RENUNGAN

Percayalah, Jangan Takut Lagi!

Hari Minggu Biasa XII (20 Juni 2021)

Ayb. 38:1.8-11; Mzm. 107:23-24,25-26,28-29,30-31; 2Kor. 5:14-17; Mrk. 4:35-40

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4:40)

Bapak/Ibu, Saudara/I Sahabat Yesus terkasih.

Melalui perikop Injil (Markus 4:31-40) kali ini kita diajak untuk belajar dari murid-murid yang meminta pertolongan kepada Yesus Kristus. Pada saat perahu yang membawa murid-murid bersama Yesus dihantam taufan dan ombak yang begitu besar sampai membawa air danau masuk kedalam perahu, pada saat itu mereka menghadapi persoalan yang sangat berat, mereka tidak bisa mengatasi sendiri, lalu mereka membangunkan Yesus dan meminta pertolongan. Setiap orang tentu pernah mengalami “badai taufan” dalam kehidupannya. Persoalannya ketika badai permasalahan itu datangnya seakan tidak berhenti-henti, bahkan membuat kita jatuh terpuruk atau sampai menghabiskan semua yang kita miliki, apakah kita masih percaya akan pertolongan Tuhan?

Ketika seseorang berkomitmen membangun sebuah keluarga, sebagai pasangan baru tentu mereka mempunyai tujuan bersama yang sangat indah. Sama seperti bayangan murid-murid, ketika nanti sampai di seberang danau mereka akan bisa beristirahat dengan tenang, tidak terganggu oleh banyak orang yang mengikuti Yesus. Dan yang terjadi berikutnya dalam kehidupan orang berkeluarga sama seperti yang dialami para murid selanjutnya, yaitu datangnya taufan atau permasalahan yang menimpa didalam keluarga. Menghadapi hal ini seringkali kita tidak siap dengan solusinya karena hanya berfokus dengan rencana dan tujuan yang indah tadi. Ketika taufan mengamuk dan ombak mulai menyembur kedalam perahu, murid-murid tetap berada didalam perahu. Dan didalam kepanikan dan rasa takut kemudian mereka meminta pertolongan kepada Yesus.

Tetap berada didalam perahu adalah komitmen yang harus selalu dipegang ketika keluarga-keluarga sedang mengalami permasalahan. Seberat apapun permasalahan itu, tidak ada alasan untuk memilih opsi meningalkan perahu atau berpisah. Karena Yesus sendiri yang telah mempersatukan seseorang ke dalam “perahu keluarga” dan akan setia menemani sepanjang mengarungi bahtera kehidupan ini. Yesus yang setiap saat siap mengulurkan tangan-Nya menolong kita. Yesus tidak sedang tertidur dan seakan membiarkan ketika keluarga-keluarga atau kita sendiri mengalami permasalahan. Ibarat sebatang besi yang harus dipanasi dan ditempa untuk menjadi sebuah keris yang indah, dengan permasalahan-permasalahan itu kita sedang ditempa untuk menjadi murid-murid yang kuat, tidak mudah menyerah dan tidak takut dalam mengarungi perjalanan kehidupan di dunia ini. Kita juga sedang dilatih untuk menjadi pribadi yang semakin baik, yang dengan rendah hati menyadari keterbatasan kita dan mau untuk meminta pertolongan-Nya.

Bapak/Ibu, Saudara/I Sahabat Yesus terkasih.

Pada waktu itu murid-murid Yesus adalah orang-orang biasa sebelum mereka dihembusi dengan Roh Kudus dan menerima berkat perutusan dari Tuhan Yesus setelah kematian-Nya. Murid-murid itu sama seperti kita dengan segala rasa manusiawinya, mereka juga mengalami perasaan takut, cemas, putus asa, kecewa dan sebagainya. Saking takutnya menghadapi situasi pada saat itu, ketika mereka membangunkan Yesus untuk meminta tolong, mereka sudah membayangkan kematian didepan mata “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”. Namun demikian Yesus mengerti apa yang dibutuhkan oleh murid-muridNya dan menghentikan angin taufan sehingga membuat danau kembali tenang. Yang menarik kemudian Yesus berkata kepada murid-muridNya “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Pertanyaan ini adalah sebuah penegasan dari Yesus bukan hanya kepada murid-muridNya pada saat itu, namun juga bagi kita semua orang Kristen yang telah menyatakan diri sebagai pengikut Kristus. Yesus tahu apa yang kita butuhkan meskipun kita seringkali salah dalam kata dan tindakan. Sudah semestinya kita tidak perlu lagi takut secara berlebihan. Marilah kita kembalikan tujuan hidup kita pada tujuan yang paling pokok yakni keselamatan yang abadi. Dan Yesus telah memberikannya kepada kita keselamatan ini secara cuma-cuma melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Korintus (2Kor 5:15) “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” Kalau kita sungguh-sungguh percaya Yesus telah mati untuk kita, maka kita tidak akan pernah begitu takut. Kita bisa lebih berpasrah dan iklas menjalani kehidupan ini. Dengan demikian kita bisa menikmati hidup yang hanya sementara ini seperti yang kita doakan “Di bumi seperti di dalam surga.” bukan malah sebaliknya kita menjadi budak dari kehidupan ini karena hasrat duniawi yang tidak terkendali. Maka marilah kita membalas keselamatan yang sudah diberikan kepada kita ini dengan hidup baru yang lebih berguna bagi orang lain. Terlebih bagi banyak orang yang saat ini berada dalam ketakutan dan kekhawatiran, karena hanya dengan demikian kita telah hidup untuk Dia.

Berkah Dalem.

Marcellinus Beni Santoso

Lingk. St. Yoh-Paulus II

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.