RENUNGAN

Kasih Membantu Kita Menemukan Jalan Hidup Baru

Hari Minggu Paskah V (15 Mei 2022)

Kis. 14:21b-27; Mzm.145:8-9,10-11,12-13ab; Why. 21:1-5a; Yoh. 13:31-33a,34-35.

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru” (Why 21:5a)

Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Di manapun kita berada dalam suasana baru, pasti pertanyaan pertama yang kita ingin sebut adalah ‘penyesuaian’.  Sebagai bagian dari Aktivis Gereja, kita kadang dihadapkan dengan tugas pelayanan yang sebenarnya sudah jelas, namun mau mulai melakukan bagaimana (caranya) menjadi tantangan tersendiri bagi kita di tengah komunitas pelayanan. Penyesuaian karakter, sifat dan pribadi rekan pelayanan semestinya akan terasa mudah, karena mempunyai satu tujuan yang sama.  Namun dalam kenyataannya bisa berbeda. Di sinilah sering terjadi konflik baik dalam diri kita sendiri maupun di luar diri kita karena ego masing-masing kita masih kuat berperan. Inilah awal jalan kita mulai ‘menyesuaikan’ diri kita. Akan mudah kalau kita membangun sikap positif baik dalam pikiran maupun tindakan, ber-kolegalitas dan ber-partisipatif. Penuh sukacita.

“Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu menceritakan segala sesuatu yang dilakukan Allah dengan perantaraan mereka,… (Kis 14:27). Kita percaya akan kehadiran Allah di setiap derap langkah kehidupan kita, termasuk dalam ‘penyesuaian’ tadi, namun kadang kita tidak berpengharapan; terlebih di saat kita susah, sedih dan kacau.

Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Saya pernah mengalami hal tersebut. Susah, sedih dan kacau dalam suatu kelompok kategorial /doa. Saya menyatakan ‘off’ sementara dalam kebersamaan kelompok tersebut. Dalam masa ‘terpisah’ tersebut, saya merenung; mencari apa sebenarnya tujuan pelayananku. Dalam permenungan tersebut saya memotivasi diri untuk menghadirkan Allah, bukan diri sendiri. Menaruh harapan bahwa sayalah yang seharusnya berubah dan berbuah. Dan orang lain di sekitar adalah tujuan yang harusnya saya hadapi untuk meneruskan kehadiran Allah. Penyesuaian yang kelihatan mudah namun dalam praktek butuh perjuangan; secara khusus mengalahkan ego pribadi. “Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid dan menasihati mereka supaya bertekun di dalam iman. Mereka pun mengatakan bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara (Kis 14:22).

Dengan menghidupkan iman dan harapan dalam perjalanan kehidupan ini, dan bertekun dalam doa akan menjadikan kita berpikir secara baru dan melihat secara baru walaupun itu harus melalui banyak sengsara. Sengsara kita adalah bagaimana cara kita menaklukan ego kita, menaklukan kesombongan kita, menaklukan kehebatan pribadi kita dan merasa lebih benar juga menaklukan kepintaran kita yang membuat kita merasa besar kepala. Kita akan mampu melakukannya bila ada kasih. Kasih akan memampukan kita melihat segala tantangan sebagai peluang, kasih akan membantu kita melihat jalan pertobatan dan menghantar kita pada motivasi terbaik dalam melayani. Dalam kasih pula kita akan merasa baru (bukan sengsara semata), melihat secara baru dan bertindak secara baru. Kita belajar beradaptasi dengan tujuan yang jelas.

Akhirnya saya kembali terlibat aktif.  “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru” (Why 21:5a). Pembaruan diri perlu dan harus dilakukan setiap saat. Menghidupkan hidup doa, puasa serta penyangkalan diri adalah wujud nyata iman dan harapan kita sebagai orang kristen (lihat Kis14:23).

Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Beberapa hari lalu, saudara-saudari kita yang beragama Islam merayakan pesta iman mereka, kembali ke asal (fitri). Saling memaafkan. Membaharui diri. Dalam bacaan Injil Yesus bersabda: “Aku memberikan perintah baru kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi “ (Yoh 13:34). Pembaruan diri semestinya diisi/disertakan dengan kasih. Adalah mustahil kita memaafkan tanpa kasih. Yesus, Sang Teladan Abadi, telah membuktikan bagaimana caranya mengasihi. Menyerahkan diri seutuhnya, sehina-hinapun karena menuruti kehendak Bapa-Nya. Oleh sebab itu Dia dimuliakan di antara orang mati, bangkit dari kematian. Kita pun sebagai murid-murid-Nya hendaknya melakukan hal yang sama. “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi “ (Yoh 13:35).

Gaya hidup kita lebih kepada kepuasan diri, kesenangan sesaat sehingga ‘lupa’ akan kasih karunia Allah. Menjadi manusia baru tentu butuh komitmen kuat, pengorbanan dan kerendahan hati. Biarkan Roh Tuhan yang hadir dan bekerja. Kebangkitan Yesus Kristus  hendaknya senantiasa memberi warna dan makna baru dalam peziarahan hidup kita. Memang tidak mudah, marilah berdoa:

“Datanglah Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalahkanlah di dalamnya api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu, maka semuanya akan dijadikan lagi. Dan Engkau akan membaharui muka bumi.  Bapa yang baik, bersamaan kebangkitan Putra-Mu baharuilah hidup, niat dan harapan kami. Dengan Roh Kudus-Mu hidup dan kehidupan kami dicerahkan. Dengan teladan kasih Putra-Mu ini, semakin membuat hati kami seperti hati Yesus. Amin”.

Berkah Dalem

Yulius Yerry Wenur

Lingk. St. Agustinus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.