Kisah Inspiratif

Bangga Menjadi Katolik

Mengapa aku harus bangga menjadi Katolik ?

Seminar Katolisitas-4

Seminar Katolisitas dengan narasumber Mgr Christophorus Tri Harsono di Paschalis Hall (280419)

Itu pertanyaan kuat yang mendorongku untuk hadir di Seminar Katolisitas bertema “Aku Bangga Menjadi Katolik” di Gedung Paschalis Paroki Katedral, Minggu 28 April 2019. Selain pertanyaan itu, ada sedikit pikiran protes “Kok bangga sih ? Bukankah bangga yang kebablasan jadinya sombong ?”

Berat awalnya diminta untuk buat tulisan renungan ini, karena hasil dari mengikuti acara itu, saya belum mendapatkan spirit. Saya hanya mendapatkan materi, dan penyampaian uskup yang sangat bagus. Padahal saya butuh roh macam apa yang mampu mengatakan kalau saya harus bangga dengan agama, iman saya.

Aduh… Tuhan tolong…. saya ngga bisa mengingkari hati saya…. Saya belum merasa bangga lho jadi katolik. Apa yang akan saya tulis jika penulisnya saja ngga bangga.

Pembukaan bulan Maria di Katedral 300419.jpg

Pembukaan Bulan Maria di Paroki Katedral (300419/foto lily karlina)

Hari Selasa sore tanggal 30 April 2019 saya harus ikut dan mengantar anak saya ke katedral untuk  misa pembukaan bulan Maria. Saya membawa beberapa rosario untuk diberkati. Mujizat itu terjadi. Saat misa, saya memegang rosario dan tiba-tiba saya ingat kejadian almarhum bapak, ketika bermain bersama kami anak-anaknya.

Bapak saya sering mengajak anak-anaknya bercanda. Salah satunya main petak umpet dan sering bapak saya menjadi hantu-hantuan. Wajahnya ditutupi selimut, lalu mengejar-ngejar, atau menakut nakuti saya dan adik saya. Kami sangat ketakutan, menjerit dan tertawa. Nah… karena begitu takutnya ketika bapak menghampiri kami, lalu  kami ambil rosario. Rosario itu kami pakai dan ketika bapak mendekati kami, kami tempelkan salib di tubuh bapak. Bapak menjerit ketakutan, bapak waktu itu bilang “panas-panas”, “ampun-ampun“, “kapok-kapok”. Saya dan adik saya senang, kami tertawa penuh kemenangan. Saat itu kami benar benar percaya bahwa bapak merasakan itu, ketika ditempel rosario. Karena permainan itu, kami anak-anak kalau takut, pakai kalung rosario, dan kami berdoa, pegang salibnya.

Itu cerita masa lalu yang Tuhan ingatkan kepada saya, lewat media rosario yang menjadi salah satu ke-khas-an Katolik. Semakin dewasa saya mencari tahu apa yang sebenarnya ada di balik rosario. Rosario selalu berkaitan dengan Bunda Maria. Saya mencoba memahami perjalanannya, saya pahami pribadi Maria yang mampu memberikan teladan akan ketaatannya, kemampuan menerima apapun yang Tuhan beri. Membayangkan dari mulai mengandung, sampai Yesus mati di salib. Mana ada yang bisa setahan itu. Maria memberi teladan ketabahan, kelembutan yang saya butuhkan sebagai seorang ibu.

Kekhasan Katolik

Bunda Maria Sanyos-header

Patung Bunda Maria di Gereja St. Yosep Purwokerto

Katoliklah yang telah mengenalkan pribadi Maria, kepada umatnya dan menghormatinya. Katoliklah yang mampu menghargai  manusia dengan kekudusannya, baik yang berjuang di depan seperti para martir, namun juga yang bekerja di belakang layar, seperti St. Yosep suami Maria, St. Monika, seorang ibu rumah tangga dan masih banyak lagi. Santo-santa, yang diangkat menjadi manusia kudus, yang hidupnya mengarah pada kesempurnaan. Sebenarnya ini pun membantu umat Katolik menjalani kekudusan dengan banyak alternatif. Bahkan lewat hidup berkeluarga pun kita bisa menjadi kudus, kita diberikan tempat yang layak di surga, apalagi yang hidup selibat, dan mengabdi penuh untuk Kerajaan Allah.

Pembasuhan Kaki di Misa Kamis Putih II SanyosHal yang juga saya rasa rasa bangga, ketika imam- imam kami mencium kaki umatnya, saat misa Kamis Putih. Barusan yang juga dilakukan Paus Fransiskus, mencium kaki pemimpin pemimpin bangsa yang bersengketa dan berperang, bahkan para korban perang yang berbeda agama. “Ini gila!” Apakah pimpinan agama lain lakukan ? Bagaimana bunda Teresa yang telah menjadi ikon penerima nobel perdamaian ? Ketotalan mereka membuat saya tak bisa berkata-kata, hanya dengan ini lawan-lawan lumpuh, hanya dengan ini manusia yang keras dapat dilembutkan. Kerendahan hati yang Yesus ajarkan diaplikasikan di dalam gereja katolik.

Hirarki yang masih ada sampai sekarang yang telah berusia 2 abad masih ada dalam gereja Katolik, ini menggenapi firman tentang batu karang yang menjadi dasar pendirian gereja. Gereja yang tak akan pernah mati, oleh apapun. Kekokohan pondasi yang digambarkan sama persis ketika saya memahami bahwa di Katolik untuk menjadi umatnya saja harus melalui proses yang panjang. Belum pernah saya dengar seorang pindah Katolik untuk mendapatkan kedudukan duniawi. Menjadi pewarta, menjadi petugas gereja, menjadi pengurus gereja, harus melalui tahapan dan proses. Tidak jarang di Katolik retret dan rekoleksi dilakukan untuk semakin memurnikan hati. Tahapan ini yang membuat pribadi yang tidak serius akan mundur teratur.

Iman, akal budi dan budaya

Di dalam gereja Katolik juga iman dan akal tidak bertentangan, artinya hasil akal budi manusia tidak dikalahkan oleh kepercayaan yang dangkal. Kepercayaan yang membabi buta tanpa dasar. Seperti yang Mgr. Christophorus kemarin sampaikan, bahwa hampir sebagian besar orang yang kesurupan adalah sakit secara mental. Bisa stres, tertekan, cemas dan lain-lain. Kesurupan yang benar-benar kesurupan tidak banyak. Kita diajak untuk tidak serta merta mengambil kesimpulan dalam kejadian-kejadian. Butuh cara berpikir yang sehat. Kita mesti paham ilmu, sejarah, latar belakang dan sebagainya.

Katolik juga tidak serta merta anti budaya. Budaya akan diatur dengan sangat bijaksana oleh gereja Katolik. Semua untuk menghormati hasil akal budi manusia juga. Bisa dibayangkan jika kita tidak memiliki budaya yang agung yang berbeda-beda tiap suku bangsa ? Bagaimana jika semua harus sama ? Katolik memang keren…

7 SakramenHal lain yang menjadi kekhasan Katolik dan itu sebaiknya dimengerti umat katolik adalah sakramen-sakramen, yang diberikan untuk menandai setiap momen penting dan memiliki kuasa Ilahi. Kitab suci Deuterokanonika, yang isinya sungguh bagus ( kalau tidak percaya silahkan dibuka, ‘senyum-senyum’ kalau suruh buka KS ) dipakai Katolik sebagai bagian dari Kitab Suci.  Kalau boleh saya simpulkan di Katolik sistemnya bagus, kuat, dan mendasar, namun juga dinamis. Banyak kelompok kategorial yang membantu kita memilih di bidang apa kita mau melayani dan bertumbuh imannya.

Banyak hal yang dapat saya kagumi dan banggakan menjadi Katolik. Selanjutnya saya syukuri, saya imani, saya pertahankan dan saya wartakan.

Tuhan Yesus  memberkati kita semua.

Penulis:

Fransisca Ninin Nilamsari.jpg

Fransisca Ninin Nilamsari
Lingkungan St Yakobus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.