RENUNGAN

Satu, Sekali, Selamanya

Hari Minggu Biasa XXVII (3 Oktober 2021)

Kej. 2:18-24; Mzm. 128:1-2,3,4-5,6; Ibr. 2:9-11; Mrk. 10:2-16

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Mrk 10:9)

Bapak-Ibu, Saudara-saudari Sahabat Yesus terkasih.

Saat saya membaca bacaan-bacaan minggu ini dan merenungkannya saya langsung teringat akan peristiwa 12 tahun yang lalu saat saya mendapat tugas sebagai pelayan umat di Dewan Pastoral Harian Ketua Bidang Koinonia, dimana salah satu tim kerja dalam bidang ini adalah tim kerja Kerasulan Keluarga. Seperti biasa setiap tim kerja mesti membuat program kerja, demikian pula dengan tim kerja Kerasulan Keluarga. Maka diawal tahun pelayanan (2009) kami bersama Tim Kerja Kerasulan Keluarga yaitu Pasutri Petrus Edy Handoko (Alm) – Theresia Diah Wityo (Pasutri Edy-Essy), Pasutri Handoko-Monika, Pasutri Budi-Rita dan Pasutri Yustinus Sugiono (Alm)-Theresia Agustin Heri sepakat meluncurkan program “Berkat Ulang Tahun Perkawinan”. Disetiap minggu terakhir dalam bulan, setiap pasangan suami-istri yang berulang tahun dimohon maju ke depan, didoakan secara khusus oleh Romo dan mendapat berkat khusus pula dari Romo. Dari Tim Kerja Kerasulan Keluarga kemudian memberikan kenang-kenangan. Tujuan dari program ini adalah merupakan bagian dari bentuk perhatian Gereja (paroki) kepada umat yang berulangtahun perkawinan, dukungan dan motivasi atas keberlangsungan perkawinan, mengingatkan kembali akan kesucian dan kesakralan sakramen perkawinan. Saat ada pasutri yang maju dan ditanya romo tentang usia perkawinan ada yang menyebutkan angka-angka 35 tahun, 40 tahun, bahkah ada yang 50 tahun lebih maka umat menyambut dengan tepuk tangan sukacita. Ini menunjukkan bahwa perkawinan yang langgeng : “Satu pasangan – Satu kali – Untuk selamanya” sesuai dengan ajaran gereja sungguh didambakan umat.     

Bapak-Ibu, Saudara-saudari Sahabat Yesus terkasih.

Bagi kita yang sudah menerima sakramen perkawianan, melalui bacaan minggu ini kita diingatkan kembali akan hakekat sakramen perkawinan yang sudah kita terima. Sementara bagi yang belum menerima sakramen perkawinan maka ini menjadi sebuah pamahaman tentang bagaimana sakral/sucinya perkawinan katolik. Dalam Gereja Katolik, perkawinan bersifat monogami dan tak terceraikan. Hal ini dapat kita lihat dalam penegasan Tuhan Yesus saat menerima pertanyaan dari orang-orang Farisi yang mencobai Dia : “Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan istrinya?” (Mrk 10:2). Pertanyaan ini mengandung dua unsur yaitu pertama tentang perceraian itu sendiri dan kedua tentang kuasa suami atas istrinya.

Tentang perceraian, orang-orang Farisi berpegang erat pada Taurat Musa, dimana “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” (Mrk 10:4). Sehingga perceraian memang diterima di kalangan Yahudi. Tetapi apa jawaban Yesus tentang hal ini? Yesus dengan tegas menyatakan bahwa “Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu” (Mrk 10:5). Jawaban Yesus ini jika dirasakan sungguh sangat dalam dan mengena sekali. Istilahnya sangat menohok bagi orang Farisi.  Apa yang dikatakan Yesus juga menegaskan bahwa perceraian itu datang bukan dari pihak Allah, tetapi dari umat Israel sendiri, yang disebabkan karena ketegaran hati umat Israel. Kasarannya ya ngeyel, bebal dan ndablek.

Lebih lanjut Yesus menegaskan bahwa “pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Mrk 10:6-9). Disini sangat jelas bagaimana perkawinan yang dikehendaki oleh Allah, yaitu monogami dan tak terceraikan.

Selanjutnya tentang kuasa suami atas istrinya, ditegaskan oleh Yesus bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama (Mrk 10:6). Lebih jelas lagi jika kita baca di Kejadian 2:18 “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. Lalu Allah menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki (Kej 2:20-24).

Bapak-Ibu, Saudara-saudari Sahabat Yesus terkasih.

Melalui bacaan-bacaan hari ini marilah kita refleksikan dalam kehidupan kita masing-masing. Allah menyadarkan kembali akan martabat kita sebagai ciptaanNya, yang dihadapanNya kita semua adalah sama. Kalaupun ada perbedaan-perbedaan hendaknya janganlah perbedaan ini menjadikan kita untuk saling bermusuhan, saling mencaci, saling membenci. Dalam kehidupan rumah tangga kita marilah perbedaan yang ada antara suami-istri juga dengan anak-anak, kita jadikan bumbu-bumbu untuk meracik rumah tangga kita menjdi rumah tangga yang lebih sedap, lebih harmonis, dan lebih sejahtera. Rumah Tangga yang mampu menghadirkan Kerajaan Allah. Ecclesia Domestica. Hanya satu pasangan, untuk selamanya. Amin.

Berkah Dalem

Yulius Supriyana

Lingkungan. St. Paulus

.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.