Hari Minggu Adven III (11 Desember 2022)
Yes. 35:1-6a,10; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; Yak. 5:7-10; Mat. 11:2-11.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.” (Mat 11:10)
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih .

Kedatangan Tuhan Yesus sudah semakin dekat. Kita bersama-sama merayakannya dalam Hari Raya Natal setiap tanggal 25 Desember. Pada hari minggu ini, semua umat diajak untuk masuk dalam sukacita, kegembiraan dan kebahagiaan kristiani menyambut kedatangan Dia, Yesus Sang Juru Selamat.
Hari ini kita memasuki hari Minggu Aven yang ke-3 yang sering dikenal sebagai Hari Minggu “Gaudete” yang berarti “bergembiralah”. Maka hari ini disebut Minggu Sukacita. Sukacita sesungguhnya itu adalah sukacita pemulihan manusia seutuhnya. Allah sendiri datang menyelamatkan, mata dan telinga orang dibukakan, orang lumpuh melompat seperti rusa dan mulut yang bisa akan bersorak sorai dan pada waktu itu orang-orang dibebaskan Tuhan akan pulang ke Sion dengan bersorak sorai sementara sukacita abadi meliputi mereka (Yes 35:4b-6a). Dalam bacaan Injil yang kita dengar hari ini mengisahkan Yohanes Pembaptis merasa belum tahu siapa itu Yesus, maka Yesus sendirilah yang memberikan bukti nyata bagaimana orang buta dapat melihat, orang lumpuh dapat berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli dapat mendengar, orang mati dibangkitkan dan orang miskin diberitakan kabar baik. (bdk Mat 11: 5). Inilah karya-karya Yesus yang menambah kekaguman Yohanes Pembaptis terhadap Yesus. Inilah sukacita yang sesungguhnya yang dibawa oleh Kristus. Ini adalah pemulihan yang sesungguhnya ditampilkan oleh Yesus. Yesus adalah pembawa sukacita dan keselamatan. Dialah yang kita nantikan dan rindukan. Maka hari Minggu “Gaudete” ini adalah masa untuk menantikan sukacita keselamatan yang dibawa Yesus.
Namun sepeninggal murid-murid Yohanes, Yesus menunjukkan siapa itu Yohanes Pembaptis. Yesus ingin menegaskan bahwa Yohanes adalah utusan Bapa yang mempersiapkan jalan bagi-Nya. Tidak hanya cukup di situ saja, tetapi Yesus juga menunjukkan karakter dari Yohanes yang taat dan setia akan tugas perutusannya.
Yesus menggambarkan Yohanes memulai dengan sebuah pertanyaan: “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari?” (Mat 11:7). Yesus menggambarkan Yohanes sebagai buluh yang digoyangkan angin kian ke mari. Tetapi buluh itu tidak roboh juga. Ini menunjuk pada watak Yohanes yang benar, lurus dan tidak goyah walaupun harus bertentangan dengan pendapat umum. Sebagai pengkhotbah, Yohanes memberitakan kebenaran Allah tanpa takut kepada orang lain. Yohanes berpikah kepada Allah untuk melawan dosa dengan menyerukan pertobatan dalam menyambut kedatangan Sang Mesias. Bahkan karena keteguhannya dalam memberitakan pertobatan dan kebenaran ini, ia harus kehilangan nyawanya dengan dipenggal kepalanya (Mat 14:3-12).
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.
Sebagai manusia kita terkadang kurang yakin akan karya kasih dari Tuhan kita Yesus Kristus. Atau keyakinan kita akan karya kasih Allah kadang goyah saat kita diterpa badai dalam kehidupan kita. Sering kita merasa putus asa ketika badai kehidupan hadir dalam kehidupan kita. Kita takut, kurang percaya diri, merasa tidak menentu seperti tak ada arah tujuan. Kepasrahan kepada Allah atas penyelenggaraan Ilahi Nya akan membawa kita kepada kebangkitan dan semangat hidup.
Sebuah pengalaman yang saya alami ketika anak saya yang pertama berusia 6 tahun (kelas 1 SD) sering kejang ketika lelah atau suhu badan tidak seimbang. Keadaan ini terus dialami oleh anak saya sampai umur 8 tahun. Pada waktu itu yang saya alami hanya rasa takut. Di tengah ketakutan dan ketidakpastian kapan akan sembuh, saya hanya pasrah dan bersandar dalam doa kepada Yesus. Akhirnya di usia 8 tahun saya mensugesti anak saya dengan kata-kata “saya pasti sembuh… Saya pasti bisa …” Sejak saat itu semua obat-obatan saya disingkirkan. Dan Puji Tuhan tidak kejang-kejang lagi.
Kepasrahan ini yang membangkitkan semangat saya dan juga menumbuhkan iman saya akan Yesus. Dan akan kasih Allah yang luar biasa dalam kehidupan keluarga saya.
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.
Yakobus memberi kita nasihat untuk menanti kedatangan Tuhan itu seperti menantikan keselamatan yang konkret dalam hidup kita: seperti orang sakit merindukan kesembuhan dan dipulihkan, orang lapar merindukan makanan, orang yang haus merindukan air, situasi keluarga kita yang terpuruk untuk bangkit kembali, menantikan saat anak kita berubah dan bertobat, menanti anak kita mencapai kesuksesan, menantikan suasana indah dalam keluarga, menantikan pekerjaan dan usaha kita semakin berkembang, menantikan saat di mana kita beralih dari kelumpuhan rohani kepada kebangkitan rohani,
Hari ini kita melihat dua tokoh besar yang pantas untuk kita teladani, yaitu Yesus yang rendah hati. Dia menunjukkan siapa diriNya kepada Yohanes bukan dengan kata-kata yang tinggi, tetapi karya kasih nyata. Sementara Yohanes pantas kita teladani atas ketaatan dan kegigihannya dalam mewartakan pertobatan dan kebenaran Allah sebagai seorang utusan yang mempersiapkan jalan bagi kehadiran Sang Mesias.
Maka sama seperti Yesus dan Yohanes, marilah kita membuka diri, membuka hati, membuka tangan bekerjasama dengan Allah mewujudkan sukacita itu dalam dunia, di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat. Mari kita mempersiapkan diri kita dengan langkah laku tobat supaya kita dapat menyambut Sang Mesias, Yesus Sang Juru Selamat dengan hati yang penuh sukacita.
Berkah Dalem.
Elisabet Mariani Silvestriarini
Lingk. St Stefanus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu