RENUNGAN

Take and Give…??!!

Hari Minggu Biasa XVII (24 Juli 2022)

Kej. 18:20-32; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,6-7ab,7c-8; Kol. 2:12-14; Luk. 11:1-13

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Jadi, jika kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada siapa pun yang meminta kepada-Nya” (Luk 11:13)

Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Dalam kehidupan kita sehari-hari tak lepas dengan kata ‘meminta dan memberi’. Salah satu contoh saja, di beberapa simpang jalan ada ‘yang meminta (dengan caranya masing-masing) dan ada ‘yang memberi.’ Tak bisa dipungkiri bahwa ada saja keinginan orang untuk berbuat sesuatu agar dia ‘dikasihani’. Sekedar kebutuhan atau sudah seharusnya.

Dalam bacaan pertama, dikisahkan bagaimana Abraham meminta kemurahan hati Allah. Seakan terjadi transaksi antara Abraham dan Allah atas penyelamatan umat kota Sodom dan Gomora (Kej 18:20-32). Dalam bacaan ke dua, Rasul Paulus mengingatkan umat di Kolose, bahwa Kristus telah menebus dosa-dosa kita, dengan memberikan diri-Nya. Surat hutang kedosaan kita dibayar lunas lewat penyerahan diri Yesus di kayu salib (Kol 2:13-14). Yang membedakan adalah: Tanpa permintaan kita, Yesus memberikan nyawanya, karena kasih setia-Nya sebelum kita dijadikan-Nya.  

Bapak-Ibu, Saudara-saudari yang terkasih.

Dalam Mazmur Tanggapan yang kita dengar hari ini hari ini berpesan kepada kita tentang kesetiaan dan rahmat belas kasih Allah. Kita hanya perlu berseru dan memohon kepada Tuhan, karena kasih setia-Nya kekal abadi. Dan sambil kita menyesali apa yang telah kita perbuat. Itulah pemberian kita. Dan Allah pun menyediakan sarana bagi kita bagaimana baiknya kita bertobat; seperti tawaran kasih Allah yang kita renungkan pada hari ini.

Dalam Injil Lukas, Yesus mengingatkan pada kita agar hendaknya memohon terus menerus kepada Bapa-Nya. “Oleh karena itu, Aku berkata kepadamu : Mintalah, maka kamu akan diberi. Carilah, maka kamu akan mendapat. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Luk 11:9).

Abraham tekun meminta pada Tuhan. Kata Abraham, “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja…..” (Kej 18:32). Sikap batin pemohon Abraham, mengundang kita untuk memaknai belas kasih Allah. Bukan untuk diri sendiri saja, namun juga untuk orang lain. Menjadi penyalur rahmat Allah, setelah kita dikasihi Allah dan bersekutu dengan-Nya dalam naungan Roh Kudus (pembaptisan kita).

Yesus, Sang teladan dan pemberi hidup dan kehidupan kepada kita, lewat bacaan-bacaan hari ini mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita memohon rahmat dan berbelas kasih kepada sesama, hanya dengan sikap rendah hati sambil menyadari kerapuhan kita.

Bapak-Ibu, Saudara-saudari yang terkasih.

Menjadi renungan kita bersama : Apa yang kita lakukan saat berada di persimpangan jalan (yang hanya bagian kecil dari hidup kita), seperti contoh cerita di atas. ‘Take and givekah kita??!’ Abraham dan Rasul Paulus menekankan bagaimana kita sebagai umat Allah berperilaku pertama di hadapan Allah dan kemudian kepada sesama. Yesus sendiri mengatakan : “Jadi, jika kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada siapa pun yang meminta kepada-Nya” (Luk 11:13). Kita semuanya melalui pembaptisan adalah anak-anak Allah, yang sebelumnya diciptakan serupa citra Allah, sudah selayaknya saling mendoakan, saling mengingatkan, saling menghargai, saling memahami dalam belas kasih Allah dan bahwa kita orang berdosa, lemah dan tak layak. Yesus lewat Injil Markus menyatakan hukum yang terutama dalam kehidupan kita, bagaimana hubungan cinta kita kepada Allah dan juga kepada sesama (Mrk 12:30-31). Sesama berarti semua orang yang baik dan yang tidak baik.

ALLAH pada dasarnya sejak dari semula hingga kekal adalah ALLAH yang penuh belas kasih kepada anak-anak-Nya. Bukan karena kebaikan kita lalu membuat ALLAH baik kepada kita, melainkan Kebaikan-Nya mendahului kebaikan kita. Belas kasih-Nya tidak bertambah karena doa kita yang khusuk melainkan karena diri-Nya adalah BELA KASIH itu sendiri,
Janganlah hanya merenung dan berdoa saja, marilah kita meneruskan kepada setiap orang rahmat dan belas kasih Allah yang setiap hari kita terima. Tekunlah memohon bantuan Roh Kudus agar kita semakin setia mendengarkan dan mewartakan Sabda Yesus, Sabda bahagia. Kita pembawa damai yang penuh sukacita.

Marilah kita doakan Doa Damai St Fransiskus dari Asisi…”Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai… dst”. Dan kita akhiri dengan Doa Bapa Kami….”Bapa kami….” Amin.

Berkah Dalem.

Yulius Yerry Wenur

Lingk. St Agustinus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.