Hari Minggu Biasa XXII (28 Agustus 2022)
Sir. 3:17-18,20,28-29; Mzm. 68:4-5ac,6-7ab,10-11; Ibr. 12:18-19,22-24a; Luk. 14:1,7-14.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Luk 14 : 14)
Bapak-Ibu, Saudara saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus.

Leluhur kita dulu sering memberi wejangan dengan kata-kata “ojo dumeh”. Ojo dumeh kaya lalu sombong meremehkan dan merendahkan orang yang tidak mampu. Ojo dumeh sehat tidak pernah dirawat di rumah sakit lalu menyombongkan diri dan mengatakan hal-hal yang tidak berkenan pada orang yang sering sakit. Atau tidak menghargai lagi kesehatannya sendiri. Ojo dumeh punya kekuasaan lalu meremehkan bawahanya. Dan ojo dumeh… ojo dumeh… yang lainnya. “Ojo Dumeh” adalah falsafah yang berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti : “ojo”=jangan; dan “Dumeh”=mentang-mentang. Jadi “Ojo Dumeh” dapat diartikan sebagai “Jangan Mentang-mentang”. Nilai falsafah yang sederhana ini jika dimanfaatkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari maka akan mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa karena akan menumbuhkan sikap rendah hati.
Dalam bacaan Injil yang hari ini kita dengar, Tuhan Yesus mengajarkan pada kita tentang sikap rendah hati. Rendah hati adalah sikap dimana kita tidak ada keinginan untuk menonjol diri, untuk dikenal atau untuk dihormati. Dengan sikap rendah hati diharapkan kita suka melayani bukan dilayani. Dalam keluarga sikap rendah hati juga sangat diperlukan, supaya kita bisa menghormati dan melayani satu sama lain. Sehingga kasih antar anggota keluarga itu akan terasa.
Hari ini Yesus bersabda : “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seseorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.” ( Luk 14 : 8-9)
Kalau perikop diatas kita bandingkan dengan kehidupan kita sekarang bila kita menghadiri undangan tentulah berbeda. Kalau sekarang bila menghadiri undangan kita akan berebut menempatkan diri paling belakang atau tengah. Jarang yang langsung menempatkan diri di depan. Tapi perumpamaan ini diambil Tuhan Yesus setelah melihat tamu-tamu berusaha menduduki tempat terhormat. Tuhan Yesus bukan saja menghendaki kita untuk rendah hati tapi juga menghendaki kita untuk tau diri, untuk bisa menempatkan diri atau membawa diri dengan baik jangan sampai kita justru dipermalukan karena arogansi kita.
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus.
Merenungkan bacaan hari ini saya jadi teringat sikap saya yang kadang tanpa saya sadari ingin terlihat menonjol, ingin terlihat mewah, ingin terlihat sukses. Misal bercerita tentang kesuksesan anak tanpa memahami mungkin yang mendengar mempunyai problem dengan anaknya. Memposting kebersamaan sedang makan di tempat mewah tanpa merasa bahwa banyak orang yang tidak bisa makan. Menceritakan kesuksesan suami tanpa merasa bahwa yang mendengar mungkin sedang galau dengan suaminya. Mekritik kesalahan-kesalahan orang lain padahal belum tentu saya bisa melakukan atau bicara dengan nada merendahkan / menyalahkan orang lain.
Marilah kita refleksikan dalam kehidupan kita masing-masing. Kadang hal-hal yang kita lakukan yang tidak kita sadari sudah menunjukan kesombongan kita. Kadang kita lupa bahwa semua yang kita terima atas belas kasih Tuhan.
Semoga dengan merenungkan bacaan hari ini, Roh Kudus memampukan kita untuk selalu bersikap sederhana, menebar kasih dengan sikap rendah hati. Sehingga kita bisa membawa sukacita dimanapun kita berada. Seperti apa yang disabdakan Tuhan Yesus : “Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”. (Luk 14:14)
Amin… Salam dalam kasih Kristus.
Melania Moertrini
Lingk. St. Paulus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu