RENUNGAN

Persembahan Sebagai Ungkapan Kasih Dan Syukur

Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah (2 Pebruari 2020)

Mal. 3:1-4; Mzm. 24:7,8,9,10; Ibr. 2:14-18; Luk. 2:22-40 atau Luk. 2:22-32

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“….mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan…” (Luk 2:22)

Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.

Hari ini kita memperingati Pesta Yesus Dipersembahkan Di Bait Allah. Terkait persembahan, saya teringat akan cerita – cerita fiktif seperti komik semasa masih sekolah. Salah satu jenis cerita yang saya gandrungi adalah kisah kerajaan. Dalam kisah tersebut sering ditemui bagian yang menceritakan bagaimana kewajiban rakyat untuk mempersembahkan benda/barang miliknya sebagai ungkapan terima kasih kepada sang raja/ratu. Rakyat pada masa itu begitu setia atau ‘manut’ saja apa yang dititahkan. Walaupun kadang kala benda/harta tersebut begitu berharga atau bahkan satu-satunya yang dia miliki.

Kisah semacam ini pun kita temui dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Di Perjanjian Baru misalnya, dikisahkan bagaimana 3 Raja dari timur mempersembahkan Emas, Kemenyan dan Mur. Benda/barang yang bernilai. Tujuannya tak lain hanya untuk memuliakan Sang Raja.

Persembahan ini pun kita temui dalam rangkaian Perayaan Ekaristi. Gereja memberikan kesempatan kepada umat untuk mempersembahkan hasil bumi atau pun sebagian dari rejeki kita sebagai tanda syukur kepada Tuhan. Persembahan umat kemudian dipersatukan dan disempurnakan dengan persembahan utama, yakni persembahan diri Yesus sendiri.

Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.

Persembahan-2Dalam bacaan-bacaan hari ini sangat jelas dikisahkan  makna dari pesta yang kita rayakan pada hari Minggu ini, yaitu Yesus Dipersembahkan di Bait Allah. Bacaan I dari Nubuat Maleakhi, Tuhan telah berfirman : ”…. Tuhan yang kamu cari itu dengan mendadak akan masuk ke Bait-NYA… “ (Mal 3:1). Juga dalam bacaan Injil : “…. Maria dan Yusup membawa Anak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan-NYA kepada Tuhan… “ (Luk 2:22).

Bunda Maria dan Santo Yusup adalah sosok yang patut kita teladani. Selain setia mengikuti tradisi (hukum Taurat), mereka mempersembahkan Yesus sebagai wujud syukur atas rahmat Allah dalam hidup mereka. Ketaatan dan ungkapan syukur yang tulus menjadi warisan iman yang Bunda Maria dan Santo Yusup teladankan bagi kita.

Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.

Bagaimana penghayatan kita dalam hal persembahan? Dalam kehidupan sehari-hari kadang kita memberikan persembahan dengan sikap “itung-itungan”, atau malah kita anggap sebagai sesuatu yang ‘merugikan’, karena secara riil ‘mengurangi’ yang ada pada diri kita. Misalnya ‘waktu’. Argumen kita waktu adalah uang. Waktu adalah untuk karier dan usaha, waktu adalah yang utama. Kita menjadi penuh perhitungan dalam pelayanan atau dalam kegiatan bersama di lingkungan atau paroki. Tak jarang kita menjadi pelit dalam memberi waktu untuk Tuhan dan sesama. Misalnya saja, kita gelisah dalam misa atau doa. Maunya cepat selesai. Bahkan dalam doa pribadi pun demikian. Memang Tuhan tidak melihat berapa banyak persembahan kita (waktu, tenaga, materi), tetapi terutama kualitas hati yang mengasihi, tulus ikhlas dan penuh syukur saat memberikan persembahan itu.

Meneladan Bunda Maria dan Santo Yusup, marilah kita maknai persembahan kita sebagai wujud kasih, ketaatan dan rasa syukur atas berkat yang kita terima dalam hidup kita. Bagi saya pribadi persembahan adalah suatu sikap diri untuk memberi apa adanya, tanpa pamrih. Sesuatu yang ideal, namun saya perjuangkan sebagai rujukan dalam hidup dan pelayanan sehari-hari. Apakah hidup dan pelayanan kita di tengah keluarga, gereja dan masyarakat sungguh menjadi “persembahan diri’ yang mengungkapkan kasih, ketaatan dan syukur kita kepada Tuhan?

Semoga teladan Bunda Maria dan Santo Yusup menyegarkan hidup dan pelayanan kita sehingga semakin berkenan bagi Tuhan dan membawa kebaikan untuk sesama. Mari hayati persembahan diri kita sembari bersenandung :

“…..Tak sanggup aku membalas kasihMu. Hanya ini Bapa yang ku bisa. Bapa trimalah persembahan hatiku. Nyanyian pujian kepada-Mu. Ini diriku. Jadikanlah alat-Mu. Trimalah Bapa persembahan hati”

Yerry Wenur

Lingk. St Agustinus .

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.