Hari Minggu Prapaskah V (21 Maret 2021)
Yer. 31:31-34; Mzm. 51:3,4,12-13,14-15; Ibr. 5:7-9; Yoh. 12:20-33
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“ Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yoh 12:24)
Bapak/Ibu, Saudara/I Sahabat Yesus terkasih.

Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita tentang kasih, ketaatan, kerendahan hati, dan pengurbanan Yesus. Bahwa telah tiba saat Yesus akan dimuliakan, yaitu saat Allah akan menyatakan kehadiran-Nya secara tuntas di dalam Anak, yang mencakup kematian Yesus : “ butir gandum harus jatuh ke tanah supaya menghasilkan banyak buah (Yoh 12:24).” Yesus akan disalibkan dan kematian-Nya akan menghasilkan banyak buah. Kita melihat seluruh dunia mengikuti-Nya. Baik orang banyak yang terdiri dari orang-orang Yahudi, maupun orang Yunani, dalam Injil Yohanes ayat 7, 12, 17, 18, 29, 34, maupun buah panenan pertama dari bangsa-bangsa lain. (ayat 20-22)
Seperti dalam Injil Yohanes ayat 32, Yesus mewartakan: “Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” Permulaan peninggian ini adalah dengan penyaliban Yesus. Bahwa hidup akan dikurbankan demi dunia dengan kematian-Nya. Jika Ia dikuburkan seperti bulir gandum, jika Ia ditinggikan di salib, maka banyak buah akan keluar; kemudian Ia akan menarik semua orang ke dalam Diri-Nya. Peninggian di salib adalah pemuliaan Yesus (ayat 23,28). Kehadiran Allah Bapa tampak jelas dalam tindakan kurban kasih Yesus. Dan kurban Yesus ini disatukan dengan kurban para murid-Nya.
Bapak/Ibu, dan saudara-saudari yang terkasih,
Biji gandum harus jatuh ke tanah, supaya menghasilkan buah. Ibaratnya seperti biji tanaman, biji tersebut jatuh ke tanah, mati (lepas dari tanaman), kemudian merekah, tumbuh, dan berkembang menjadi tanaman baru yang menghasilkan banyak buah yang bermanfaat bagi kita. Dan dalam Injil hari ini, yang dimaksud biji gandum adalah Yesus sendiri. Dengan pengurbanan Yesus sampai wafat di salib, ketaatan-Nya kepada Bapa, dan terlebih kasih-Nya yang begitu besar, maka kita pun memperoleh keselamatan dan kebahagiaan.
Kita tahu bahwa untuk mencapai keselamatan, kebahagiaan, dibutuhkan pengurbanan. Dan karena kasih Allah yang begitu besar kepada kita, maka Ia pun mengutus Anak-Nya yang rela menderita, disalib dan wafat bagi keselamatan, dan kebahagiaan kita.
Di masa pandemi Covid-19 ini pun kita bisa melihat begitu banyak pengurbanan. Pengurbanan dari paramedis, sukarelawan yang berada di garis paling depan. Mereka benar-benar melakukan pelayanan dengan tulus, menanggung segala resiko, bahkan mengurbankan nyawa untuk menyelamatkan mereka yang terpapar virus Covid-19 ini. Banyak orang mengalami keselamatan dengan pengurbanan mereka. Itulah buah dari pengurbanan paramedis dan sukarelawan.
Bapak/Ibu, dan saudara-saudari yang terkasih,
Marilah kita meneladan jalan hidup Yesus di dunia. Pengurbanan-Nya yang begitu besar, sebagai wujud kasih Allah kepada kita. Salib Yesus merupakan tanda kasih Allah. Maka hendaknyalah kita pun melakukan hal yang sama, mengalirkan kasih Allah kepada sesama. Bukan berarti kita harus menderita dan mati di salib seperti Yesus. Kita bisa melakukan pengurbanan dengan melayani, mendoakan, menyisihkan sebagian rejeki yang kita peroleh untuk berbagi, dengan sukarela membantu korban bencana, kaum papa, mereka yang menderita dan terlantar, termasuk juga membantu pembangunan gedung karya pastoral dan pastoran, memberikan waktu kita untuk mengunjungi, menghibur yang sedang mengalami kesusahan, memberikan tenaga dan pikiran kita untuk kepentingan bersama, sehingga mereka yang kita bantu pun merasa bahagia, menikmati buah-buah yang kita tabur. Dengan rela berkurban, kita pun bisa menjadi berkat bagi sesama. Semua itu diperlukan rasa kasih, ketulusan hati tanpa pamrih, dan kerendahan hati, supaya pengurbanan kita pun menghasilkan buah, dan nama Tuhan semakin dimuliakan.
Berkah Dalem.
Iswarini
Lingk. St. Ignatius
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu