Hari Minggu Palma Mengenang Sengsara Tuhan (28 Maret 2021)
Pemberkatan daun palma dan perarakan Mrk. 11:1-10 atau Yoh. 12:12-16.
Yes. 50:4-7; Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24; Flp. 2:6-11; Mrk. 14:1-15:47
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“walaupun dalam rupa Allah, Kristus Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya Ia telah mengosongkan Diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan Diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:6)
Bapak/Ibu, Saudara/I Sahabat Yesus terkasih.

Kisah sengsara TUHAN kita YESUS KRISTUS yang kita dengar pada hari Minggu Palma ini, mengajak kita untuk merenungkan dan mereflesikan diri akan ketaatan dan kesetiaan Tuhan Yesus pada Bapa-Nya. Kita menyaksikan dua peristiwa yang sangat kontras. Sebuah peristiwa bagaimana saat YESUS memasuki kota Yerusalem dan disambut sebagai Raja dengan begitu meriahnya dan dielu-elukan, kemudian berubah menjadi sebuah kisah sengsara, jalan salib dan dalam penderitaannya hingga wafat di kayu salib.
Dari peristiwa tersebut YESUS memberikan teladanNya kepada kita yang berdosa ini. Walaupun mengalami hal yang tidak menyenangkan, Yesus menerimanya dengan sikap rendah hati, tanpa mengeluh dan taat kepada kehendak BAPA-Nya. Suatu penderitaan tetap dijalani oleh YESUS karena ketaatan dan kesetiaan-Nya pada ALLAH BAPA. Itu semua dijalani Yesus karena kecintaannya pada kita, umat manusia. Hanya satu misi yang dijalankan Yesus yaitu keselamatan umat manusia.
Bapak/Ibu, Saudara/I terkasih.
Dalam perjalanan peziarahan hidup kita, terkadang kita juga mengalami suatu penderitaan, kita terpuruk sampai titik terrendah, bahkan sampai di titik nol. Mungkin juga kita pernah merasakan suatu keadaan batin yang begitu sakitnya. Merasa bahwa penderitaan kita lah yang terberat daripada penderitaan orang lain.
Sebagai umat beriman, kita dapat berpaling pada Yesus. Coba turut merasakan bagaimana siksaan dan penderitaan yang dialamiNya. Dengan demikian kita dapat segera bangkit dari keterpurukan. Keterlenaan dari kesedihan demi kesedihan yang terjadi hanya akan membawa ke dalam keterpurukan yang lebih dalam. Perkara yang menyakitkan itu boleh terjadi, dan kemungkinan akan terjadi lagi. Maka sebagi murid YESUS KRISTUS bisa bersandar kepada-Nya. Dengan bersandar kepada-Nya dan berdoa kepada-Nya maka kita akan memperoleh kekuatan dan ketenangan batin.
Bapak/Ibu, Saudara/I terkasih.
Sebuah pengalaman iman saya sharingkan disisi. Suatu ketika temanku datang cerita tentang permasalahan yang terjadi yang membuat dirinya benar-benar tidak berdaya. Sebagai seorang teman tentunya diriku tidak membiarkan temanku larut dalam kesediah dan ketidakberdayaannya. Satu tekat terbangun dalam diriku yaitu harus memberi semangat kepadanya. Ku ajak dia doa bersama dan berkontemplasi melihat sosok YESUS KRISTUS. Melihat penderitaan dan sengsaraNya, melihat sikap kerendahan hati-Nya, ketaatan dan kesetiaan-Nya pada ALLAH BAPA dengan mengosongkan diri-Nya. Akhirya temanku pun mendapatkan semangat untuk bangkit kembali. Kiranya itulah yang terbaik yang dapat kita lakukan di setiap kita mendapatkan perkara.
Semoga kisah sengsara TUHAN kita YESUS KRISTUS dari waktu ke waktu semakin meneguhkan iman rohani kita. Dan dengan bercermin pada penderitaan dan sengara Tuhan Yesus maka kita selau dimampukan untuk menerima dan keluar dari setiap penderitaan, setiap permasalahan dan setiap perkara. Dengan demikian kita selalu dikuatkan dalam melangkahkan kaki memasuki perjalan peziarahan selanjutnya, karena teladan YESUS KRISTUS yang mengasihi umat-Nya. Amin.
Berkah Dalem
Anastasia Atiek
Legio Maria
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu