RENUNGAN

Membangun Relasi dan Bersatu Dalam Kemuliaan Allah

Hari Minggu Paskah VII – Hari Komunikasi Sedunia (21 Mei 2023)

Kis. 1:12-14; Mzm. 27:1,4,7-8a; 1Ptr. 4:13-16; Yoh. 17:1-11a.

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.” (Yoh 17:1)

Bapak-Ibu dan saudara-saudari terkasih.

Minggu ini kita memasuki Minggu Paskah VII. Dalam bacaan Injil hari ini kembali Tuhan Yesus memberikan teladan bagi kita untuk membangun relasi dengan Allah melalui doa. Dalam kesibukan seperti apapun Tuhan Yesus selalu menyempatkan diri untuk berdoa. Doa Tuhan Yesus pada bacaan hari ini menunjukan betapa dekatnya Tuhan Yesus dengan Allah Bapa di surga. Kedekatan itu bisa kita rasakan dalam doa Tuhan Yesus. Doa adalah cara Tuhan Yesus untuk berkomunikasi dengan Allah sebagai BapaNya. Doa bagi orang beriman adalah perjumpaan dengan Allah secara personal. Doa tidak memerlukan rangkaian kata-kata puitis tapi bagaimana kita bisa merasakan kehadiran Allah dalam hidup kita. Bahkan dalam keheningan tanpa katapun kita bisa merasakan kehadiran Allah dalam batin kita. Orang yang tidak pernah mempunyai waktu untuk berdoa tidak akan merasakan dan memahami kehendak Allah karena tidak memberi kesempatan Allah untuk menyapa.

Doa Tuhan Yesus pada bacaan hari  ini berisi dua hal :

Pertama Tuhan Yesus meminta supaya mempermuliakan Anak yaitu Tuhan Yesus sendiri seperti sabdaNya “Bapa telah tiba saatnya, muliakanlah Putra-Mu, supaya putramu memuliakan Engkau” (Yoh 17:1). Saat itu Tuhan Yesus sudah tahu bahwa waktunya akan tiba, maka Ia meminta kepada BapaNya untuk memuliakan Dia. Kemulian yang Tuhan Yesus dapatkan adalah menyelesaikan tugas dengan taat, meski harus mengalami penderitaan yang luar biasa hingga disalib. Saat Tuhan Yesus wafat di salib serdadu mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah. Kemudian Tuhan Yesus dibangkitkan dan bersatu dengan Allah Bapa. Inilah kemuliaan yang Tuhan Yesus dapatkan. Kemuliaan penuh adalah kembali kepada Bapa di surga. Dengan kemuliaan yang Tuhan Yesus dapatkan. Tuhan Yesus juga sudah memuliakan Tuhan Allah. Salib bukan sebuah penghinaan tapi sebuah kemuliaan.

Kedua Tuhan Yesus memohon kepada BapaNya untuk memilihara murid-muridNya karena Tuhan Yesus tahu bahwa dunia tidak menerima mereka dan akan membenci bahkan mengasingkan mereka. “Aku berdoa untuk mereka . Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu, dan segala milik-Ku adalah milik-Mu, dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan aku telah dimuliakan di dalam  mereka. Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu” (Yoh 17:9-11a).

Doa yang Tuhan panjatkan untuk murid-murid-Nya itu, juga untuk kita yang percaya akan satu-satunya Allah yang benar yaitu Allah Bapa dan akan Tuhan Yesus sebagai utusan Allah. “Sebab segala Firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Aku sampaikan kepada mereka, dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar bahwa aku datang dari Engkau, dan mereka percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yoh 17:8)

Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Kita sebagai orang Katolik sangatlah bersyukur memperoleh hidup yang kekal, karena kita meyakini satu-satunya Allah yang benar yaitu Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus  yang telah diutus. “Inilah hidup yang kekal, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:3)

Yoh 17:3 dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana orang bisa memperoleh hidup kekal yang disebut Yesus dalam ayat sebelumnya. Bukankah itu pertanyaan yang memenuhi batin kita? Ingat pertanyaan orang kepada Yesus bagaimana caranya mencapai hidup kekal (Mrk 10:17, lihat juga Mat 19:16 Luk 18:18). Di situ Yesus mengajak orang yang amat teguh beragama itu untuk melangkah lebih jauh ke dalam kerohanian sejati dan menemukan pengetahuan mengenai inti keilahian sendiri. Dalam kisah yang dilaporkan ketiga rekan penginjil itu Yesus mengajarkan, kalau orang mau sampai tingkat sempurna, tinggalkan apa-apa yang dipunyai dan amalkan bagi orang lain, lalu ikuti dia. Inilah pengetahuan sejati. Nah dalam hubungan itulah Yoh 17:3 menjelaskan bahwa hidup kekal timbul dari kemauan untuk mengenali satu-satunya Allah yang benar dan mengakui Yesus Kristus sebagai utusan-Nya. Jalan ke hidup kekal ialah mengikuti Yesus dengan batin merdeka. Namun, sekali lagi ini bukan pengetahuan di kepala melulu, bukan pula sekadar kemantapan batin semata-mata, melainkan kesatuan diri dengan Yang Ilahi tanpa lebur ke dalamnya, tetapi dalam bimbingan Sang Putera. Ini spiritualitas yang mematangkan batin.

Jadi meski mungkin sekarang kita dalam himpitan dan tekanan atau bahkan penghinaan tidak usah kita merasa kawatir karena ada penyertaan Tuhan. Kita sudah menerima Roh Kudus yang akan menyertai kita dalam memperoleh kehidupan kekal.

Selama ini apakah kita sudah mencotoh apa yang Tuhan Yesus contohkan. Tuhan Yesus bisa saja meminta salib itu berlalu daripadaNya tapi Tuhan tidak meminta itu bahkan Tuhan masih sempat untuk meminta kepada Allah Bapa untuk memelihara kita. Tuhan menyelesaikan semua Tugas dengan taat tanpa mengeluh.

Selama berada di dunia Tuhan Yesus juga sudah melakukan semua pekerjaan yang Tuhan  Allah berikan. “Aku telah memuliakan Engkau di bumi dengan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk aku lakukan“ (Yoh 17:4). Tuhan Yesus telah diberi kuasa untuk mewartakan kabar sukacita. Tuhan telah melakukan banyak mujizat seperti merubah air menjadi anggur saat pesta di Kana, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan Lazarus, membagikan 2 ikan dan 5 roti untuk mengenyangkan 5000 orang. Masih banyak lagi yang Tuhan lakukan. Semua dilakukan dengan kerendahan hati karena Tuhan tahu bahwa apa yang dilakukan untuk kemuliaan Allah.

Bagaima dengan kita yang mempercayai Tuhan Yesus Putra Allah, yang pada akhir zaman nanti akan datang untuk membawa kita kehadiratNya, memperoleh kehidupan abadi. Apakah kita juga sudah melakukan untuk kemuliaan Tuhan? Apakah kita sudah menebar kasih di manapun kita berada? Bagaiman sikap kita terhadap pasangan, anak-anak, keluarga, tetangga, teman-teman seiman, serta masyarakat luas? Apakah setiap yang kita lakukan berpusat pada kemuliaan Allah atau kita mengejar pujian, ego kita yang kita tonjolkan?

Semoga kitapun dimampukan untuk mengerjakan karya-karya kita yang hanya bersumber untuk kemuliaan Allah. Kita kerjakan semua tanggungjawab dengan baik. Kita bersatu saling mendoakan tidak lagi memandang perbedaan. Kita satu iman wajib untuk saling mendoakan, saling mengasihi, saling support. Bersatu dalam karya pelayanan demi kemuliaan Tuhan.

Marilah kita berdoa. Ya Tuhan Yesus ajarilah kami untuk selalu berdoa seperti Engkau, menjalin relasi yang baik dengan Bapa. Ajarilah pula kami untuk mendoakan orang lain yang saat ini membutuhkan pertolongan. Berikanlah kami kerendahan hati agar Roh Kudus senantiasa menyala dalam hidup kami. Amin.

Berkah Dalem.

Melania Moertrini

Lingk. St. Paulus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.