Hari Minggu Biasa VII (23 Pebruari 2020)
Im. 19:1-2.17..18; Mzm. 103:1-2.3-4.8.10.12-13; Kor. 3:16-23; Mat. 5:38-48.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
” Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu ” (Mat 5:44)
Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih,
Mendengar kutipan ayat diatas, terlintas di pikiran saya tentang peristiwa di tanggal 13 Mei 1981, ketika seorang berkebangsaan Turki bernama Mehmet Ali Agca mencoba membunuh pemimpin umat Katolik Paus Yohanes Paulus II. Tak butuh waktu lama bagi Paus untuk memaafkan Mehmet. Setelah selamat dan sembuh dari percobaan pembunuhan itu, beliau mengunjungi penjara tempat Mehmet Ali Agca ditahan kemudian menemui penembaknya itu dan memeluknya. Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II berkata, “Aku memaafkanmu, Sahabat. Aku mengampunimu.”
Sungguh di luar nalar kita, bahwa biasanya orang akan menyalahkan, mengutuk, bahkan berusaha membalas dendam apabila merasa dirinya disakiti atau dianiaya. Mata ganti mata, gigi ganti gigi, nyawa ganti nyawa. Namun yang dilakukan Bapa Paus Yohanes Paulus II sungguh merupakan wujud nyata ajaran Yesus. Seperti halnya Yesus yang juga tidak menyalahkan pembunuh-pembunuhnya, tapi justru memohonkan pengampunan kepada Bapa-Nya di surga dengan mengatakan, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34).
Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih,
Ada 2 hal penting yang bisa kita renungkan dari perikop Injil hari ini, yaitu mengasihi dan mendoakan.
Pertama, mengasihi menjadi pokok ajaran Yesus sendiri, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Mat 22:37-39).
Hukum yang pertama sudah seharusnya kita imani dan lakukan, karena Tuhan adalah sang pemberi kehidupan yang punya otoritas atas hidup kita sudah lebih dulu mengasihi umat manusia dengan mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus dosa manusia.
Hukum yang kedua, sebagai manusia, mengasihi diri sendiri lebih mudah daripada mengasihi orang lain. Mengasihi orang lainpun seringnya pilih-pilih hanya untuk mereka yang memang baik terhadap kita. Padahal mengasihi sesama yang Tuhan Yesus ajarkan bukan terbatas pada mereka yang baik-baik saja kepada kita, tapi juga kepada musuh-musuh kita.
Kedua, mendoakan.
Waktu kita kecil dan belajar agama di sekolah diajarkan bahwa berdoa adalah berbicara dengan Tuhan. Dan seringnya, kita hanya berdoa saat sedang dalam masalah dan butuh pertolongan Tuhan. Seiring pertambahan usia dan pemahaman akan iman katolik yang baik, pengertian tentang berdoa menjadi berkembang. Sejatinya, berdoa adalah berelasi dan membangun keintiman dengan Tuhan. Jadi bukanlah sekedar permohonan-permohonan saja yang disampaikan, namun ungkapan syukur dan terimakasih kita kepada Tuhan juga penting. Doa juga menjadi kesempatan untuk mendengarkan kehendak Tuhan dan mengharapkan yang baik bagi diri serta sesama.
Kerendahan hati adalah dasar doa. Supaya mendapat anugerah sebagai buah dari doa, kita harus bersikap rendah hati. Di depan Allah, manusia adalah seorang pemohon yang sepenuhnya bergantung pada kemurahan-Nya. Berdoa atau mendoakan juga hendaknya menjadi kebiasaan yang baik buat kita umat katolik. Siapa yang kita doakan? Tidak terbatas! Orangtua, Suami/Istri, anak, keluarga, teman, bahkan doakanlah musuh kita, orang yang suka menyakiti (hati) kita. Alih-alih mengutuk, kita memohonkan yang terbaik bagi mereka yang menyakiti. Buahnya, kita justru mendapat karunia untuk mengampuni dan mengalami damai. Dengan demikian sikap kita sesuai dengan ajaran Yesus sendiri.
Bapak/Ibu/Saudara/i yang dikasihi Tuhan.
Kedua hal diatas dapat disingkat menjadi “KADO” (“KAsihilah musuhmu dan DOakan orang yang menganiaya kamu”). Agar bisa berbagi “KADO”, diperlukan latihan nyata terus menerus setiap hari di tengah tarikan hukum balas dendam (mata ganti mata, gigi ganti gigi). Bila kita ikhlas memberi “KADO”, maka akan ada kedamaian dan sukacita bagi pemberi dan penerimanya.
Marilah kita mohon pertolongan Tuhan supaya kita dimampukan berbagi “KADO” bukan saja untuk orang-orang yang kita cintai tapi juga mereka yang kurang kita perhatikan, bahkan yang membenci atau menyakiti kita.
Marilah kita berdoa,
Tuhan yang penuh kasih, kami bersyukur atas penyertaan-Mu selama ini. Kami menyadari banyak kesalahan dan kekurangan yang telah kami lakukan. Kami mohon pengampunan dari-Mu. Ajarilah kami untuk bisa saling mengasihi dan mengampuni serta mendoakan sesama kami. Seperti halnya Engkau mengajarkan dan lebih dahulu melakukannya untuk kami, sehingga kami layak menjadi murid-Mu yang sejati. Karena Engkaulah Tuhan dan pengantara kami yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin
Berkah Dalem
Dionisius Hence Cahyadi
Lingk. St. Andreas
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu
Tak seberapa yang ku perbuat namun kasih Mu luar biasa
SukaDisukai oleh 1 orang