Hari Minggu Biasa XXXIII (14 November 2021)
Dan. 12:1-3; Mzm. 16:5,8,9-10,11; Ibr. 10:11-14,18; Mrk.13:24-32
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.” (Mrk 13:32)
Bapak/Ibu, Saudara-saudari terkasih.

Setelah membaca dan merenungkan bacaan-bacaan hari ini, saya teringat akan berita yang pernah viral. Isi beritanya tentang adanya ramalan atau ‘ilham’ yang diterima oleh seseorang yang menyatakan bahwa pada waktu tertentu akan terjadi kiamat. Ada juga yang berupa anekdot/lelucon sehari-hari. Contohnya, dalam bersenda gurau, kadang kala kita menyinggung tentang ‘kapan’ meninggal. Secara spontan pun kita menjawab bahwa nama kita belum tercatat/dicatat oleh ‘malaekat pencabut nyawa’.
Terlepas dari sensasi dan senda gurau tentang hari kiamat seperti di atas, kita harus sadar dan percaya bahwa akan ada peristiwa kiamat. Dan yang jelas setiap orang akan mengalami kematian. Maka yang menjadi pertanyaan bagi saya dan kita semua adalah: “Apakah saya dan kita telah siap untuk mati?”
Bapak/Ibu, Saudara/I terkasih.
Dari ke-3 bacaan hari ini, saya mencoba merenungkan bacaan pertama yang diambil dari Nubuat Daniel (12:1-3). Saya sadar betul bahwa saya belum siap untuk mati/dipanggil menghadap Yang Kuasa, Sang Kehidupan. Saya merasa bahwa nama saya belum tercatat dan dicatat, seperti yang tertulis dalam ayat 1 bagian terakhir: “…,yakni siapa saja yang didapati namanya tertulis dalam kitab”. Mengapa? Karena hingga saat ini saya belum menjadi orang katolik yang saleh dan bijak, seperti yang disabdakan dalam ayat 3: “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran akan bercahaya seperti bintang-bintang untuk selama-lamanya”.
Lalu pertanyaan berikutnya yang lebih penting lagi adalah “Bagaimana dan kapan saya menyatakan siap, sekiranya Tuhan menyudahi kehidupan saya?”. Dalam menghidupi iman katolik, saya menyadari sangat dipenuhi kelalaian dan dosa dalam keluarga dan terhadap banyak orang/sesama. Apa yang sudah dan akan saya lakukan? Puji Tuhan, selama 3 tahun terakhir ini, saya telah mencoba menjadi seorang katolik yang aktif. Saya mencoba menjawab panggilan Allah dengan terlibat aktif dalam pelayanan kegerejaan. Seperti berperan aktif dan hadir dalam kegiatan di lingkungan dan di gereja. Dalam kemasyarakatan, berusaha hadir dalam rapat/kegiatan. bahkan ambil bagian dalam kepengurusan RT. Bagi saya, dalam mendewasakan iman ‘greget’-nya akan semakin terasa kalau saya secara aktif terlibat langsung entah sebagai pengurus atau bukan pengurus. Apakah kehadiran saya sungguh-sungguh menjadi saluran rahmat/berkat Allah bagi sesama? Harapan saya demikian, tetapi kalaupun belum, maka yang terpenting adalah terus mengupayakan ke arah sana.
Bapak/Ibu, Saudara/I terkasih.
Apa yang saya alami dan dapatkan sampai saat ini, justru di luar ekspektasi. Bukan saja iman, harapan dan kasih bahkan kepribadian yang semakin dewasa dan berkembang serta berbuah (walau masih sangat sedikit). Saya semakin dapat mengontrol keegoisan, menjadi lebih ‘sumeh’ dan semakin peka akan situasi sekitar.
Di sisi lain, dalam perjalanan refleksi kehidupan, saya menyadari (khawatir) bahwa apa yang saya jalani apakah benar-benar bukan semata mencari sensasi / kesombongan / kepuasan diri? Untuk mengantisipasinya, maka saya juga menghidupkan hidup doa baik secara pribadi maupun bersama-sama, seperti belajar menjadi devosan Bunda Maria dan Hati Kudus Yesus. Bukan hanya dengan berdoa, tetapi dengan membaca / merenungkan Sabda Tuhan (Kitab Suci). Dengan demikian kehidupan saya perlahan terkontrol dan terarah. Dengan memohon bantuan Roh Kudus, saya merasa selalu termotivasi, disadarkan dan dimampukan.
Bapak/Ibu, Saudara/I terkasih.
Menanggapi Sabda Yesus dalam Injil Lukas (12:40) “Hendaklah kalian juga siap sedia, karena Anak Manusia akan datang pada saat yang kalian tidak sangka-sangka.” Juga dalam Injil Markus 13:32 yang kita dengar hari ini “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.”, maka saya yang rapuh ini siap untuk menjawab…. dan pada saatnya akan menghadap Sang Kehidupan, Yang Abadi. Itulah tujuan imanku yakni hidup kekal bersama para Kudus di surga. Nubuat Daniel (12:2) “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah akan bangun, sebagian untuk hidup yang kekal….”. Saya kah?!!!
Berkah Dalem
Yulius Yerry Wenur
Lingk. St Agustinus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu