Hari Minggu Biasa XXII (30 Agustus 2020)
Yer. 20:7-9; Mzm. 63:2,3-4,5-6,8-9; Rm. 12:1-2; Mat. 16:21-27.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Mat 16:24)
Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.

Dalam bacaan Injil yang hari ini kita dengar, Yesus untuk pertama kalinya secara terang-terangan (dalam bahasa Banyumasan cablaka) memberitahukan kepada para murid akan penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya. Mendengar perkataan Yesus tentang penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya tentu para murid sangat kaget. Utamanya Petrus yang kita tahu bahwa Petrus adalah murid Yesus yang sangat responsif dan reaktif. Mendengar pemberitahuan tersebut bagi Petrus bak mendengar petir di siang bolong. Tidak percaya akan hal itu, maka dia menarik Yesus dan menegor Yesus katanya : “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” (Mat 16:22). Sangat dimaklumi Petrus berbuat demikian, karena sebelumnya Petrus mendapat sanjungan dari Yesus atas jawaban Petrus yang mewakili para murid yang menyatakan Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Dan itu dibenarkan oleh Yesus, bahkan Petrus mendapat kepercayaan luar biasa untuk menggembalakan umatNya dan mendapat kunci sorga. Petrus telah menyaksikan begitu banyak mujizat yang dibuat oleh Yesus, mulai dari pengusiran roh jahat, menyembuhkan orang buta, bahkan menghidupkan orang mati. Maka dimata Petrus, para murid dan juga banyak orang, Yesus adalah tokoh yang sangat luar biasa, tokoh yang istimewa dan digadang-gadang menjadi raja mereka dan membebaskan mereka. Sebagai Mesias, anak Allah tentu Yesus dapat berbuat apa saja, termasuk menghindari kesengsaraan dan kematian. Tetapi mengapa harus sengsara, mati dan bangkit? Ini sudah tentu diluar bayangan Petrus dan para murid lainnya.
Atas tindakan Petrus tersebut maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Mat 16:23). Refleksi saya atas apa yang lakukan Yesus kepada Petrus adalah tindakan untuk menyiapkan para murid untuk menerima bahwa Mesias, anak Allah, ‘raja’ yang disanjungnya akan menderita, wafat dan bangkit. Selain itu juga mengingatkan para murid akan komitmen dan konsistensi–Nya dalam melaksanakan misi yang diberikan oleh Allah Bapa kepada Dia yaitu menyelamatkan umat manusia. Walaupun misi penyelamatan umat manusia ini harus berakhir dengan sengsara, disalibkan, wafat dan bangkit pada hari ketiga. Maka Yesus mengajak para murid kembali ke Yerusalem untuk menyelesaikan misi-Nya.
Yesus juga menegaskan kepada para murid tentang syarat yang harus dipenuhi dalam mengikuti Dia untuk beroleh keselamatan yaitu “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mat 16:24).
Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.
Sejak kita dibaptis, kita menyatakan diri sebagai pengikutNya, sebagai para murid-Nya. Komitmen dan konsistensi Yesus dalam melaksanakan misi yang diberikan oleh Allah Bapak kiranya juga menjadi prinsip dan sikap kita dalam melaksanakan ajaran-ajaranNya dengan segala konsekuensinya. Injil Mat 16:24 mesti kita ingat juga dalam menjalani peziarahan hidup ini. Setiap pilihan hidup pasti ada konsekuensinya, ada berbagai rintangan dan percobaan. Maka jika kita ingin mengikuti Yesus kita mesti setia (konsisten) pada komitmen dan pilihan hidup walaupun menghadapi berbagai rintangan dan pencobaan. Terus-menerus berusaha untuk menerima semua konsekuensi dari sebuah pilihan hidup dan tidak lari dari kenyataan; dalam hidup berkeluarga, bagaimana kita setia pada pasangan hidup kita, mengasihi pasangan hidup dan anak-anak kita untuk mewujudkan tujuan dari pernikahan yaitu membangun Gereja kecil; menekuni profesi tertentu sebagai sebuah pilihan hidup walaupun harus sendirian ditengah-tengah orang-orang berkeyakinan lain; Mengerjakan sampai tuntas apa yang sudah menjadi keputusan dengan penuh tanggung jawab adalah bentuk kongkrit bagaimana kita melaksanakan ajakan Yesus untuk mengikuti Dia.
Semoga kita dengan pertolongan Roh Kudus mampu tampil sebagai ‘kesatria’ dalam mengikuti Yesus. Komitmen-Konsisten dan siap menerima kenyataan dengan segala konsekuensi yang ada. Amin.
Berkah Dalem.
Yulius Supriyana
Lingk. St. Paulus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu