HARI MINGGU PRAPASKAH II (17 MARET 2019)
Kej. 15:5-12,17-18; Mzm. 27:1,7-8,9abc,13-14; Flp. 3:17-4:1 (Flp. 3:20-4:1); Luk. 9:28b-36
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” (Luk 9:35)
Bapak/Ibu dan Saudara/i terkasih,
Saat membaca Injil hari ini dan mencoba merenungkannya, saya teringat akan cerita seorang ibu yang berusia 75 tahun. Di usianya yang sudah tidak muda lagi ibu Tinah masih energik, suka menjahit dan membuat rempeyek. Sungguh tidak saya duga sama sekali jika ibu Tinah di masa remajanya mempunyai kepahitan hidup. Ketika usia 5 tahun ayahnya sudah dipanggil Tuhan. Ia hidup dengan ibunya. Ketika dia duduk di bangku SMP ibunya menjalin hubungan dengan pria yang sudah berkeluarga. Tinah sering mengingatkan ibunya, tetapi justru bentakan, pukulan yang dia terima dan berakhir dengan pengusiran. Tinah kemudian memilih keluar dari rumah daripada harus hidup dengan ibunya. Tinah akhirnya datang ke rumah temannya dan oleh keluarga temannya itu Tinah diantar pada keluarga katholik yang belum mempunyai anak. Dia diangkat menjadi anaknya, dan di keluarga inilah dia mendapatkan cinta, kasih sayang dan disekolahkan. Sampai dia lulus dan menjadi guru agama.
Betapa luar biasa Allah bekerja, seorang Tinah yang baru berusia 13 tahun berani menegakkan kebenaran, memilih tetap setia pada Kristus daripada menuruti ibunya untuk meninggalkan Kristus. Allah menolong bu Tinah dengan caraNya.
Bapak/Ibu dan Saudara/i terkasih,
Kita sebagai seorang Katholik percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan manusia. Yesus diturunkan untuk memancarkan karakter Allah dalam hidup sehari-hari. Keteladanan yang Tuhan Yesus tunjukan yaitu rendah hati, penuh kasih, pengorbanan, setia dan taat. Jauh dari rasa sombong dan angkuh. Dia tetap tekun dalam doa. Injil hari ini menegaskan bahwa Yesus adalah Putra Allah yang dikasihi dan kita wajib mendengarkanNya. Perintah Bapak kepada murid-muridNya sangat tegas dan jelas : “Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” (Luk 9:35). Dengarkanlah Dia… ya Dengarkanlah Dia. “Mendengar” di sini tidak berarti hanya mendengar setelah itu berlalu begitu saja, tetapi juga mendengarkan dan melaksanakan apa yang diucapkanNya, melaksanakan perintahNya. Gambaran hidup dalam diri Ibu Tinah kiranya mewujudkan sabda Bapa tersebut. Ibu Tinah yang mau mendengarkan Yesus dan tetap setia dan berpegang teguh pada kebenaran Yesus akhirnya memperoleh kasih-Nya. Memang mengikuti Yesus berarti harus berani menyangkal diri.
Keteladanan percaya akan kehendak Allah juga dapat kita lihat pada sosok Abraham. Abraham bukan hanya percaya pada Tuhan, tetapi juga taat dan setia melaksanakan kehendakNya. Maka Abram pun diberkati oleh Tuhan. “Lalu percayalah Abraham kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” (Kej 15:6).
Bapak/Ibu dan Saudara/i terkasih,
Saat ini adalah saat yang tepat untuk merefleksikan pejalanan hidup kita. Sudahkah kita mendengarkan Dia, yang dipilih dan dikasihi Bapa untuk menyelamatkan kita dari belenggu maut? Semoga dengan pantang, puasa dan berbuat amal kasih jasmani dan rohani, kita semakin mampu mendengarkan Dia. Amin.
Berkah Dalem
Melania Moertrini
Lingkungan St. Paulus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu