Hari Minggu Adven III (16 Desember 2018)
Zef. 3:14-18a; MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; Flp. 4:4-7; Luk. 3:10-18.
Diterbitkan oleh Tim Kerja Kitab Suci – DPP. Santo Yoseph Purwokerto
“Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat” (Flp 4:5)
Sahabat Yesus yang terkasih
Dalam pekan adven tiga ini, Santo Paulus mengajak kita bersukacita dalam Tuhan. Tidak mudah bersukacita dalam Tuhan jika dalam hati masih dipenuhi masalah-masalah dan kelekatan-kelekatan keduniawian. Untuk dapat bersukacita dalam Tuhan diperlukan kerelaan membuka pintu hati, membersihkan hati, mau dengan iklas menanggalkan masalah-masalah dan kelekatan-kelekatan yang ada dalam hati. Pendek kata kita mau menyerahkan hati untuk dibentuk oleh Tuhan. Dibentuk untuk menjadi hati yang penuh harapan, hati yang rindu berdoa, hati yang peduli dengan sesama, hati yang dipenuhi sukacita dalam Tuhan.
Bersukacita dalam Tuhan harus melahirkan kebaikan-kebaikan. Mau mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita. Mau melihat penderitaan sesama yang miskin, yang sakit, yang dipenjara, yang meninggal dunia. Mereka adalah saudara-saudara kita, sama-sama berasal dari Satu Tuhan. Penderitaan mereka juga menjadi tanggung jawab kita semua. Karena, kita sebagai umat beriman dipanggil untuk berbuat kebaikan, berbagi kasih Tuhan kepada sesama.
Santo Yohanes mengajarkan, orang yang sudah dibaptis dan mau menyambut Tuhan, syaratnya ia harus berbuat kasih: Memberi makanan kepada orang yang lapar; Memberi minuman kepada orang yang haus; Memberi pakaian kepada orang yang telanjang; Memberi perlindungan kepada orang asing; Melawat orang sakit; Mengunjungi orang yang dipenjara; Menguburkan orang mati. (Luk 3: 10-14) Apabila kita berbuat kasih kepada orang-orang yang menderita, kita telah melayani Tuhan. Karena Tuhan ada dalam orang-orang yang “menderita”.
Kita pun perlu belajar dari Santo Yohanes, ia tidak mencari hormat. Injil mengungkapkan bahwa pengikut-pengikut Santo Yohanes sedang menanti dan berharap kedatangan Mesias. Mereka dalam hati menduga-duga Yohanes adalah Mesias. Maka Yohanes menjelaskan: “…Mesias yang lebih berkuasa daripadaku akan datang; membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” (Luk 3:16). Meskipun Yohanes banyak pengikutnya, ia tetap menganggap dirinya bukan apa-apa di hadapan Tuhan. Ia meninggikan nama Tuhan memuliakan nama Tuhan di hadapan orang banyak. Ia tidak tinggikan dirinya sebagai nabi besar yang dipilih Allah untuk mempersiapkan jalan bagi Putra,Nya, Yesus Kristus.
Semoga sikap hormat dan rendah hati juga ada dalam diri kita dan dapat menjadi penuntun langkah kita melayani sesama. Maka dapat lahirlah sukacita dan damai di setiap hati orang yang kita layani. Selamat menantikan kedatangan Putra Allah, Yesus Juru Selamat Dunia.
Tuhan memberkati.
DY. Chandra
Lingkungan St. Mikael
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu