Dengan mempromosikan gelar “Bunda Hati Kudus” Pater Chevalier ingin mengintegrasikan dua devosi utama pada zamannya, ialah devosi kepada Hati Kudus dan devosi kepada Maria. Di bagian 16 dari program pendahuluan ini kita telah menyajikan tiga penggambaran umum tentang Bunda Hati Kudus. Penggambaran-penggambaran itu menunjukkan bahwa Pater Chevalier selalu ingin menghormati Maria sebagai Ibu Yesus.
Dalam bukunya “Bunda Hati Kudus”, Jan G. Bovenmars MSC menulis: “Jelaslah bahwa dalam karisma Pater Chevalier Hati Yesus adalah yang paling utama. Hati itu adalah inkarnasi cinta dan bela rasa dari Bapa, yang peduli akan akan semua, khususnya mereka yang paling berkebutuhan. Bagi Pater Chevalier dan kita segala sesuatu mulai dari sana. Tetapi sedari awal ada juga suatu relasi mendalam dengan Maria.”
Pater Piperon melaporkan bagaimana pada tahun 1859, ketika bagian pertama gereja Hati Kudus di Issoudun sedang dibangun (di kemudian hari ditingkatkan menjadi Basilika Bunda Hati Kudus), Pater Chevalier meminta seorang seniman untuk merancang sebuah jendela yang melukiskan Maria “dengan tangannya terulur dan matanya sedikit memandang ke bawah kepada Yesus…. Kanak-kanak Yesus yang berusia dua belas tahun akan berdiri di depannya, dengan satu tangan menunjuk pada Hati-Nya dan tangan yang lain pada Ibu-Nya….. Kanak-kanak Yesus digambarkan berusia dua belas tahun, karena sang penginjil, Santo Lukas, setelah melaporkan bahwa Yesus ditemukan oleh Maria dan Yosef di tengah para pengajar, menambahkan : ‘Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka‘ (Lukas 2 :51). ”
Sesudahnya, Vatikan memerintahkan Pater Chevalier untuk mengubah penggambaran ini. Alasannya ialah, bertentangan dengan maksud-maksud Pater Chevalier, kanak-kanak Yesus kadangkala telah digambarkan berusia sangat muda, sebagai seorang anak kecil yang duduk di kaki ibu-Nya. Patung-patung dan lukisan-lukisan pertama, seperti yang ada di Issoudun dan Sittard, dapat tetap di tempatnya, tetapi sejak 1878 dan seterusnya, penggambaran harus menunjukkan kanak-kanak Yesus di tangan Ibu-Nya.
Dalam tahun-tahun sesudah Konsili Vatikan Kedua, pemahaman tentang arti Devosi kepada Bunda Hati Kudus diperdalam. Demikian juga dengan penggambaran mengalami perubahan. Sejak itu Bunda Hati Kudus pertama-tama digambarkan sebagai Maria, yang memandang lambung Puteranya yang ditikam di salib. Sebuah patung yang indah diciptakan, sekarang dapat disaksikan di Basilik Issoudun dan disebut “Kalvari Issoudun”. Patung itu menggambarkan Bunda Kita di bawah salib, dengan satu tangan menunjuk ke hati Yesus Kristus yang terluka, sedangkan tangan yang lain menarik kita kepada Yesus di salib.
Dalam bukunya “In the Company of Marie Louise Hartzer”, Gerardine Doherty FDNSC menulis: “Di kaki salib, Maria tetap hadir bagi Puteranya ketika Ia dieksekusi secara publik. Maria tetap hadir juga bagi kesakitan dan kesedihannya sendiri, sebagaimana bersama dengan Yesus dan bagi Yesus dia secara tak bersalah menderita di tangan viktimasi yang kejam. Kerinduannya untuk bersatu dengan Yesus dalam penderitaan-Nya mengungkapkan pada waktu yang sama solidaritasnya yang teguh dengan umat manusia yang menderita!” (hal. 50).
Dalam Seruan Apostoliknya “Evangelii Gaudium” Paus Fransiskus merumuskan apa yang kiranya telah menjadi pikiran-pikiran dari Pater Chevalier: “Di kayu salib, …. Yesus bisa merasakan di kaki-Nya kehadiran yang sangat menghibur dari Ibu dan para sahabat-Nya. Pada saat yang sangat genting itu, sebelum sepenuhnya menuntaskan karya yang dipercayakan Allah Bapa kepada-Nya, Yesus berkata kepada Maria: ‘Ibu, inilah anakmu!’ Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: ‘Inilah ibumu!’ (Yoh 19:26-27)…. Yesus meninggalkan Ibunda-Nya kepada kita supaya Maria menjadi Ibu kita. Hanya setelah berbuat demikian, Yesus mengetahui bahwa semuanya kini ‘sudah selesai’ (Yoh 19:28). Di kaki salib, pada puncak penciptaan baru, Yesus menghantar kita kepada Maria. Yesus membawa kita kepada Maria karena Ia tidak menghendaki kita menempuh peziarahan hidup ini tanpa bimbingan seorang ibu” (Evangelii Gaudium, no. 285).
Saat untuk refleksi
“Maria adalah seseorang yang sanggup mengubah sebuah kandang hewan
menjadi rumah bagi Yesus dengan kain lampin miskin dan kelimpahan kasih….
Maria adalah sahabat yang senantiasa memperhatikan
supaya anggur kehidupan kita tidak habis.
Maria adalah perempuan yang hatinya tertikam tombak
dan yang memahami semua rasa sakit kita.
Sebagai ibu semua umat beriman,
Maria adalah tanda pengharapan bagi umat yang menderita karena melahirkan keadilan.
Maria adalah misionaris yang mendekati dan menemani kita sepanjang peziarahan hidup.
Maria dengan kasih keibuannya membuka hati kita terhadap iman.
Sebagai ibu sejati, Maria berjalan di sisi kita.
Maria ikut berjuang bersama kita
dan terus menerus menemani kita dengan kasih Allah….”
Melalui dia, banyak orang memperoleh kekuatan dari Allah
supaya sanggup menanggung kelelahan dan penderitaan dalam hidup mereka.
Maria menawarkan kepada mereka kenyamanan dan kasih,
serta membisikkan di telinga mereka:
‘Jangan gelisah hatimu … Bukankah aku ada di sini sebagai Ibumu?’.”
(Evangelii Gaudium, no. 286)
Bacaan Lanjutan
Jan G. Bovenmars MSC, Our Lady of the Sacred Heart, Rome: General House Missionaries of the Sacred Heart, 1993.
Gerardine Doherty FDNSC, In the Company of Marie Louise Hartzer, First Congregational Leader Daughters of Our Lady of the Sacred Heart. DekoVerdivas, Tilburg, The Netherlands, 2014.
Kategori:Kursus Spiritualitas Hati Online, RENUNGAN