RENUNGAN

Allah Kita, Allah Orang Hidup

Hari Minggu Biasa XXXII (6 Nopember 2022)

Ha 2Mak. 7:1-2,9-14; Mzm. 17:1,5-6,8b,15; 2Tes. 2:16-3:5; Luk. 20:27-38.

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.” (Luk 20:36)

Bapak-Ibu, Saudara saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus.

Bacaan Injil hari ini, menceritakan tentang kelompok orang Saduki, orang-orang yang tidak percaya dengan kebangkitan. Mereka mencoba memojokkan Yesus dengan menanyakan kasus perkawinan ipar sesuai dengan Hukum Taurat Musa yang tidak menjelaskan tentang kebangkitan. Perintah Musa ini menjadi tradisi turun temurun Imam Zadok.

Yesus memberikan penjelasan kepada orang Saduki tentang perbedaan dua dunia, di mana dunia ini ada adat istiadat tentang perkawinan, harta warisan, keturunan dan kematian. Berbeda dengan dunia kebangkitan, kematian badan telah dilewati.

Setelah kematian, roh memang bisa saling mengenal, seperti Yesus setelah bangkit, murid-murid masih bisa dikenali dan mengenaliNya. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka (Luk 24:31). Namun, setelah kematian, tidak ada lagi ikatan saudara, ikatan pernikahan seperti yang terjadi di dunia ini. Di sana, semua orang yang telah meninggal menjadi satu keluarga besar, keluarga anak-anak Allah.

Dari perikop ini, Yesus menjelaskan bagaimana Tuhan adalah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia adalah Allah semua orang, berbeda generasi di dunia ini, dan Ia juga Allah kita orang-orang yang masih hidup di dunia ini. Kita tidak lagi disebut sebagai cucu atau cicit Allah, tapi kita semua adalah anak-anak Allah, yang melambangkan keseteraan. Tidak berlaku lagi status, urutan generasi, ahli waris dan lain sebagainya.

Bapak-Ibu, Saudara saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus.

Di dalam keseharian kita, seringkali kita melupakan perbedaan pandangan dunia dan kehidupan setelah kebangkitan. Kita masih terpaku pada kepercayaan bahwa orang mati masih membutuhkan harta, makanan, minuman. Hal ini sesungguhnya sudah tidak relevan dengan penjelasan Yesus tentang kehidupan setelah kematian. Yesus memberikan penekanan juga pada Mat. 22:29 “Yesus menjawab mereka: “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!”.

Kepercayaan yang dianut oleh kelompok orang-orang Saduki masih terus terjadi sampai saat ini. Manusia yang masih hidup, masih meyakini bahwa roh orang-orang yang sudah mati masih memerlukan makan, minum, rumah, harta benda duniawi, status perkawinan. Namun, Yesus menegaskan bahwa roh orang-orang yang sudah meninggal, berkumpul bersama dalam rumah Bapa di Sorga. Di sana, tidak ada lagi makan, minum, status perkawinan, harta benda seperti di dunia ini.

Jadi, hubungan-hubungan seperti yang terjadi selama hidup di dunia ini, ternyata tidak sama dengan hubungan-hubungan yang terjadi di Kerajaan Sorga, di mana semua disebut sebagai anak-anak Allah. Sehingga, suami istri di dunia ini tidak lagi disebut sebagai suami istri di dalam Kerajaan Surga. Kita orang-orang yang masih hidup, akan memiliki hubungan abadi dengan Allah setelah melewati fase kematian jasmani, bersama-sama dengan Abraham, Ishak, Yakub serta orang-orang kudus yang meninggalkan dunia ini mendahului kita.

Berkah Dalem.

Winny Susanto

Lingk. St. Stefanus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.