Renungan Harian

ES BATU PEKAN PRAPASKAH III SABTU 18 Maret 2023 Bahaya Kesombongan Religius Hos. 6:1-6; Mzm. 51:3-4, 18-19, 20-21ab; Luk. 18:9-14

Pelanggan setia es batu yang dikasihi dan mengasihi Tuhan, lewat perikop Injil hari ini Yesus mengajar kita bagaimana berdoa dengan benar dan berkenan di hadapan Tuhan. Motivasi batin adalah kunci doa yang benar dan berkenan di hadapan Tuhan.

Kesombongan religius ditunjukkan oleh orang Farisi dalam bentuk mengandalkan kebenaran diri sendiri dan memandang rendah orang lain. “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” (Luk 18:11-12)

Dari doa yang dipanjatkan oleh orang Farisi terlihat bahwa dia bukan sekadar meyakini kebenarannya sendiri, melainkan memegahkan kebenaran itu di hadapan Allah dan orang lain. Yang ironis, kesombongan ini justru diletakkan pada hal-hal yang religius dan terjadi dalam konteks aktivitas religius pula. Dia seolah-olah memulai doanya dengan ucapan syukur kepada Allah, tetapi sebetulnya adalah tentang dirinya sendiri. Ucapan syukur seharusnya berbicara tentang apa yang Allah lakukan bagi kita.

Santo Agustinus, seorang Uskup dan Pujangga Gereja, pernah berkata: “Di hadapan Allah, manusia adalah seorang pengemis.” Kata-kata St. Agustinus ini dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik: “Kerendahan hati adalah dasar doa dan karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa” (Rom 8:26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di hadapan Allah, manusia adalah seorang pengemis.” (KGK. No. 2559)

Pelanggan setia es batu yang terkasih, kerendahan hati sebagai motivasi dasar doa, ditampilkan oleh si pemungut cukai dalam perumpamaan Injil hari ini. Ia tidak punya apa-apa yang bisa dibanggakan di hadapan Allah. “Tetapi Pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” (Luk 18:13).

Motivasi batin dalam bentuk pengakuan jujur disertai kerendahan hati ditunjukkan si pemungut cukai untuk mengetuk pintu rahmat Tuhan. Motivasi batin itu menggerakkan dia saat berdoa di Bait Allah untuk meletakkan seluruh harapannya dalam Diri Allah yang berbelas kasih pada dirinya yang berdosa.

Sikap seperti inilah yang dicari dan berkenan di hadapan Tuhan. Maka Tuhan menegaskan, “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Luk 18:14)

Pelanggan setia es batu yang terkasih, semoga kita dapat menjadi umat seperti layaknya si pemungut cukai itu yang sadar akan keberdosaannya. Menjadi pribadi yang rendah hati di hadapan Tuhan, yang mau bertobat, sehingga kita boleh mendapatkan anugerah keselamatan dari Tuhan.

Selamat pagi, selamat menapaki pejiarahan hidup ini dengan semangat kerendahan hati dan penuh pengharapan akan cinta kasih Tuhan. Salam KOB, jangan lupa BBM dan tetap SPHI. Tuhan selalu membimbing dan memberkati.

Jl. Kaliputih No. 2 Purwokerto.
MoMan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.