RENUNGAN

Mendengarkan Dia, Untuk Bisa Hidup Mulia

Hari Minggu Prapaskah II (13 Maret 2022)

Kej. 15:5-12,17-18; Mzm. 27:1,7-8,9abc,13-14; Flp. 3:17-4:1; Luk. 9:28b-36.

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Inilah Anak Yang Kukasihi, Dengarkanlah  Dia” (Luk 9:35).

Bapak-Ibu, Saudara-saudari yang terkasih.

Kecuali sabda yang terkutip diatas, ada penampakan  Musa dan Elia juga. Masing-masing sebagai wakil dari Hukum Taurat dan para nabi, serta pembicaraan tentang kepergian Yesus yang akan digenapi di Yerusalem.

Ketika  Tuhan Yesus sedang berdoa, rupa wajah Nya berubah. Hal ini bukan suatu kebetulan karena dalam kehidupan doa Sang Putra manusia  dalam keseharianNya selalu dipenuhi dengan pertemuan mesra dengan Bapa. Sebab doa Tuhan Yesus merupakan kerinduan mutlak pertemuan-Nya dengan BapaNya di surga yang penuh kemuliaan. Kali ini nampak juga dari wakil leluhur bangsa Yahudi, wakil pendiri bangsa nampak dalam diri Musa dan wakil daril para nabi utusan Allah yang nampak dalam pribadi nabi Elia.  Mereka itu adalah saksi saksi  perjanjian bangsa Yahudi dengan Allahnya sepanjang sejarahnya, yang sekarang akan mencapai penggenapannya dalam diri Yesus Kristus, dalam kepergian dan Kemuliaan-Nya, wafat dan kebangkitan-nya di Yerusalem. Dalam Kemuliaan Yesus berbicara tentang kesengsaraan, dua segi pada suatu tugas perutusan sebagai Putera Bapa, yang turun ke dunia, untuk menyelamatkan umat manusia. Ia yang dalam kemuliaan Allah memang setara dengan Allah, akan mengosongkan diri-Nya, dan taat sampai mati disalib, dan dengan demikian akan mendapat kemuliaan dan diberi nama melebihi segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuklututlah segala yang ada dilangit, yang ada diatas bumi dan yang ada dibawah bumi, dan segala lidah mengaku : Yesus Kristus adalah Tuhan untuk kemuliaan Allah Bapa. (Flp 2:5-11)

Kedudukan para rasul dalam peristiwa Yesus dimuliakan  di atas gunung  sebagai saksi hidup dan pembawa pesan. Para rasul menjadi saksi kemuliaan, yang akan mereka bawa selama hidupnya sampai mati; ini karena pengalaman mereka sendiri. Tetapi dalam kemuliaan disampaikan pesan dengan suara Bapa, yang selain menyatakan berkenan kepada putera, seperti pada waktu pembaptisan, menambahkan pesan agar “mendengarkan Dia“.  Yesus menjelaskan bahwa yang “mendengarkan sabda dan melakukan-Nya“ inilah yang menjadi ibu, saudara pria dan saudara wanita baginya, dialah para sahabat sejati yang mencitai Dia dalam hidup dan perbuatannya.

Bapak-ibu, Saudara-I yang terkasih.

Bagaimana dengan  kita sekarang dalam memahami kemuliaan Allah  Bapa yang nampak dalam diri Tuhan Yesus?  Dapatkah kita memahami bahwa kemuliaan Tuhan Yesus harus dicapai dengan jalan kesengsaraan dan setia memanggul salib sampai mati disalib? Kemuliaan kita sebagai anak Allahpun harus kita tempuh dengan setia memanggul salib kehidupan kita masing-masing, menyangkal diri, mengikuti Yesus menebar kasih kepada sesama.Semua itu dapat kita lakukan kalau kita semua mendengarkan  Dia dan melakukannya seperti sabda Bapa Inilah Anak Yang Kukasihi, Dengarkanlah  Dia” (Luk 9:35) . Sehingga kita bisa disebut sebagai  sahabat/saudara Yesus yang sejati. Tentu saja kemuliaan dan keselamatan menanti bagi siapa saja yang mengikuti Yesus dengan setia.  Semoga demikian.

Berkah Dalem

Ignatius Sumantyara

Lingk. St. Yosafat

Kategori:RENUNGAN

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.