Hari Minggu Palma – Mengenang Sengsara Tuhan (10 April 2022)
BcP Luk 19:28-40. BcE Yes. 50:4-7; Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24; Flp. 2:6-11; Luk. 22:14-23:56.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk. 23:24).
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Hari ini kita memasuki pekan suci yang diawali dengan perayaan Minggu Palma. Dalam perayaan ini kita mengenangkan kisah Yesus memasuki Kota Yerusalem yang disambut dengan gegap-gempita dan dielu-elukan sebagai Raja. Selain itu kita juga menggenangkan Kisah Senggara Yesus. Dua peristiwa yang berbeda dan bertolak belakang, yang berbalik dalam sekejap mata. Dari peristiwa kebahagiaan menjadi kesedihan. Hal ini dapat kita dengar dalam dua bacaan Injil hari ini.
Dalam kehidupan sehari-hari, peristiwa bahagia/gembira dan sedih juga sering kita alami datang silih berganti. Saat kebahagiaan datang, kesedihan telah mengantri hadir. Kebahagiaan dan kesedihan hadir bersama dengan orang-orang di seiktar kita, bisa dari keluarga, teman, kerabat, anggota komunitas. Bila kebahagiaan yang datang, dengan pasti kita bersyukur dan memuji Tuhan, bersukacita, bergembira. Tetapi bagaimana bila yang terjadi sebaliknya, mereka menyakiti kita? Bagaimana kita menyikapi keadaan ini bila terjadi, terutama bila keadaan itu terjadi karena kerabat kita sendiri sebagai penyebabnya?
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus.
Dalam Injil dikisahkan walaupun mereka tidak menemukan kesalahan apapun pada-Nya, Yesus tetap dihukum mati. Oleh para prajurit, Yesus disiksa dan disalibkan, namun Yesus tetap mendoakan mereka, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk. 23:24). Sebuah teladan yang sungguh sangat istimewa dalam pengampunan kepada sesama. Kedalaman kasih dang pengampunan Yesus tentu bukan sekedar ucapan tapi sebuah tindakan nyata dengan tidak mengutuk atau menghukum. Pengampunan mengalir keluar dari hati-Nya yang penuh belaskasih karena Ia ingin semua manusia selamat. Pengampunan Yesus mengalir dari kasih yang tak terbatas sekaligus memberikan kesaksian dari salib kepada setiap orang yang melihatnya agar memandang kepada hati-Nya dan datang kepada-Nya untuk memperoleh keselamatan yang dibawa dan ditawarkan kepada kita. Belas kasih tak terhingga itu kemudian melahirkan pengakuan Kepala Prajurit: “Sungguh orang ini adalah orang besar” (Anak Allah).
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.
Ada sebuah pengalaman yang pernah saya alami di mana tiba-tiba saya didiamkan oleh seorang teman, tetapi saya merasa tidak melakukan kesalahan terhadap dia. Hal ini berlangsung beberapa hari, sehingga saya merasa tidak nyaman, karena kami sekantor. Akhirnya saya memberanikan diri, mengajak teman saya berbicara berdua, dan menyelesaikan persoalan yang menyebabkan keadaan yang kurang nyaman ini. Walaupun pembicaraan ini tidak mendapatkan keadaan yang lebih baik, saya belajar memahami dan memaafkan, karena kami tetap harus menjalankan kehidupan sebagai sesama. Saat mengalami ini saya merasa sengsara, mau begini salah, begitu juga salah. Lalu saya ingat, sengasara yang saya alami tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan sengsara Yesus yang dihukum tanpa kesalahan dan wafat di salib. Salib saya sangat kecil dibandingkan salibNya. Maka, sayapun belajar dari Yesus yang mengampuni mereka yang melukai bahkan menyalibkan-Nya.
Pengalaman ini mengajarkan kepada saya untuk mengampuni tanpa syarat. Mengampuni dan mendoakan walaupun itu terasa sulit. Saya belajar untuk tidak memeluk kebencian dan balas dendam karena hal itu tidak akan menyelesaikan persoalan. Saya belajar untuk tetap memeluk kasih dan memberi pengampunan kepada sesama karena sikap itu akan memerdekakan saya dari kegelisahan, ketakutan dan kebencian, yang mengantar saya kepada kedewassaan iman dalam mengikuti Yesus. Pengampunan itu sesuatu yang ilahi karena Allah turut bekerja membantu saya sebab kita berpegang pada-Nya. Pengampunan adalah sebuah tindakan bukan sekedar kata maaf melainkan melibatkan hati yang mau berbelas kasih.
Marilah berdoa, Tuhan Yesus, mampukan kami mengampuni yang bersalah kepada kami dan mampukan kami mengambil hikmah atas keadaan yang menghampiri kami. Amin.
Selamat memasuki Pekan Suci.
Lucia T Maylani L
Lingk. St. Yakobus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu