RENUNGAN

“Kamu Harus Memberi Mereka Makan”

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus (19 Juni 2022)

Kej. 14:18-20; Mzm. 110:1,2,3,4; 1Kor. 11:23-26; Luk. 9:11b-17.

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Perjuangan manusia yang sering menguras habis tenaga dan fikirannya adalah usaha untuk mendapatkan makanan. Dengan makan, orang bisa bertahan hidup; makanan yang baik dan bergizi akan menentukan kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan seseorang. Baiklah kita melihat dizaman sekarang  kekurangan makan, tidak saja terbatas pada makanan jasmani, tetapi juga makanan rohani. Hidup mereka secara secara jasmani, sehat makmur, berlimpah materi tetapi hidup mereka hampa, kering tidak bahagia apalagi penuh suka cita.

Menarik dari kisah injil hari ini yaitu bahwa banyak orang yang ikut Yesus, mendengarkan pengajaran-Nya,  bahkan sampai hari mulai malam, orang banyak itu tidak mendapatkan makanan yang dibutuhkan. Para murid bahkan meminta Yesus agar menyuruh orang banyak itu pulang dan mencari makan. Yesus dengan tegas meminta para murid-Nya, “Kamu harus memberi mereka makan”. Sebuah perintah yang sekaligus menggugat kepedulian mereka untuk merasakan apa yang sedang dirasakan orang banyak itu. “Kamu harus memberi mereka makan” adalah perintah. Menuntut para murid bertanggungjawab atas orang banyak itu dengan memberi makan, dan bukan membiarkan atau menyuruh mereka pulang untuk mencari sendiri. Para murid ingin melepas tanggungjawab, ketika orang banyak itu ikut Yesus. Hal ini juga sering kita lakukan sebagai murid Kristus ingin lari dari tanggung jawab karena kita merasa terbatas, hanya punya sedikit modal untuk menyelesaikan masalah besar yang dihadapi mentok pada melihat masalah besar yang ada didepan mata kita, lupa Tuhan yang selalu akan peduli/campur tangan menyelesaikan masalah kita.

Para murid merasa tidak mampu, karena yang ada pada mereka cuma lima roti dan dua ikan. Tetapi yang sedikit itu Yesus minta untuk dibawa kepada-Nya. Yesus memberkati, selanjutnya meminta para murid untuk membagi-bagikan kepada orang banyak itu. Yang sedikit itu, dibawa kepada Yesus dan selanjutnya menjadi berkelimpahan terjadilah mukjizat itu. Semua yang hadir makan sampai kenyang bahkan sampai sisa yang terkumpul dua belas bakul. Bagi Yesus, justru yang sedikit (lima roti dan dua ikan) sangat berarti. Orang harus menghargai yang sedikit. Tidak harus yang banyak baru berarti.Keterbatasan/ketidakmampuan kita ,kita bawa kehadirat tuhan Yesus . maka tuhan Yesus akan menyempurnakan apa yang ada dan dan kita miliki untuk menjadi berkat. Disini kita dituntut untuk berani rendah hati dihadapan Allah  mengakui akan keterbatasan yang kita miliki dan membawanya kehadapan Allah.

Perisitiwa ini mau menyadarkan para murid , juga kita, bahwa: orang harus memiliki hati yang peduli, bukan melepas tanggungjawab atas orang banyak yang tidak memiliki (makanan); juga tidak perlu merasa tidak berarti atas yang sedikit; dan orang harus dengan hati yang tulus untuk membagi-bagikan kepada orang lain setelah mendapat berkat dari Tuhan Yesus. Kesadaran ini harus terus ditumbuh-kembangkan dalam diri para murid, juga dalam diri kita, agar mukjizat perbanyakan roti itu bisa terjadi. Menjadi berkat bagi orang lain.

Bertepatan dengan pesta hari ini, kita yang hidup pada zaman now ini Yesus mengajak dan menyadarkan kita untuk belajar dari Yesus. Yesus tidak memberi roti yang hanya dapat mengenyangkan tubuh jasmani kita, tetapi lebih kepada lapar jiwa/rohani kita. Ketika kita lapar dan haus akan kedamaian, cintakasih, kebenaran, keadilan, persaudaraan, pengampunan, dll. Yesus  adalah sang Roti hidup, yang memiliki hati yang peduli, yang sangat bertanggungjawab atas keselamatan hidup kita, memberi seluruh diri-Nya, hidup-Nya bagi santapan jiwa kita. Yesus menjadi ekaristi, yang dibagi, dipecah-pecahkan bagi semua yang datang kepada-Nya. Pemberian diri dari Tuhan Yesus dalam Ekaristi adalah kepenuhan cinta ilahi. Dalam Ekaristi Ia tidak hanya memberi kita pahala-Nya, penderitaan-Nya, tetapi Ia menyerahkan diri-Nya sendiri. “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh 6:56). Pemberian diri Yesus kepada kita dalam bentuk makanan adalah tingkat cinta yang paling tinggi dan istimewa. Ia memberikan diri-Nya kepada kita untuk bersatu secara total dengan kita, sebagaimana makanan melebur dalam berbagai unsur nutrisi dan vitamin dalam tubuh kita  menjadi satu dengan orang yang memakannya.

Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Hari ini kita bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan, bahwa Ekaristi ini bukan sekedar perjamuan biasa, namun Ekaristi ini adalah Perjamuan Tubuh dan Darah Tuhan. Kita sebagai orang Katolik sungguh mengimani hal ini, bahwa Roti dan Anggur itu diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus untuk keselamatan kita. Sama seperti dalam perjamuan terakhir Yesus dengan sangat jelas berkata inilah Tubuh-Ku dan inilah Darah-Ku, bukan simbol tubuh dan darah-Ku, maka kita mengimani dengan makan Tubuh dan minum Darah-Nya, kita akan dipulihkan, disembuhkan, dan dihidupkan. Kalau menjamah jumbai jubahnya saja kita sembuh, apalagi kita makan Tubuh-Nya dan minum Darah-Nya. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan Tuhan. Dialah Roti hidup, santapan jiwa kita.

Tetapi apa yang terjadi : kadang-kadang kita menghadiri misa hanya sebagai sebuah rutinitas, sebuah kewajiban dalam beriman. Kita datang misa hanya karena diwajibkan. Ini motivasi yang tidak sehat. Ajaran tentang Kehadiran Kristus dalam Ekaristi ini didukung juga oleh berbagai mukjizat Ekaristi di sepanjang sejarah Gereja, sekarang sudah terbantu dengan medsos  youtube tentang mukjizat ekaristi  (tinggal klik konten mukjizat ekaristi). Meskipun demikian, masih ada begitu banyak orang bahkan orang-orang yang juga mengimani Kristus yang tidak percaya akan kehadiran-Nya dalam Ekaristi. Maka di Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini, nampaknya kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri, tentang apakah yang dapat kita perbuat untuk semakin menghayati kebenaran ajaran iman ini? Bagaimana kita dapat turut menyebarkannya? Sebagai murid-murid-Nya yang percaya penuh akan sabda-Nya, kita dipanggil oleh Kristus untuk berani menyatakan kepada dunia sekitar kita bahwa Tubuh dan Darah Kristus itulah yang kita sambut setiap kali kita merayakan Ekaristi.  Kristus itulah yang kita sembah dalam Adorasi Sakramen Mahakudus.  Kesungguhan kita dalam mempersiapkan diri menyambut Ekaristi dan menyambutnya dengan sikap batin dan penghormatan yang layak, dan juga kesediaan kita untuk semakin mau berkurban seperti Kristus, itulah yang menjadi kesaksian tanpa kata, bahwa kita semakin menghayati makna perayaan hari ini, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.

Semoga oleh pesta Tubuh dan Darah Kristus ini, kita memberi tempat yang pantas kepada ekaristi dalam dinamika hidup harian kita. Dan semoga hidup harian kita diilhami oleh nilai-nilai ekaristi : hidup yang mau berkorban untuk orang lain, hidup yang mau peduli dengan sesama di sekitar kita.

Berkah Dalem

Ign. Sumantyara

Lingk. St. Yosafat

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.