Hari Raya Natal (25 Desember 2022)
Yes. 52:7-10; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih .

Renungan minggu ini saya mengambil bacaan Injil Misa Natal Siang yaitu dari Injil Yoh. 1:1-18. Dikisahkan dalam bacaan Injil hari ini tentang pengalaman Yohanes Pembabtis bersama dengan Yesus, tidak hanya menjadikan Yohanes sebagai seorang saksi, tetapi membuat dirinya makin mengenal akan siapakah Yesus itu. Bagi Yohanes, Yesus adalah Sang Firman (ay. 1-3) dan Terang (ay. 4-9, 12). Hal ini mau menegaskan kepada kita semua bahwa setiap orang yang telah memutuskan untuk hidup dalam Yesus seharusnya tidak lagi hidup dalam kegelapan, namun mulai hidup dalam terang FirmanNya.
Yesus sendiri adalah Firman yang berinkarnasi menjadi manusia. Tujuan utama dari reinkarnasi Sang Firman menjadi manusia di dalam Yesus Kristus adalah umtuk melimpahi umat manusia dengan rahmat Allah, sehingga dengan rahmat Allah, manusia dirangkul dalam samudera kasih-Nya yang tak terhingga untuk menerima status sebagai “anak-anak Allah (ay. 12). Di dalam dan melalui Kristus, umat berenang dalam energi (kuasa) Allah sehingga mereka dimampukan untuk mengalami persekutuan kasih dengan Yang Ilahi. Melalui kehidupan dan karya Kristus, umat yang percaya dikaruniai rahmat Allah untuk dapat ambil bagian dalam kuasa kasih-Nya. Sebab melalui rahmat Allah yang dikaruniakan kepada kita, kita dimampukan untuk mengalami pembenaran dan pengudusan.
Kebersamaan dan kedekatan Yohanes dengan Yesus memberikan banyak pengalaman rohani yang berkualitas, yang menjadi teladan bagi kita semua. Pengalaman rohani ini, membuat Yohanes semakin mengenal dan memahami identitas Yesus. Dan inilah yang seharusnya terjadi juga kepada kita umat, yang telah mengenal dan menerima Yesus untuk mempunyai kualitas pengenalan yang sejati akan Yesus, dan mempunyai kedekatan emosional yang baik, walaupun terkadang pada kenyataannya kita harus berhadapan dengan penolakan yang membuat diri kita menjadi goyah dalam keimanan akan Yesus.
Melalui diri Yesus Kristus yang adalah Firman itu sendiri, kasih karunia dan kebenaran tersedia bagi kita semua, dalam arti kata yang seluas-luasnya melalui “Kasih karunia demi kasih karunia.” “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yoh 1:16). Artinya bahwa pemberian kasih karunia dan kuasa secara terus-menerus diberikan kepada umat yang percaya dan menanggapi kasih karunia yang diberikan kepada kita semua. Kasih karunia merupakan kuasa, kehadiran, dan berkat Allah yang dialami oleh kita semua yang telah menerima Kristus.
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”, mau menunjukkan kepada kita bahwa Ia tidak berawal dan tidak berakhir. Kekal adanya, dan dalam kekekalan-Nya Allah saling mendiami dan saling mengasihi dalam diri Bapa, Firman, dan Roh Kudus. Sedangkan Respons umat dalam memahami relasi Bapa-Firman-Roh Kudus bukanlah mencoba untuk memecahkan misteri ilahi tersebut namun bagaimana kita mengimani dengan kasih dan penyerahan diri kepada Allah yang menyatakan diri-Nya secara Trinitaris. Sebagai umat yang mengenal Allah, sudah seharusnya kita memiliki totalitas hidup kepada Yesus yang adalah Sang Pencipta sekaligus Sang Penebus, dengan membuka hati lebar-lebar supaya Yesus sungguh berkarya dan terlibat dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.
Dalam bacaan Injil hari ini, menjadi refleksi bagi saya pribadi, seberapa dekat saya mengenal pribadi Yesus yang telah lahir dan turun ke dunia pada hari Natal yang saya rayakan hari ini? Pertanyaan yang sulit untuk dijawab dengan jujur, karena pada kenyataannya saya sering mengabaikan kehadiran-Nya, entah karena masalah keluarga, ekonomi, pekerjaan yang saya hadapi. Sehingga justru keputusasaan dan kekecewaan yang saya alami.
Tetapi hari ini, saya ingin menyambut kehadiranNya dalam hati saya, bukan dengan kemewahan dan pesta, namun dengan satu permenungan penuh dan kesadaran diri bahwa hadirnya Firman yang menjadi manusia dalam peristiwa Natal ini, telah membuat saya menerima kasih karunia demi kasih karunia di sepanjang kehidupan saya. Yesus yang datang di dunia adalah Pribadi yang menemani perjalanan hidup saya dengan memberikan berbagai rahmat yang saya perlukan supaya saya dapat hidup dengan layak di hadapanNya. Ketika kehidupan saya berjalan tidak dengan mulus bahkan saya pun terjatuh ke dalam dosa, Yesus siap untuk mengampuni dan menerima saya kembali dan memberikan kesempatan baru untuk melangkah lagi di kehidupan selanjutnya. Kasih karuniaNya selalu berlimpah dan siap untuk menguatkan saya di saat lemah; menghibur di saat sedih; memberi harapan di saat saya putus asa.
Saya merasakan sukacita atas anugrah yang luar biasa dengan kehadiran Yesus secara pribadi di dalam hati saya, entah apa jadinya saya, jika saya mengeraskan hati untuk tidak menerima Nya. Bagi saya, Yesus tidak hanya sebagai Tuhan dan Juruselamat saja, tetapi saya merasakan :
- Yesus Kristus memberikan pengharapan yang akan masa depan baru bagi kehidupan saya (Amsal 23:18),
- Yesus Kristus menjadikan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. KemahakuasaanNya telah menjawab keraguan saya tentang ketakutan, kecemasan, kekuatiran, pergumulan dan beban hidup. Karena muzizatNya selalu ada dan nyata dalam kehidupan saya selama ini. ( Lukas 1 : 37)
- Yesus Kristus sebagai sumber sukacita. Yesus Kristus telah memberikan sukacita yang melampaui segala batas dalam hati saya. Sukacita terjadi karena saya berserah penuh kepadaNya.
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.
Hari ini apa yang menjadi ketakutan kita? Allah melalui kelahiran Yesus Kristus melenyapkan segala ketakutan kita. Ia memberikan pengharapan yang baru, memungkinkan segala jawaban doa yang menurut manusia tidak mungkin dan Ia memberikan sukacita penuh melebihi segalanya. Jangan biarkan Natal hanya sebagai perayaan biasa, namun biarlah Natal melepaskan kita dari segala ketakutan.
Allah kita adalah Allah yang Imanuel. Allah yang senantiasa beserta kita. Kalau Tuhan kita adalah Allah yang Imanuel, mengapa kita masih khawatir? Marilah menjadikan hati kita seperti palungan sebagai tempat kediaman Yesus, sehingga Yesus merajai dalam kehidupan kita, menjadi sumber kekuatan Ilahi bagi bapak ibu saudara-i dan saya.
Semoga Tuhan Yesus, kepenuhan segala kasih karunia Allah, dapat berperan di dalam kehidupan kita sebagai Tuhan yang senantiasa memotivasi kita untuk menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat dan sukacita. Selamat Hari Natal, hari kelahiran Tuhan dan Juru Selamat kita. Berkah Dalem.
V. Yusia Sulistyaningsih
Lingk. St. Markus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu