RENUNGAN

Masuk Dalam Cahaya Paskah dan MewartakanNya

Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan (9 April 2023)

Kis. 10:34a,37-43; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Kol. 3:1-4 atau 1Kor. 5:6b-8; Yoh. 20:1-9.

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya.” (Yoh. 20:8)

Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Perikop bacaan Injil hari ini, sangatlah menarik. Dikisahkan Maria Magdalena pagi-pagi benar ketika hari masih gelap pergi ke kubur Yesus (Yoh 10:1a). Pagi-pagi benar ketika hari masih gelap bisa diartikan dalam keadaan kegelapan, kedosaan. Maria Magdalena pernah mengalami kedosaan itu. Hal mirip seperti yang dialami Simon Petrus. “Kemudian tibalah juga Simon Petrus menyusul dia, dan masuk ke dalam kubur itu” (Yoh 20:6a)

Kubur melambangkan kematian. Mati berarti kehilangan kebersamaan dengan Allah. Simon Petrus mengalami hal ini, yaitu lewat penyangkalan diri akan kehadiran bahkan kebersamaan dengan Yesus.

Namun Yesus menganugerahkan Paskah bagi mereka. Kisah pertobatan Maria Magdalena dijawab Yesus dengan penampakkan diri-Nya (bdk Yoh 20:11-18). Maria Magdalena mencintai-Nya dan berani mencari Yesus. Begitu pun dengan Simon Petrus. Walau pun pernah menyangkal Yesus, namun Petrus bersedia mencari hingga masuk ke dalam kubur dan ia melihatnya dan percaya (Yoh 20:8b). Petrus berani mengalami ‘kubur’ Yesus. Petrus datang ke situ dan masuk dan mendapati juga kafan terletak di tanah. Keduanya mendapati makam kosong, kafan pembalut mayat terletak di tanah. Kesimpulan pembaca: ia sudah bangkit.

Murid yang lain yang tadi ada di luar itu kemudian masuk ke makam dan dikatakan “ia melihatnya”, maksudnya “melihat pertanda bahwa Yesus tidak lagi ada di makam, “dan ia percaya”. Ia percaya bahwa ia telah bangkit. Pendengar Injil diajak ikut serta dalam pengalaman Petrus mengenai ”apa yang telah terjadi itu”, yakni Yesus tidak lagi berada di tempat orang mati dan hanya kain kafannya yang ada di situ. Petrus akan sampai pada kesadaran bahwa Yesus sudah bangkit. penampakan hanyalah salah satu jalan bagi kepercayaan akan kebangkitan Yesus.

Bila diperhatikan, kisah-kisah penampakan seperti diceritakan dalam Perjanjian Baru memuat tiga unsur utama berikut ini: Pertama, yang mendapat penampakan tidak segera mengenali Tuhan yang sedang menampakkan diri: kedua murid dalam perjalanan ke Emaus mengira sedang berbicara dengan musafir yang tak tahu apa yang baru terjadi di Yerusalem (Luk 24:13-35, terutama ay. 18), Maria Magdalena mengira bertemu dengan penunggu taman (Yoh 20:11-18, terutama ay. 15).

Kedua, terjadi dialog antara Tuhan dan orang yang mendapat penampakan. Bisa terjadi sepanjang hari (dua murid dalam perjalanan ke Emaus), bisa juga hanya sekilas (Saulus dalam Kis 9:3-6), tetapi dapat juga terjadi berulang-ulang dalam masa 40 hari (Kis 1:3b). Bagaimanapun juga, hubungan yang terbangun dalam dialog ini mengarah pada perubahan yang besar dan mantap dalam diri orang yang bersangkutan.  Inilah cara Tuhan membantu orang yang percaya agar semakin mengenali yang benar.

Ketiga, penampakan membuat orang mulai memberikan kesaksian. Namun demikian, kesaksian ini bukanlah mengenai penampakan sendiri, melainkan mengenai sebuah pokok kepercayaan, yakni bahwa Yesus bangkit.

Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Saya pernah mengalami keraguan akan cinta dan kehadiran Allah. Yaitu saat saya mengalami peristiwa yang menyakitkan, bersamaan dengan itu hidup kerohanian saya juga tergerus. Tuhan terasa jauh dan saya pun mengalami ‘kehampaan’ hidup.  Namun Lewat permenungan peristiwa jalan salib, tergambarkan bahwa Yesus jauh lebih menderita, bahkan mati dengan cara yang bengis.

Maria Magdalena dan Simon Petrus membuktikan bahwa dengan cinta dan keberanian berkomitmen kepada-Nya, adalah jalan menuju Cahaya Paskah seperti hari ini. Dan ganjaran dari-Nya adalah dengan diberikan rahmat berlimpah. Kita pun akan dikaruniakan rahmat Paskah yang sama. Asalkan kita mau mencari dan berani masuk ke dalam Cahaya Paskah-Nya serta berkomitmen meningalkan kegelapan/kedosaan. Sikap rendah hati dan mengakui berdosa adalah cara yang relevan yang semestinya kita hidupi setiap saat. Dengan demikian tidaklah tepat, kita menggerutu: belum pantas, masih banyak dosa, belum terpanggil, belum saatnya, dan aneka litani alasan lainnya; jika demikian maka kita nyaman dalam zona ‘kegelapan’.

Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Saatnya kita menjadi manusia Paskah.Dalam satu baptisan kita telah mati dan dihidupkan oleh Roh Kudus dan menjadi anak-anak Allah. Maka sebagai satu keluarga Kerajaan Allah, seharusnya kita menjadi Maria Magdalena dan Simon Petrus masa kini. Penampakan Yesus ini mengajak kita beranjak dari keraguan menuju kepada sikap percaya, dari sikap percaya membangun dialog dengan DIA yang bangkit dari perjumpaan dengan DIA yang bangkit kita dipanggil untuk menjadi saksi hidup dari kebangkitan-Nya.

Marilah kita berdoa mohon Roh agar menjadi penggerak iman agar menjadi kokoh, pemberi rahmat ketabahan, kesetian serta kerendahan hati supaya kita dimampukan dan berani menjadi saksi-saksiNya (bdk Kis 10: 39-41). Kemudian bersamaan dengan itu dengan penuh sukacita menyebarkan Paskah kita.

“Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak sorai dan bersukacita karenanya” (Mzr 118:24).

Alleluya! Selamat Paskah!!

Tuhan memberkati,

Yulius Yerry Wenur

Lingk. St Agustinus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.