RENUNGAN

Memiliki Hati Baru

Hari Prapaskah IV (19 Maret 2023)

1Sam. 16:1b,6-7,10-13a; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Ef. 5:8-14; Yoh. 9:1-41 (panjang) Yoh. 9:1,6-9,13-17,34-38 (singkat).

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah   ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya: “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.” Siloam artinya: “Yang diutus.” Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.” (Yoh 9:6-7)

Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Minggu ini kita semua memasuki minggu Prapaskah yang ke 4, di mana dalam bacaan Injil hari ini kita belajar untuk merenungkan dari cerita orang yang buta sejak lahir. Kita bisa bayangkan bagaimana rasanya hidup dalam kebutaan. Yang ada hanya gelap, gelap dan gelap saja. Dia mengalami kesakitan baik secara fisik maupun psikis. Fisiknya tidak dapat melihat, psikisnya pasti selalu diliputi perasaan sedih dan putus asa. Belum lagi, terkadang dalam masyarakat pada umumnya, sering kali kita menghakimi orang yang mengalami sakit, dianggap sebagai satu kutukan atau akibat dosa. Entah dosa orangtuanya atau dosa orang yang bersangkutan. Kita terlalu mudah menghakimi tanpa bersimpati atau berempati kepada yang sedang menderita sakit.    

Namun perlu kita pahami bahwa, tidak semua penyakit terjadi karena hukuman Tuhan. Demikian juga dengan kebutaan orang dalam bacaan Injil hari ini. Orang ini telah mengalami kebutaan sejak lahir, dan dicelikkan matanya oleh Yesus, sehingga dapat melihat. Ini menjadi salah satu karya Allah untuk menyatakan pekerjaan-Nya di dalam dia. Apakah yang Allah kerjakan? Allah yang menciptakan seluruh alam semesta. Allah juga yang menjadi penopang bagi ciptaan-Nya. Dia memanggil umat-Nya dan memelihara seluruh ciptaan-Nya sampai kehendak-Nya. Jadi, Yesus memberikan penekanan pada pekerjaan Allah dalam memanggil umat-Nya untuk menjalani pertobatan sejati yang menjadi dasar dalam menuju kehidupan kekal. Allah mau mengatakan kepada kita semua bahwa untuk menerima satu anugrah, terkadang kita harus melewati sakit dahulu, hingga pada akhirnya kita dapat betul-betul yakin dan percaya sepenuh iman atas penyelenggaraanNya.

Bapak-Ibu, saudara-saudari yang terkasih.

Saya menemukan  ayat yang sangat meneguhkan iman saya, yaitu dalam ayat yang ke 6 dan 7. Pada ayat ini dikatakan bahwa Yesus meludah ke tanah dan membuat adukan dari ludah dan tanah itu. Hal ini merupakan suatu simbol penciptaan kembali. Satu hal yang dianggap najis, yaitu ludah dijadikan sesuatu yang memberikan penglihatan kepada orang buta itu. Yesus sedang menyatakan bahwa Dialah yang memanggil umat-Nya dengan menjadikan mereka ciptaan yang baru. Demikian juga mata orang buta ini, yang sejak lahir tidak pernah berfungsi sama sekali. Mata orang buta ini perlu diciptakan kembali. Dia tidak bisa disembuhkan karena belum pernah berfungsi. Demikian juga kita perlu diciptakan kembali supaya berfungsi sebagaimana seharusnya. Hal yang dianggap najis oleh orang banyak justru menjadi tanda yang sangat mulia. Yesus mengerjakan penciptaan kembali. Penciptaan yang terjadi dari tengah-tengah kematian dan kenajisan untuk memanggil umat-Nya.

Tindakan menciptabarukan yang nyata dalam penyembuhan orang buta adalah tanda bahwa sejak semula Allah menciptakan segala sesuatu itu baik adanya (bdk Kisah Penciptaan). Maka setelah diciptakan secara baru, Allah menghendaki kita menggunakan mata kita, menggunakan hati kita, menggunakan kemampuan kita untuk melihat hal baik dalam diri sendiri, hal baik dalam diri orang lain, teristimewa hal baik yang dilakukan Tuhan bagi kita. Agar kita tau bersyukur atas segala sesuatu yang sejak semula baik adanya yang telah diciptakan Allah dengan cinta yang besar. Kisah orang buta ini mengingatkan kita akan “Karya Penciptaan” bahwa kita semua berasal dari debu tanah tapi kuasa Ilahi menjadikan kita ciptaan yang sempurna. Walau akhirnya akan kembali ke debu tanah, kita diingatkan akan kerendahan hati dalam masa pertobatan ini dan selalu menjadikan diri kita sebagai perpanjangan tangan akan kebaikan Allah kepada dunia.

Saya merenungi dan merefleksikan perikop ini dalam kehidupan saya. Saya seperti orang buta dalam bacaan Injil ini, buta secara rohani. Sesaat, saya tidak peka dengan suara Tuhan, dengan masih sering mengeraskan hati untuk berjalan sekehendak hati. Sering merasa bisa sendiri dalam melakukan banyak hal, ada kesombongan dan lebih mudah putus asa serta merasa frustasi jika apa yang saya kerjakan tidak berhasil. Akar pahit karena sakit hati dan kekecewaan terhadap orang yang menyakiti saya, membuat saya menutup diri. Permasalahan hidup telah membutakan saya.

Tetapi perjumpaan dengan Yesus, sungguh mengubah hati saya. Layaknya orang buta yang dicelikkan matanya, demikian juga yang terjadi dengan saya. Yesus menyembuhkan luka batin saya dengan cara saya mulai peka mendengar suara-Nya, semakin memperbaiki sikap dan sifat dengan kerendahan hati dan kesederhanaan, bertemu secara intens dalam perayaan Ekaristi dan mempunyai kedekatan secara rohani dengan Yesus.

Ada 2 hal positif yang bisa saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari yang digambarkan oleh orang buta ini, untuk selalu menjadi pengingat bagi saya :

Pertama, saya akan terus menjadi seperti orang buta ini, membutakan mata saya. Artinya tidak mau melihat hal-hal yang buruk dari orang lain, tidak mau ikut-ikutan membicarakan apa yang tidak saya lihat dan dengar sendiri, menyimpan semua cerita dalam hati, tidak mau melihat kesalahan orang lain yang berujung pada penghakiman kepada orang lain, dan tidak mau iri dengan melihat kesuksesan dan kebahagiaan orang lain.            

Kedua, saya akan menjadi pewarta kabar suka cita karena mata saya sudah dicelikan oleh Yesus, sehingga tidak buta lagi dan membasuh diri dalam pembabtisan. Bersikap selalu mau melihat kekurangan diri sendiri, sehingga berjuang untuk terus menjadi lebih baik. Selalu melihat kesulitan atau kesusahan yang dialami sesama, sehingga tumbuh perasaan simpati dan empati untuk mau mengulurkan tangan dan membantunya. Selalu melihat hal-hal yang positif dari setiap orang yang saya jumpai. Menjadi pribadi yang rendah hati, penuh kasih dan pengampunan serta melihat kebaikan Tuhan dalam setiap peristiwa, sekalipun yang dialami adalah peristiwa yang menyakitkan. Menyadari sepenuh iman bahwa kebahagiaan, musibah, masalah, sakit ataupun persoalan yang terjadi adalah berkat dan anugrah yang harus kita terima dengan rasa syukur. 

Gambaran orang buta yang sekarang telah melihat dan beriman, seperti inilah cara Tuhan memanggil umat-Nya. Juga memanggil saya, bapak-ibu dan saudara-saudari semua. Terkadang hati kita terpikat oleh tawaran dunia, tetapi tertidur ketika diperhadapkan pada kebenaran firman Allah. Hati kita buta. Hati kita tidak pernah bisa melihat kemuliaan Kristus. Tetapi belas kasihan Kristus membuat kita memiliki hati yang baru. Hati yang dimiliki oleh umat-Nya yang sejati.

Mari bersama-sama kita merendahkan hati dengan menjalani masa retret agung pantang dan puasa ini dengan hati yang terbuka dan penuh syukur, menerima rahmat serta hikmat dari Allah Bapa, sehingga kita semua dimampukan melihat teladan Yesus dan menghidupinya dalam hidup keseharian kita, dengan pertolongan Roh Kudus. Amin

Berkah Dalem

Veronika Yusia Sulistyaningsih

Lingk. St. Markus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.