Pada Senin pagi, 6 Mei 2019, di grup WhatsApp Lingkungan St Markus masuk pertanyaan menarik. Pertanyaan tersebut dikirim oleh Gabriel Margono, sesepuh lingkungan yang juga mantan prodiakon.
Pesan tersebut berbunyi demikian;
“Sugeng enjang para sederek Lingkungan Santo Markus
Kulo bade sekedik nyuwun pangertosan bab NASIB, TAKDIR, kala dateng seminar meniko Uskup kok ngendiko menawi mboten wonten sedoyo wau namung saking perbuatanipun piyambak
La lajeng menawi dipun hubungaken kaliyan kata2 TERJADILAH PADAKU MENURUT KEHENDAKMU utawi APAPUN YANG TERJADI PADA DIRIKU SEMUA ITU ATAS KUASAMU
Lajeng artinipin Nasib lanTakdir meniko menopo
Matur nuwun dateng sederek ingkang kerso maringi pangertosan dateng kula saget kangge nambah pangretossn kula
Berkah Dalem”
Demikianlah pesan tersebut. Gabriel Margono menyodorkan permasalahan menggelitik mengenai kata NASIB dan TAKDIR. Permasalahan tersebut ia sodorkan selepas mendengarnya dalam seminar Katolisitas yang dibawakan oleh Bapak Uskup. Menurut Mgr Christophorus Tri Harsono, seperti dikutip Margono, yang namanya nasib dan takdir itu tidak ada.
Margono juga membandingkan, bagaimana dengan kutipan, terjadilah padaku menurut kehendakMu, atau apa pun yang terjadi pada diriku semua itu atas kuasaMu?
Seorang ibu umat Lingkungan St Markus memberikan tanggapan demikian;
“Pendapatku, nasib itu keberuntungan, kl takdir itu adalah garis kehidupan / kehendak Tuhan, tp didunia ini hukum nya ada 3, hukum negara,hukum alam dan hukum karma, siapa yg menanam pasti menuai, itu pasti lambat/ cepat bakal terjadi ini hukum (karma) maaf jika krg berkenan.”
Belakangan Margono merasa mendapatkan jawaban yang pas ketika mendapatkan kiriman tautan dari katolisitas.org yang membahas mengenai nasib dan takdir dalam pandangan gereja Katolik. (Tautan tepatnya: http://www.katolisitas.org/perbedaan-takdir-dan-nasib/)
Ingrid Listiati pengasuh website tersebut mengungkapkan pandangannya mengenai takdir dan nasib. Ia mencoba mendasarkan gagasan tersebut pada Alkitab dan ajaran Gereja Katolik.
Beberapa bagian kutipannya adalah demikian;
Takdir dan nasib umumnya diterjemahkan sebagai ‘destiny, fate’, yang artinya mengarah kepada ’segala sesuatunya sudah ditentukan dari ‘Atas’ (yaitu Tuhan) dan manusia tidak ada andil/ kehendak bebas untuk mengubahnya. Dalam pengertian yang demikianlah Gereja Katolik tidak mengajarkan ‘takdir’, justru karena Gereja mengajarkan adanya kehendak bebas pada manusia yang dapat memilih hendak bekerjasama dengan kehendak Allah atau tidak.
Juga, kita dapat melihat perkataan ‘takdir’ tidak muncul di dalam Alkitab. Ayat-ayat yang sering dikatakan menyebutkan tentang konsep ‘predestination’ yang sering diartikan sebagai takdir, adalah Rom 8:29-30 dan Ef 1:5, 11. Namun di sana yang dituliskan adalah ‘ditentukan’ oleh Allah, bukan ‘ditakdirkan’.
Ingrid kemudian mengutip gagasan St. Thomas Aquinas mengenai dua macam kehendak Allah.
- Antecedent Will: Kehendak Allah yang universal terhadap semua manusia, yaitu agar semua manusia di selamatkan. Inilah yang dikenal dengan ajaran ‘predestination’, yaitu bahwa Allah menghendaki semua manusia diselamatkan dan memiliki pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4). Maka kita mengetahui bahwa Gereja Katolik, berpegang pada pengertian ini, mengajarkan konsep ‘predestination‘, yaitu bahwa Allah menghendaki semua orang diselamatkan. Yang tidak diajarkan oleh Gereja Katolik adalah ‘double predestination‘ yaitu bahwa Allah dari sejak awal sudah menentukan orang-orang yang akan masuk ke surga (diselamatkan) dan orang-orang yang masuk neraka (tidak diselamatkan), seperti yang diajarkan oleh Calvinism.
- Consequent Will: Kehendak Allah yang melibatkan pihak kehendak bebas manusia; sehingga meskipun Allah menghendaki semua manusia diselamatkan, namun karena Allah menghormati keputusan kehendak bebas manusia yang menolak-Nya, maka tidak semua dari yang ditentukan Allah sejak semula untuk diselamatkan, dapat diselamatkan.
Dengan prinsip yang sama, maka bukan Tuhan yang menghendaki kejahatan terjadi, sebab yang terjadi sesungguhnya manusia dengan kehendak bebasnya yang berbuat jahat.
Dalam hal ini, Tuhan mengizinkan hal kejahatan itu terjadi, karena Ia menghormati kehendak bebas manusia yang diciptakan-Nya. Inilah yang dikenal sebagai penderitaan yang disebabkan oleh dosa manusia. Namun kenyataannya, ada pula penderitaan yang tidak disebabkan oleh dosa, yang dikenal sebagai ‘the suffering of the innocent‘. Pada kedua jenis penderitaan ini hal ini, meskipun hal yang jahat/ buruk terjadi dalam hidup manusia, itu tidak mengejutkan Tuhan, karena Tuhan sudah mengetahui segala sesuatunya sejak awal mula, dan Ia dengan kuasa-Nya pula tetap dapat memasukkan keadaaan yang negatif tersebut ke dalam rancangan-Nya yang mendatangkan kebaikan. Dalam hal ini kebaikan yang dirancangkan Tuhan adalah untuk membawa seseorang kepada pertobatan, membentuk karakter orang yang bersangkutan, dan mendatangkan kasih, atau agar orang tersebut mengalami pengalaman dikasihi, baik oleh Tuhan maupun oleh orang lain.
St. Thomas mengatakan, “God therefore neither wills evil to be done, nor wills it not to be done, but wills to permit evil to be done; and this is a good.” (Tuhan tidak menghendaki hal yang jahat terjadi, atau menghendaki itu tidak terjadi, tetapi mengizinkan hal yang jahat itu terjadi, dan ini merupakan kebaikan). Jadi, jika ada hal yang buruk terjadi di dalam kehidupan kita, kita dapat melihatnya demikian: Allah mengizinkan hal buruk itu terjadi dalam kehidupan kita, sebab Ia melihat bahwa itu dapat mendatangkan kebaikan bagi kita. Maka oleh kuasa kasih Allah, segala bencana, penyakit, bahkan kematian, dapat mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Tuhan (lih. Rom 8:28). Dengan iman kita kepada Kristus, kematian bagi kita malah merupakan gerbang untuk menuju kehidupan kita yang sesungguhnya, yaitu kehidupan kekal bersama Tuhan.
Begitu Ingrid memberikan paparan.
Pada akhir perbincangan di grup WhatsApp, Margono berterima kasih atas sumber bacaan tersebut. Tulisnya;
“Sungguh penambah pengetahuan saya
Terima kasih yang tak terhingga kpd ibu dan bapak yg telah menanggapi kata2 Nasib dan Takdir
Sokur kalau ibu menerbitkan buku2 hal pangetahuan yg demikian
Terima kasih salom
Gabriel. Berkah Dalem”
Penulis:

R. Sutriyono Penggiat menulis & komsos WA: 0895347347563
Kategori:DINAMIKA, Dinamika Staling