RENUNGAN

Kidung Maria (Magnificat)

Hari Raya SP Maria Diangkat Ke Surga (15 Agustus 2021)

Why. 11:19a; 12:1,3-6a,10ab; Mzm. 45:10bc,11,12ab; 1Kor. 15:20-26; Luk. 1:39-56

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Jiwaku, memuliakan Allah, dan rohku bersukacita di dalam Allah, Juru Selamatku” (Luk. 1:46-47)

Aku mengagungkan Tuhan, hatiku bersukaria karena Allah penyelamatku.
Sebab Ia memperhatikan daku, hamba-Nya yang hina ini.
Mulai sekarang aku disebut yang bahagia, oleh sekalian bangsa.
Sebab perbuatan besar dikerjakan bagiku oleh Yang Mahakuasa, kuduslah nama-Nya.
Kasih sayang-Nya turun-temurun, kepada orang yang takwa.
Perkasalah perbuatan tangan-Nya, dicerai-beraikan-Nya orang yang angkuh hatinya.
Orang yang berkuasa diturunkan-Nya dari takhta, yang hina dina diangkat-Nya.
Orang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan, orang kaya diusir-Nya pergi dengan tangan kosong.
Menurut janji-Nya kepada leluhur kita, Allah telah menolong Israel hamba-Nya.
Demi kasih sayang-Nya kepada Abraham serta keturunannya, untuk selama-lamanya.

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudari yang terkasih

Setiap orang beriman katolik kiranya sangat akrab dengan kidung syukur perawan Maria diatas, yang biasa dinyanyikan atau didaraskan. Ungkapan rasa syukur dari seorang perempuan muda yang  dipilih Allah sebagai sarana dalam penyelamatan umat manusia.

Minggu ini  kita merayakan hari raya Santa Perawan Maria diangkat  ke Surga. Anugerah rahmat Allah yang ajaib diangkat ketempat tertinggi disurga. Menjadi kerinduan kita semua mendapatkan mahkota kehidupan kekal  jiwa dan raga dapat bersatu disurga

Dalam bacaan pertama dari Kitab Wahyu, kita mendengar  Tuhan memiliki rencana yang indah bagi seorang perempuan yang digambarkan berselubungkan matahari dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Perempuan itu sedang mengandung dan merasakan kesakitan menjelang ia bersalin. Perempuan itu melahirkan seorang Anak laki-laki yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi. Anak laki-laki itu direnggut dan dibawa lari kepada Allah dan kepada takhta-Nya. Sedangkan perempuan itu lari ke padang gurun di mana Tuhan Allah sendiri sudah menyediakan tempat baginya. (Why 12:1-2,5-6)

Kehadiran perempuan dan anaknya itu bukan berarti semuanya baik-baik saja. Yang terjadi justru ada ancaman serius terhadap anak yang akan dilahirkan. Sebelumnya, dikisahkan bahwa ada seekor naga merah padam, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, bermahkota tujuh. Ekornya berhasil menyapu sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya di atas bumi. Naga tersebut bahkan berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan ini segera sesudah melahirkan anaknya. (Why 12: 3-4). Untungnya naga tersebut tidak berhasil menelan anak yang dilahirkan sebab Allah melindunginya.

Dalam konteks kitab Wahyu, “wanita yang berselubungkan matahari” itu ialah Umat Allah, Israel baru, mempelai Kristus, yaitu Gereja yang melahirkan generasi baru orang yang percaya. Tapi jika “dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya” diartikan sebagai kebangkitan dan kenaikan ke surga dari Yesus, maka ayat itu merujuk kepada Yesus historis. Jika demikian, maka “wanita” itu juga adalah wanita historis, yang terdiri dari jiwa dan raga, yaitu Maria yang adalah Bunda dari Umat Allah di surga.

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudari yang terkasih

Seorang perempuan muda berumur belasan tahun tapi dipilih Allah melakukan karya Agung,  perjalanan iman yang tidak mudah, tidak ada waktu untuk bermain, bercengkrama dengan teman sebayanya tapi harus bersikap dewasa, bijaksana dikuasai Roh Kudus, menyimpan semua perkara dalam hati dan merenungkannya serta pembawa kabar sukacita.

Kunjungannya ke keluarga Zakharia dan salamnya kepada Elisabeth telah membawa kegembiraan seisi rumah juga bayi yang dikandung saudaranya itu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. (Lukas 1: 43-44). Salam  yang penuh dengan kuasa Roh kudus disampaikan secara tulus melahirkan rasa syukur dan sukacita.

Iman Maria, sebagai ibu Yesus sungguh patut kita teladani. Ungkapan iman Maria sebagai seorang ibu sungguh meneguhkan, “Jiwaku, memuliakan Allah, dan rohku bersukacita di dalam Allah, Juru Selamatku” (Luk. 1:46-47).  Konteks peristiwa Maria mengandung Yesus, selalu kita ingat dalam situasi tidak bahagia secara manusiawi.  Situasi politik yang juga memanas, di mana Herodes memerintahkan membunuh semua anak laki-laki, menjadi situasi yang sungguh mencekam.  Maria, selaku Ibu Yesus, menjalani peristiwa yang “tidak enak” tersebut dalam iman.  Betapa Maria percaya pada kehendak Allah sendiri, dan menerima kehendak-Nya dalam sukacita, sekali pun di tengah krisis pada masa itu.  Maria tidak melarikan diri atau pun menghindar dari apa yang dipercayakan Bapa, tetapi Maria senantiasa membuka diri pada kehendak Bapa, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu” (Luk. 1:38).

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudari yang terkasih

Kita semua, senantiasa mengalami berbagai peristiwa di dalam kehidupan kita masing-masing.  Tidak jarang, kita mengalami peristiwa yang “tidak enak” terlebih di situasi pandemi belakangan ini PPKM diperpanjang berulang.  Banyak di antara kita yang berjuang, baik di kantor, maupun di usahanya sendiri. Berjuang imun tubuh selalu prima, banyak keluarga, kerabat, sahabat teman, tim medis terpapar dan berguguran. Tak jarang pula, kita mungkin akan mudah “menggugat” Tuhan, ketika kita mengalami peristiwa-peristiwa hidup yang tidak kita harapkan.  Kita bertanya, “Kenapa harus Aku yang mengalami musibah ini? Padahal aku sudah melayani, rajin beribadah, menyumbangkan separuh hartaku.”  Dan masih banyak rentetan kalimat gugatan  pada Tuhan yang mudah dilontarkan ketika kita mengalami peristiwa yang “tidak enak”.

Ada beberapa hal yang dapat kita renungkan dalam bacaan minggu ini :

  1.  Kita sebagai orang beriman Katolik,  percaya Tuhan senantiasa menyertai langkah kehidupan kita. HIdup kita adalah historis kita
  2.  Maria memberikan teladan iman kepada kita, untuk percaya dan berserah sepenuhnya kepada Tuhan.

3.  Mohon rahmat Allah , agar  memampukan kita untuk berseru, “Jiwaku, memuliakan Allah, dan rohku bersukacita di dalam Allah, Juru Selamatku” (Luk. 1:46-47).

4. Berjuang sepenuh hati untuk meraih hidup kekal di surga dengan melakukan kehendakNya

Pesan Tuhan minggu ini untuk direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu kita umat Allah, Israel baru  senantiasa menyandarkan kehidupan didunia ini pada penyelenggaraan Illahi

Mulai sekarang aku disebut yang bahagia, oleh sekalian bangsa. Sebab perbuatan besar dikerjakan bagiku oleh Yang Mahakuasa,kuduslah nama-Nya

Berkah Dalem

Laurensia Moerdaninggar S

Lingk. St. Paulus

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.