Hari Minggu Biasa VI (13 Pebruari 2022)
Yer. 17:5-8; Mzm. 1:1-2,3,4,6; 1Kor. 15:12,16-20; Luk. 6:17,20-26.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Luk 6:20)
Bapak-Ibu, Saudara-saudari yang terkasih.

Membaca bacaan Injil hari ini saya teringat saat-saat bagaimana saya mendapat permasalahan dalam hidup saya, yaitu tidak turunnya SK Sertifikasi saya. Padahal tahun-tahun sebelumnya berjalan lancar. Ini terjadi di tahun 2016. Bagi seorang guru, sertifikasi selalu dinanti-nantikan. Karena dengan sertifikasi ini kehidupan guru menjadi lebih sejahtera dan dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidup. Dalam situasi yang demikian berbagai upaya saya tempuh baik ke provinsi maupun ke pusat (Jakarta). Selain upaya kedinasan, upaya melalui doa tidak pernah saya lewatkan. Setiap hari saya berdoa, bahkan saat itu saya berusaha selalu mengikuti misa pagi dan setelah misa pagi, saya menyediakan waktu khusus untuk berdoa. Dalam setiap kali berdoa saya menggunakan rumusan doa : memuji – bersyukur – mohon ampun – barulah permohonan. Tentu saja permohonan saya adalah supaya segera mendapatkan titik terang apa yang menyebabkan sk tidak turun dan dapat segera menyelesaikannya sehingga sk dapat kembali turun. Dalam setiap kesempatan menunggu panggilan atau urutan untuk penyelesaian masalah ini baik di provinsi maupun pusat, saya gunakan waktu-waktu luang tersebut untuk berdoa Salam Maria. Entah berapa kali saya berdoa Salam Maria. Setelah 6 bulan bergulat dengan permasalahan ini akhirnya apa yang saya harapkan terwujud. SK dapat kembali turun, walau yang 6 bulan berlalu tetap saja sertifikasi tidak bisa turun. Rasanya bahagia sekali saat sk turun.
Saya coba refleksikan perjalanan 6 bulan tersebut, ternyata tanpa saya sadari permasalahan yang saya hadapi sungguh membawa saya lebih dekat dengan Tuhan Yesus. Saya dapat lebih intim berbicara dengan Tuhan Yesus. Itulah sebabnya kenapa saat menjalani permasalahan tersebut kok rasanya tidak ada kata “berontak”, tetapi saya dapat menjalaninya dengan mengalir dan sungguh tenang. Kehidupan keluarga saya pun juga tenang-tenang saja. Maka saat teman satu sekolah saya bilang pada saya : “Pak Yulius ini sertifikasi tidak turun 6 bulan kok yo tenang-tenang saja to.”. Saya hanya tersenyum dan dalam hati saya berkata : “Karena sertifikasi 6 bulan saya, sudah diganti dengan indahnya dekat dengan Tuhan Yesus.”
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.
Dalam bacaan Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang menyampaikan “Sabda Bahagia dan Peringatan” kepada murid-murid-Nya. Sabda bahagia dan peringatan ini disampaikan oleh Yesus setelah para murid bersama-sama dengan Yesus melalui perjalanan panjang dalam pengajarannya dan banyak menyaksikan mukjizat-mukjizatNya. Dalam kesempatan ini Yesus menyampaikan sebuah kondisi yang berlawanan kepada para murid-Nya. Kondisi yang berlawanan ini dapat kita lihat saat Yesus berkata bahwa orang yang miskin akan mempunyai, orang yang lapar akan dipuaskan, orang yang menangis akan tertawa, dibenci-dikucilkan akan berbahagia dan sukacita, sedangkan mereka yang kenyang akan lapar, mereka yang tertawa akan menangis, mereka yang dipuji justru akan menderita.
Jika kita membaca ini memang dua keadaan yang berlawanan, namun sebenarnya pernyataan ini memang mengandung kebenaran. Pertanyaannya adalah “Apakah keselamatan hanya bisa diperoleh ketika kita miskin, lapar, menangis, dan menderita atau kita mendapat suatu permasalahan dalam hidup ini? Atau sebaliknya kekayaan, rasa kenyang, canda-tawa, dan berbagai macam kebahagiaan lain di dunia ini tidak bisa memberikan kita keselamatan?
Memang, seperti yang saya alami bahwa pada umumnya orang-orang yang mendapat permasalahan dalam hidup akan lebih dekat dengan Tuhan. Mereka akan lebih sering berdoa dan berkomunikasi dengan Tuhan. Kedekatan inilah yang memberikan kebahagiaan dan keselamatan. Tetapi bukan berarti yang kaya, sudah kenyang, tidak ada masalah dalam hidupnya tidak dekat dengan Tuhan. Tantangannya memang lebih berat karena sudah merasa nyaman. Maka bagi orang-orang yang sudah mapan secara duniawi permasalahannya adalah bagaimana menggunakan kemapanannya tersebut untuk lebih dekat dengan Tuhan. Orang yang lebih mapan secara duniawi mempunyai kesempatan untuk berbuat amal kasih lebih banyak dan lebih besar lagi. Dengan demikian orang yang sudah mapanpun mempunyai kesempatan yang sama untuk lebih dekat dengan Tuhan dan memperoleh keselamatan.
Bapak-Ibu, Saudara-saudari terkasih.
Apapun kondisi kehidupan kita saat ini, apakah saat ini kita sebagai orang yang miskin, lapar, haus, menangis ataukah sebagai orang yang kaya, kenyang, tertawa, sukacita marilah kita buat diri kita dekat dengan Tuhan Yesus. Karena hanya beriman kepada Tuhan Yesus, melaksanakan perintah-perintahnya, melaksanakan amal kasih-Nya kita akan mendapat “Kebahagiaan dan Keselamatan”. “Bahagia itu Dekat Dengan Tuhan Yesus.”
Berkah Dalem
Yulius Supriyana
Lingk. St. Paulus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu