Hari Minggu Biasa VI (12 Pebruari 2023)
Sir. 15:15-20; Mzm. 119:1-2,4-5,17-18,33-34; 1Kor. 2:6-10; Mat. 5:17-37 (panjang) atau Mat. 5:20-22a, 27-28, 33-34a, 37.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 5:20)
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih dalam Kristus.

Bacaan Injil hari ini berkisah tentang Yesus dan Hukum Taurat. Dalam khotbah di sebuah bukit Tuhan Yesus mengajar murid-muridNya dan berkata bahwa kedatanganNya ke dunia ini bukan untuk meniadakan Hukum Taurat atau Kitab Para Nabi, melainkan untuk menggenapiNya. Kasih yang Yesus ajarkan kepada murid-muridNya adalah kasih yang berasal dari Allah Bapa dan diterapkan oleh Yesus sendiri ketika masih berada di dunia ini. Kasih yang murni dan dari lubuk hati yang terdalam. Yesus juga berkata bagaimana supaya kita bisa menduduki tempat yang tinggi dalam Kerajaan Surga. Caranya dengan mengajarkan dan melakukan segala perintah Taurat kepada orang lain. Tetapi jika kita meniadakan segala perintah Taurat, sekalipun yang paling kecil, maka kita akan menduduki tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Surga. Yesus juga menghendaki agar kehidupan keagamaan kita harus lebih benar dari hidup keagamaan Orang Farisi dan Ahli Taurat. Semua yang Yesus ajarkan hari ini tertuang juga dalam 10 perintah Allah, yang berbunyi : jagan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, jangan mengingini istri sesamamu, itulah perkataan Tuhan Yesus hari ini kepada kita semua yang adalah jalan, kebenaran, dalam kehidupan ini.
Bapak-Ibu, Saudra-saudari terkasih.
Yesus menasehati para murid-Nya untuk tidak memiliki hidup keagamaan seperti yang dimiliki ahli Taurat dan orang Farisi. Yesus ingin para murid-Nya memberlakukan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh mulai dari dalam hati bukan hanya sekadar tingkah laku lahiriah. Lalu bagaimana mungkin Ia mengharapkan kita berbuat lebih dari orang Farisi? Bisa! Hidup keagamaan kita bisa lebih baik karena berasal dari Kristus. Karena kita memiliki kebenaran Kristus, kita dapat mematuhi Tuhan dengan kasih.
Hanya Yesus yang dapat membebaskan manusia untuk hidup benar di hadapan Allah dan dalam hubungan yang benar dengan sesama manusia. Dia mampu mengubah kondisi manusia berdosa untuk hidup benar dan menghayati kehendak Tuhan dari hati yang diperbarui-Nya. Marilah kita mendasarkan semua perilaku dan sikap kristiani kita atas Firman Hidup.
Setelah merenungkan bacaan Injil hari ini, saya teringat kepada sosok seorang perempuan sederhana yang memiliki hati yang murni. Perempuan itu bernama Mbah Yem. Nama panjangnya Agnes Wagiyem. Sejak kecil om, tante, kakak, adik-adik, dan saya diasuh oleh Mbah Yem. Mbah Yem menurut saya adalah seorang perempuan yang begitu taat dan setia kepada Tuhan, dan mempunyai kasih yang tulus dalam hatinya. Meskipun buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis Mbah Yem bisa menghafal dan mengucapkan doa Aku Percaya, Bapa Kami, dan Salam Maria dalam bahasa jawa dengan baik. Mbah Yem pun tidak pernah lupa untuk pergi ke Gereja setiap Hari Sabtu atau Minggu. Kadang-kadang naik becak terkadang juga jalan kaki, karena jarak yang harus ditempuh dari rumah ke gereja lumayan jauh.
Meskipun Mbah Yem tidak menikah dan tidak mempunyai anak cucu semasa hidupnya, namun jiwa ke-ibuan sangat lekat padanya. Saya ingat waktu saya masih kecil, Mbah Yem terkadang membantu menggendong adik-adik saya waktu mereka masih kecil, menyuapi buah pisang, menidurkan adik sampai tertidur dengan nyenyak dalam gendongan, menyiapkan air panas untuk mandi, mencuci baju, memasak bersama Ibu di dapur, dll. Semua urusan rumah tangga dia selesaikan dengan bersih dan rapi. Semasa hidupnya, hampir tidak pernah saya mendengar Mbah Yem mengeluh : sakit, tidak punya uang, capek, ingin ini itu dll. Mbah Yem selalu rajin bersih-bersih rumah dan masak-memasak dari pagi hingga malam menjelang tidur. Hingga kami sudah beranjak dewasa Mbah Yem memutuskan untuk tinggal di Klaten dan merawat Mbah Putri yang sudah berusia senja, sampai Simbah kami meninggal di usia 90 tahun. Mbah Yem adalah orang yang sangat berperan besar dalam merawat dan melayani Mbah Putri pada waktu itu. Setelah Mbah Putri meninggal, Mbah Yem akhirnya pulang ke daerah asalnya Desa Praci, tinggal bersama dengan keponakannya, dan 3 bulan kemudian Mbah Yem menghembuskan nafasnya yang terakhir dan meninggalkan kami semua. Tuhan memanggil Mbah Yem pada tanggal, bulan, dan tahun yang cantik : 10-10-2019 (bulan 10 adalah bulan Oktober, di mana Gereja menetapkan sebagai Bulan Rosario). Meskipun di desa saudara dan tetangga sekitar beragama non Katolik, mereka semua sangat mencintai Mbah Yem, mereka mengurus serta menguburkan Mbah Yem secara Katolik dengan baik. Semoga Mbah Yem berbahagia kekal bersama Bapa di Sorga, Amin.
Bapak-Ibu, Saudra-saudari terkasih.
Mbah Yem boleh dibilang adalah sosok perempuan teladan kami. Dia tidak bisa membaca kitab suci. Tetapi hidupnya sungguh hanya dipenuhi dengan kasih yang ia berikan kepada orang-orang di sekitarnya walaupun bukan darah dagingnya. Pemberian kasihnya kepada kami dan orang-orang di sekitarnya menjadi saksi bagi kami bahwa hidup keagamaannya sungguh dapat menjadi teladan bagi kami orang-orang yang diasuhnya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa “Pikiran dan hati yang kudus, menghantar pada hidup yang kudus.”. Yesus mengajarkan bahwa pusat kehidupan seseorang adalah hatinya. Kalau hatinya kudus, maka tingkah lakunya pun akan kudus. Sebaliknya kalau hati penuh pikiran busuk, busuk pula tingkah lakunya. Oleh sebab itu, jauh lebih penting menjaga hati dari pikiran-pikiran buruk daripada hanya mencegah perbuatan-perbuatannya. Yesus menegaskan hal tersebut dengan menyoroti dosa seksual yang seringkali tersembunyi, tetapi menggerogoti moral seseorang. Zinah sudah terjadi tatkala seseorang memikirkannya di dalam hati. Bila hati sudah berpikiran kotor maka tubuh akan mudah dikendalikan untuk melakukan perbuatan-perbuatan najis.
Yesus memaparkan bahwa dosa bersumber dalam pikiran, sebelum terungkap dalam tindakan. Bagi Allah, manusia tidak bisa setengah-setengah dalam memenuhi kehendak-Nya. Bahkan dikatakan jika ada anggota tubuh yang menyesatkan kita, hendaknya kita memenggalnya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah menginginkan seluruh keberadaan kita memenuhi tuntutan Allah hidup saleh dan kudus. Kesalehan yang Allah inginkan bukan saja yang tampak di luar, tetapi yang bersumber di lubuk hati kita terdalam.
Semoga kita sekalian selalu dibimbing dan dituntun oleh Roh Kudus, hingga kita dapat mengajarkan dan melakukan kasih Tuhan kepada orang-orang yang kita jumpai dengan hati yang murni. Dengan demikian kitapun bisa mengasihi Allah Bapa dan sesama dengan lebih sempurna. Amin.
Berkah Dalem
H. Nilam Kumenyar
Lingk. St. Lukas
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu