16:1-13 (Luk. 16:10-13)
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Dan Aku berkata kepadamu:Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur ,supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi” (Luk 16:9).
Bapak/Ibu, Sdr/i Sahabat Yesus terkasih.
Perikop tersebut sangat menarik bagi saya. Tentu ada alasan mengapa saya tertarik dengan ayat tersebut. Sebab saya mempunyai pengalaman dengan Mamon (keduniawian). Bagaimana Tuhan yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya dalam bentuk harta benda tetapi saya tidak dapat menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Saya terlalu bersemangat menumpuk harta keduniawian itu. Saya terus mencari dan mencari harta itu. Saya terus kelola harta yang sudah saya dapat untuk terus bertambah banyak. Terus menerus demikian irama kehidupan saya dari hari lepas hari, sampai saya lupa mengucap syukur dan berdoa kepada Tuhan.
Melalui Injil hari ini saya kembali diingatkan bahwa semua yang telah saya peroleh hanyalah titipan belaka. Dan saya harus mengelola dengan baik dan demi kemuliaan Tuhan. Pada saatnya nanti Tuhan akan meminta pertanggungan jawab saya seperti yang tertulis dalam Lukas 16: 2 “Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.”.
Sahabat Yesus yang terkasih, lewat permenungan ini saya dicelikkan mata hati saya untuk berbuat seperti yang diperbuat oleh bendahara itu. “Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.” (Luk 16:5-7)
Saya harus membagikan talenta dan berkat yang sudah saya peroleh dari Tuhan untuk sesama. Atas kesadaran itu segera saya melakukan perubahan rohani dengan ikut terlibat dalam karya keselamatan Tuhan dan siap menjadi rekan sekerja Tuhan. Dan ternyata Tuhan memampukan saya untuk setia dan mengerjakan perkara-perkara kecil dulu. Saya mencoba dari dalam keluarga dulu dengan mau membantu istri dan menemani anak-anak dalam proses belajar. Lambat laun sifat marah yang melekat dalam diri saya sedikit demi sedikit berkurang. Keluarga bagi saya adalah segalanya. Saya juga mengajak berdoa bersama dalam keluarga. Dan yang menguatkan saya sebagai seorang laki-laki dan kepala keluarga adalah apa yang ada dalam 1 Tim 2: 8 “Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci tanpa marah dan tanpa perselisihan”. Itulah kata-kata yang menguatkan saya untuk selalu dipercaya Tuhan dan menjadi rekan sekerja-Nya.
Ya Tuhan, mampukan aku untuk selalu setia dan mempertanggungjawabkan harta yang telah Engkau titipkan kepadaku, supaya aku dapat lebih menjadi hamba-Mu yang berguna. Kuatkan bila aku lemah dan mau menjauh dari-Mu. Tarik dengan belas kasih-Mu.
Kemuliaan kepada Bapa Putera dan Roh Kudus, seperti pada permulaan sekarang selalu dan sepanjang segala abad. Amin.
Berkah Dalem
Yohanes Suwasno
Lingk St. Paulus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu