Salah satu program pemberdayaan
Rabu 06 Desember 2017, bertempat di aula Paroki St. Yoseph Purwokerto Timur diselenggarakan rekoleksi bagi para pengurus Dewan Pastoral Paroki, Stasi, Lingkungan dan Kelompok Kategorial. Acara ini merupakan salah satu bentuk pemberdayaan spiritual yang diprogramkan DPP. Sebanyak 164 pengurus menanggapi tawaran program pemberdayaan ini dengan antusias.
Pkl. 17.00 para pengurus telah berdatangan dan melakukan registrasi ulang, lalu dipersilahkan menikmati hidangan makan malam. Sembari menikmati santapan, diperdengarkan lagu-lagu rohani yang dibawakan oleh Upie, Dion, Jeli dan Lisa dengan iringan keyboard oleh bu Yovita.
Tepat pkl. 18.00 acara rekoleksi dibuka dengan doa angelus dan doa pembukaan yang dibawakan oleh Ibu Lynawati. Selanjutnya Romo Paroki, Ag Dwiyantoro Pr menyampaikan sambutan diselingi beberapa pertanyaan berhadiah.
Paguyuban yang hidup dan dewasa di tengah pluralitas
Rekoleksi dibimbing oleh Rm. Greg Soetomo, SJ, seorang imam yang belum lama ini menyelesaikan program doktoralnya di Jakarta dan saat ini bertugas di Manila. Romo Greg sedang mengambil liburan dan mengunjungi kota kelahirannya, Purwokerto. Jauh-jauh hari Rm Greg sudah menyampaikan rencananya untuk menginap di pastoran St. Yoseph. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh DPP St. Yoseph untuk meminta kesediaannya mendampingi rekoleksi bagi para pengurus DPP dan Stalingkat.
Tema yang diangkat dalam rekoleksi adalah “Membangun Paguyuban Umat Yang Hidup dan Dewasa dengan Berbasis Data di tengah Pluralitas”. Tema ini dipilih sesuai visi paroki dan fokus pastoral yang sedang digeluti tahun 2017 di tengah konteks masyarakat plural.
Dengan kekayaan referensi yang dimilikinya, Rm Greg membantu umat untuk memahami kenyataan kemajemukan, khususnya pluralitas agama yang dianut masyarakat kita. Dengan piawai, Rm Greg juga menjelaskan pokok-pokok ajaran iman Kristiani dalam perbandingannya dengan ajaran iman agama lain, khususnya agama Samawi (Abrahamic religions). Tentu perbandingan itu dimaksudkan untuk memahami dengan tepat ajaran pokok masing-masing agama sesuai perspektif para penganutnya tanpa menilai mana yang lebih baik.
Dijelaskan juga pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dalam perjumpaan antar para penganut agama terkait pokok-pokok iman, seperti siapa Allah, pewahyuan, Kitab Suci, tradisi, dan lain-lain. Pemahaman yang tepat akan membantu tumbuhnya sikap saling memahami, menghargai dan sikap toleransi.
Paguyuban umat Katolik yang hidup dan dewasa salah satunya ditandai dengan keterbukaan untuk hidup berdampingan di tengah pluralitas agama dengan sikap terbuka, mau berdialog, dan saling menghormati. Paguyuban umat Katolik juga siap bekerjasama dengan saudara-saudari beriman lain untuk membangun masyarakat yang menjunjung nilai-nilai kasih, keadilan, damai, penghormatan HAM dan keutuhan ciptaan.
Sharing dan tanya jawab
Suasana rekoleksi menjadi bertambah hangat saat sesi sharing dan tanya jawab. Banyak peserta rekoleksi yang sharing dan mengajukan pertanyaan kepada romo Greg. Di antaranya, pertanyaan dari Bpk Eka yang mengangkat gejala munculnya berita dan perdebatan di internet akhir-akhir ini khususnya dari kelompok radikal yang cenderung memaksakan pendapat dan aturan mereka. Di situ muncul pula klaim-klaim pembenaran dan seolah-olah akan menguasai dunia. Menanggapi hal itu Rm Greg mengajak umat Katolik untuk menjalin hubungan baik dengan kelompok agama lain, termasuk yang radikal tersebut.
Tak ketinggalan pula, seorang suster dari komunitas OP Adidharma menanyakan apakah orang Katolik boleh mengucakan “Assalamu’alaikum”. Menurut Rm Greg, ada sebagian orang yang meyakini bahwa salam itu hanya untuk umat Muslim saja. Maka sebaiknya umat Katolik menghormatinya dengan menggunakan salam secara umum yang artinya kurang lebih sama, yakni salam sejahtera (bagi kamu sekalian).
Menyusul kemudian sharing dari Bpk Marwoto, seorang PNS yang tidak jarang diminta memimpin doa dalam berbagai kesempatan acara di kantornya. Beliau tetap memimpin dengan cara Katolik dan menggunakan rumusan umum sambil mengajak teman-teman sekantornya yang beragama lain untuk berdoa menurut imannya masing-masing.
Pak Yohanes Supri juga membagikan pengalamannya dipercaya oleh masyarakat di sekitar tempat tinggalnya untuk menjadi Ketua RT. Dia berusaha menunjukkan kesaksian hidup dan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Hal senada juga disampaikan oleh Pak Karsono sebagai seorang katekis voluntir yang melihat pentingnya umat Katolik menghadirkan diri sebagai “garam dan terang” bagi masyarakat umum.
Beberapa peserta lainnya juga menyampaikan pertanyaan dan pengalaman mereka lalu mendapat tanggapan atau peneguhan dari Romo Greg. Semua itu membuat para peserta rekoleksi semakin dicerahkan dan disemangati untuk membangun paguyuban umat Katolik yang hidup dan dewasa di tengah masyarakat plural ini.
Akhirnya tepat pukul 21.10 acara rekoleksi ditutup dengan doa dan berkat yang disampaikan oleh Rm Kris. Sebelum pulang ke rumah masing-masing, para peserta rekoleksi dipersilahkan foto per lingkungan bersama Romo Greg. Terima kasih atas pencerahan dari Romo Greg Soetomo SJ dan partisipasi aktif para Pengurus DPP dan Stalingkat.*_*
Keterangan: Tulisan diolah dari notulensi Aloysius P. Bimas Dewanto. Foto oleh Yohanes Purwanto
Foto selengkapnya dapat dilihat di: Album Rekoleksi Pengurus DPP dan Stalingkat
Kategori:AKTUALIA, Seputar Paroki