Kisah Inspiratif

Berbagi Kisah Positif Di Tengah Wabah Corona

Di tengah keprihatinan akan wabah virus corona, ada banyak berita, pesan, gambar dan video yang beredar di media sosial kurang memberi edukasi, bahkan menyesatkan masyarakat. Akibatnya masyarakat menjadi bingung, cemas dan takut. Tentu keadaan itu tidak kondusif karena dapat menurunkan imunitas tubuh dan mengecilkan harapan.

Kolam di taman pastoran St YosepMenyikapi kondisi itu, RD. Valentinus Sumanto, Romo Paroki Santo Yosep Purwokerto mengajak umatnya untuk berbagi pesan positif dan memberi harapan. Ajakan itu disampaikannya lewat pesan di grup-grup whatsapp paroki.

Misalnya di grup Panitia Paskah yang sedang berkoordinasi untuk mewujudkan solidaritas umat paroki Santo Yosep, Romo Manto menulis kisahnya di Kamis pagi (26/3). “Dulu kamu berada tepat di depan kamar tidurku. Setiap pagi kubuka pintu kamar tak pernah sejenak pun ku menoleh ke arahmu. Covid-19 membuatku merasa kehadiranmu menjadi berharga sebagai teman yang menghibur dan meneguhkan harapan. (Ceritane gek menikmati gemericik air kolam sambil bekerja hehehe….).

Ini kisahku. Mana kisahmu ….?”

Andre, salah seorang panitia Paskah menanggapi ajakan Romo Manto dengan berbagi kisah tentang pengalamannya. Ketika Rabu pagi (25/3), ia sudah datang ke komplek pastoran bersama 2 teman lainnya untuk mengambil sumbangan sembako di lingkungan.

“Kemaren, maksud hati mau selfi berempat sama Romo. Ternyata sudah keduluan romo yang mengambil foto dari belakang. Usut punya usut, kami yang mau selfie ternyata belum sarapan. Akhirnya rejeki anak soleh ga kemana. Kami diajak romo untuk sarapan di ruang makan pastoran. Dan saya minum 3 botol yak*lt🤭🤭”

Tak ketinggalan pula Bu Asih (Ketua Umum Panitia Paskah) turut berbagi:

“Kisahku dimulai ketika pertama kali mendapat kabar pada 19 Maret lalu, “hari ini misa terakhir yang bisa kita ikuti di gereja, selanjutnya ibadah dari rumah”. Tidak terbayang akan seperti apa jadinya misa tapi tidak ke gereja. Ini baru pertama kali saya dan mungkin teman-teman semua jumpai. Begitu sulit menerima pada awalnya. Wabah covid-19 mampu membuat perubahan drastis, atau lebih tepatnya memaksa manusia untuk mengubah pola hidup dalam sekejap. Tidak mudah….

Seiring berjalan waktu..
Satu minggu kemudian, untuk orang-orang yang masih “haus” mencari Tuhan, tapi punya daya kontemplasi yang baik 😀, mau berpikir.. mau merenung..
Ternyata wabah ini mengajari kita sesuatu :
Kita diajak untuk mencari Tuhan, bukan hanya melalui simbol-simbol. Bukan hanya dengan eforia dan pesta (meski itu pesta undangan berekaristi). Bukan pula melalui ritual yang kadang di awal niat kita ke gereja sudah tidak murni untuk Tuhan…

Tapi mengajari (khususnya) saya… bahwa Tuhan bisa kita cari di kesunyian .. di tempat yang membuat kita damai dan nyaman.. di rumah kita… dan lebih lagi di wajah orang-orang yang kesulitan yang terdampak oleh wabah ini…

Dan ketika kebahagiaan kita dapatkan dari hal-hal di atas, sebetulnya wabah ini sudah mengajarkan kepada kita bahwa hakikat dari pencarian itu bisa kita dapatkan dari dalam diri kita sendiri, dari nurani yang makin terasah bahwa Tuhan ada di mana kamu bisa mencapai bahagia di atas jalan yang direstui-Nya…

#still_from_RumahAnggrek 😀😀🍂🍁🌸”

Pengalaman lain dikisahkan Agustina Widiastuti:

Kisah di balik corona-23“Sejak pertama aku mendengar covid datang ( “kho david”, karena dari China 🤭), hatiku berdebar, was was tak karuan. Apa yang akan dia perbuat di negri tercinta ini ? Jangan-jangaaaan…. Ternyata betul. Hal itu membuat kita harus nge-home. Apa boleh buat, semua aku lakukan di rumah. Terus-menerus di rumah membuat jenuh. Tangan dan kaki inipun bergerak mencari pupuk dan tanah untuk tanaman… Hal positif pun terjadi. Teras rumah jadi sejuk dipandang karena ada pot-pot tanaman yang menginspirasi hati.. wkwkwk. Dan bener lho.. Hal positifnya lagi…. karena dilarang berkumpul banyak orang, kita jadi berduaan aja di rumah 🤭🤭🤭 qiqiqi… Itu kisah ku …..”

Ari Wardani juga berbagi kisah yang terjadi di keluarganya:

Kisah di balik corona-24“Isolasi mandiri dan physical distancing kali ini bukan saja membuat aktivitas kita terbatas, tapi justru membuat sesuatu yang mustahil menjadi nyata, antara lain berdoa Rosario bersama tiap malam, mengikuti misa live streaming dengan khidmat, bersama  suami membuat camilan untuk anak-anak dan bermain bersama anak-anak. Hal-hal itu adalah “kemewahan” yang dulu sulit terjadi, tapi sekarang menjadi sebuah aktivitas yang membahagiakan kami semua. Tiap malam menjelang jam 9 anak-anak sudah antusias menyiapkan lilin, salib, dan rosario. Kami bergantian memimpin doa rosario. Sungguh luar biasa karya Tuhan melawat tiap umat-Nya. Ada hikmah indah dalam tiap peristiwa yang dialami🙏🙏”

Unik lagi kisah dari Mas Djunaedi:

“Ini kisahku…
Efek dari tidak adanya kegiatan ibadat berjamaah di gereja maupun di lingkungan, kami jadi berusaha mengikuti secara online/ live streaming.
Kemarin tgl 25 Maret kebetulan kami tidak bisa buka live streaming Keuskupan Purwokerto. Jadi kami ikut yang dari Vatikan.. Bahasa Itali, mana kami mengerti? Namun kami mencoba khusyuk mengikutinya.. Beberapa saat akhirnya agak paham, kayaknya ini doa rosario. Jadi saat Bapa Paus ucapkan “Paster Noster” ini pasti Bapa Kami, trus “Ave Maria” ini pasti Salam Maria dst… Pokoknya pejamkan mata dan kami ikuti pakai bahasa Indonesia.. Eh, di peristiwa ke 3 signal ilang… Akhirnya kami lanjutkan dengan bahasa Indonesia dan rosario berdua hingga selesai.. 💪💪💪🙏🙏🙏🙏”

Itulah beberapa kisah positif yang menginspirasi dan memberi semangat di tengah keprihatinan wabah virus corona. Panitia yang sedang sibuk memberikan pelayanan solidaritas menjadi lebih semangat. Berbagai tanggapan dan komentar lucu dari teman yang lain juga memberi suasana hati riang. Koordinasi tugas pelayanan pun menjadi lebih lancar.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Untuk diketahui, Panitia Paskah tahun 2020 ini ditunjuk oleh Dewan Pastoral Paroki (DPP) Santo Yosep untuk menangani program tanggap bencana Covid-19, bersama Tim Kerja Kesehatan dan Tim Kerja Pelayanan Sosial Ekonomi (PSE). Selain mengumpulkan dan mendistribusikan sembako sumbangan dari umat lingkungan. Panitia juga memberikan bantuan sarana pencegahan virus dan kebersihan diri (sabun, hand sanitizer dan masker yang dibuat sendiri sesuai standar oleh panitia dan para relawan). Selain itu disiapkan pula bantuan suplemen dan vitamin. Bekerjasama dengan Klinik Pratama Adidharma, akan diberikan pula Kartu SanYos Sehat (KSS) bagi masyarakat dan umat yang tidak mempunyai jaminan kesehatan.

Merangkum kisah-kisah itu, Romo Manto berpesan, “Mari sambil beraksi solidaritas, kita sebarkan kisah pengharapan pada kasih Allah. ‘Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.’ (1Tim 4:10).”

Sumber foto dan tulisan: grup WA Panitia Paskah

1 replies »

  1. Wkwkwk… Romo Kris kreatif tingkat tinggi… 🙏🙏🙏💪💪💪💪 semangaaaat mengunci diri bukan berarti tidak berguna bagi orang lain.. Masing masing mendapat bagianya..

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.