Hari Minggu Prapaskah III (20 Maret 2022)
Kel. 3:1-8a,13-15; Mzm. 103:1-2,3-4,6-7,8,11; 1Kor. 10:1-6,10-12; Luk. 13:1-9.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, 13:9 mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” (Luk 13:8-9).
Bapak-Ibu, Saudara-I Sahabat Yesus yang terkasih.

Di Minggu Prapaskah III ini, dalam bacaan Injil yang kita dengarkan Yesus mengajak kita semua murid-muridNya dan umatNya untuk bertobat melalui sebuah perumpamaan pohon ara. Perumpamaan pohon ara sebenarnya menunjuk kepada Israel. Namun, kebenarannya dapat diterapkan pula kepada semua yang mengaku percaya kepada Yesus, tetapi belum dan bahkan tidak berpaling dari dosa. Walaupun Allah memberi kesempatan secukupnya kepada setiap orang untuk bertobat, Ia tidak akan selama-lamanya membiarkan dosa. Saatnya akan datang ketika kasih karunia Allah akan ditarik dan orang yang tidak mau bertobat akan dihukum tanpa belas kasihan seperti pada perikop pertama dalam bacaan Injil tentang dosa dan penderitaan (Luk 13:1-5)
Dalam perumpamaan pohon ara, saya mencoba merenungkan perumpamaan ini bagaikan seorang petani yang menanam tanaman di lahan garapannya. Seperti halnya di dunia pertanian yang mempengaruhi tanaman yang ditanam akan berbuah baik atau tidak diantaranya adalah petani (penggarap), tanah tempat tanaman tersebut ditanam, dan pohon/tanaman itu sendiri. Dalam hal ini kita digambarkan sebagai tanaman yang ditanam, dan petani adalah malaikat, sedangkan tanaman lainnya yang tumbuh disekitar tanaman yang ditanam oleh petani atau rumput liar adalah setan/kuasa jahat.
Setiap tanaman yang ditanam oleh petani pasti dipilih dari bibit yang baik supaya dapat tumbuh dan berbuah baik pula. Tetapi kita sebagai tanaman yang ditanam diberi kehendak bebas untuk berbuah baik atau tidak, artinya kita mau taat pada yang memelihara kita atau sebaliknya. Seorang petani yang melihat tanamannya tumbuh tidak baik maka akan melakukan perlakuan dengan dipupuk, diberi obat dsb, supaya dapat tetap tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang baik.
Dalam bacaan Injil Lukas hari ini yang menarik adalah pertobatan yang akan menghasilkan buah yang baik. Buah dari pertobatan salah satunya adalah suka cita. Dalam hal ini yang mempunyai inisiatif adalah dari Allah sendiri. Allah setia dan memberikan waktu bagi kita manusia yang berdosa untuk kembali bersama Allah dalam ikut serta mengerjakan pekerjaan Allah itu. Keputusannya ada pada manusia yang diberi kehendak bebas untuk menanggapi kesetiaan Allah dengan berbalik arah meninggalkan dosa atau tetap terperosok dalam dosa?
Bapak-Ibu, Saudara-I Sahabat Yesus yang terkasih.
Pertobatan diperlukan kehendak yang sangat kuat, yaitu kehendak untuk meninggalkan zona nyaman, kondisi atau keadaan yang sudah enak secara keduniawian. Beranikah kita tinggalkan semua itu dan berbalik kepada Allah yang setia. Allah yang memelihara hidup kita. Ataukah kekhawatiran, kecemasan, rasa takut masih sebagai gulma/rumput liar yang mengganggu tumbuh dan berkembangnya iman kita yang ingin hidup dekat dengan Allah?
Allah tetap dan selalu setia merawat kita. Kita semua pada dasarnya adalah bibit tanaman yang baik, yang semestinya menghasilkan buah yang baik pula. Pertobatan adalah kunci hidup kita supaya kita mengasilkan buah yang baik dan membalas kesetiaan Allah dengan berbuat dan berbagi banyak kebaikan kepada sesama.
Marilah dimasa prapaskah ini kita siapkan diri kita dengan langkah laku pantang, puasa, bertobat dan berbuat amal kasih. Dengan demikian kita menanggapi kesetiaan, kebaikan, kemurah-hatian Allah selalu merawat kita. Dengan demikian pula kita akan dekat dengan Allah. Semoga dengan demikian kita dapat menjadi tanaman-tanaman yang menghasilkan buah yang baik dan tidak ditebang oleh tuannya.
Bertobat, Siapa Takut…!!!
Berkah Dalem
Yohanes Suwasno
Lingk. St. Agustinus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu