RENUNGAN

Meniti Jalan Keluarga Kudus Nazaret

Pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria dan Yusuf (26 Desember 2021)

1Sam. 1:20-22,24-28; Mzm. 84:2-3,5-6,9-10; 1Yoh. 3:1-2,21-24; Luk. 2:41-52.

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk. 2:49)

Sahabat Yesus terkasih.

Pada perikop Injil Lukas 2:41-52 ini, kita dapat mengetahui sedikit dari kisah kanak-kanak Yesus yang memang jarang tertulis dalam Alkitab. Yesus yang pada saat itu sudah berusia 12 tahun diajak orang tua-nya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, yakni peringatan akan kasih Allah karena telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir. Dikisahkan setelah perayaan selesai Maria dan Yusuf yang sedang dalam perjalanan pulang ternyata tidak mendapati Yesus diantara rombongan mereka. Hingga mereka harus kembali ke Yerusalem untuk mencari-Nya. Setelah tiga hari lamanya mencari, mereka menemukan Yesus yang sedang bertanya jawab dengan alim ulama di bait Allah. Dalam kebahagiaan itu, Maria mengungkapkan kecemasannya, namun Yesus seakan tidak mau tahu akan hal itu, Ia mengatakan “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk. 2:49). Namun demikian Yesus tetap pulang bersama mereka ke Nazaret. Didalam asuhan Maria dan Yusuf, Yesus makin bertambah besar, makin dikasihi Allah dan manusia.

Sahabat Yesus yang terkasih

Kisah singkat keluarga kudus dari Nazaret ini memiliki makna yang mendalam. Yang pertama adalah ketaatan dan kesetiaan, dimana Yusuf dan Maria menjadi figur orang tua yang taat dan setia kepada Allah. Melalui cara yang sederhana mereka ingin mewariskan ketaatan dan kesetiaan itu dengan jalan membawa Yesus merayakan paskah sebuah perayaan tradisi iman bangsa Yahudi. Walaupun harus melalui perjalanan yang cukup jauh tidak menjadi halangan bagi mereka untuk ikut bersama-sama saudara sebangsanya mensyukuri berkat yang telah Allah berikan.

Ketaatan dan kesetiaan sepenuhnya kepada Allah menjadi dasar iman Katolik kita. Sebagai orang tua, kita diajak untuk bisa menjadi contoh yang baik bagi anak-anak kita dalam hal ketaatan dan kesetiaan kepada Allah. Ketaatan disini artinya bukan sekedar mengimani namun juga melaksanakan segala perintah-Nya, dan bukan memilih yang enak atau yang menyenangkan saja untuk kita lakukan. Mengajak anak-anak kita untuk berdoa secara rutin, setiap Minggu beribadah di gereja, mendorong mereka untuk terlibat aktif di kegiatan gereja, mengenalkan tradisi-tradisi yang ada di gereja, membantu orang yang lemah, adalah contoh-contoh  sederhana yang bisa kita berikan kepada anak-anak kita agar kelak mereka menjadi orang-orang yang taat dan setia kepada Allah.

Yang kedua kita bisa belajar dari Bunda Maria yang berserah kepada rencana Tuhan. Maria sebagai ibu yang cemas karena kehilangan anaknya, mungkin bukan hanya tidak mengerti dengan jawaban yang diberikan Yesus ketika diketemukan di bait Allah, namun bisa jadi Maria juga sedih mendengarnya. Namun demikian Maria menyimpan semua perkara itu didalam hatinya. Menyimpan didalam hatinya adalah sebuah bentuk penyerahan segala sesuatunya oleh Maria kepada rencana Tuhan.

Seringkali dalam kehidupan kita mengalami permasalahan atau persoalan mulai dari yang kecil-kecil sampai yang terasa sangat berat dan bahkan kita tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ketika kita menjumpai permasalahan yang menemukan jalan buntu ini, biasanya kita akan mencari tempat untuk mengadu entah kepada orang tua, teman dekat, atau kalau perlu mengumbarnya melalui media sosial. Dan yang didapat tidak selalu solusi, malahan persoalan menjadi melebar kemana-mana. Bunda Maria mengingatkan kita untuk pertama-tama mengadu ke tempat yang paling tepat yakni Tuhan sendiri, menyerahkan “jalan buntu” atau ketidak mengertian kita kepada rencana Tuhan, karena hanya Dia-lah yang mau menerima kekurangan, kelemahan, juga kerapuhan kita dengan apa adanya.

Keluarga kudus Nazaret bukan sekedar kudus karena adanya Anak, yakni Yesus didalam keluarga mereka, tetapi juga bagaimana mereka menjalani hidup dengan tetap taat dan berserah kepada kehendak Allah bahkan disaat yang sulit sekalipun.

Hidup berkeluarga adalah sebuah pilihan, tetapi meniti jalan kekudusan keluarga kudus Nazaret adalah sebuah keharusan.

Semoga kita dimampukan.

Berkah Dalem.

Marcellinus Beny Santoso

Lingk. St. Yoh-Paulus II

   

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.