Hari Minggu Paskah II – Minggu Kerahiman Illahi (11 April 2021)
Kis. 4:32-35; Mzm. 118:2-4,16ab-18,22-24; 1Yoh. 5:1-6; Yoh. 20:19-31
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya. ” (Yoh 20:29)
Bapak/Ibu, Saudara/I terkasih dalam Yesus.

“Ya Tuhanku dan Allahku!” Inilah yang bisa dikatakan Tomas salah satu murid Yesus yang tadinya ragu kalau Yesus telah bangkit dan menampakkan diri, dan kini muncul dihadapannya. Melalui bacaan Injil hari ini yang diambil dari Yohanes 20:19-31, mengajak kita bercermin, siapakah diri kita yang mengaku sebagai murid Yesus Kristus ini. Apakah kita sudah menjadi murid yang percaya sepenuhnya kepada Yesus? ataukah kita ini murid peragu seperti Tomas?
Dikisahkan pada waktu itu murid-murid Yesus berkumpul di suatu rumah, mereka mengunci semua pintu dengan rapat karena takut ketahuan oleh orang Yahudi. Dan Yesus yang telah bangkit dari kematian datang, menampakkan diri ditengah-tengah mereka. Yesus memberikan berkatNya dan tugas perutusan kepada para murid.
Salah satu murid Yesus yang tidak ikut melihat kedatanganNya adalah Tomas. Bukannya senang ketika diceritakan kedatangan Yesus, Tomas malah tidak percaya. Dia mau membuktikan dengan melihat sendiri bekas paku pada tanganNya. Tomas mau mencucukkan jarinya ke dalam bekas paku itu dan juga mencucukkan tangannya ke dalam lambung Yesus.
Delapan hari kemudian keraguan Tomas ini mendapatkan jawaban. Ketika murid-murid kembali berkumpul dan disitu juga hadir Tomas. Yesus kembali datang di tengah-tengah mereka. Yesus meminta Tomas untuk melakukan pembuktian seperti yang dikehendaki. Tomas akhirnya percaya. Kemudian Yesus berkata kepada Tomas “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Bapak/Ibu, Saudara/I terkasih dalam Yesus.
Kisah ini tentu sudah sangat sering kita dengarkan dan bahkan sangat familiar ditelinga kita. Khususnya tentang Tomas yang menjadi contoh murid Yesus yang baru percaya setelah melihat dan membuktikan. Namun dalam perikop ini kita juga diajak belajar hal lain melalui apa yang telah dilakukan oleh murid-murid pada saat itu. Dimana mereka sedang dalam suasana sedih, bingung, mungkin juga kecewa karena Yesus meninggalkan mereka seperti domba di padang gurun ditinggalkan gembalanya. Para murid ini tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat. Dan hebatnya mereka tidak tercerai-berai, tidak meninggalkan komunitasnya dengan mencari kehidupan masing-masing atau kembali ke hidup mereka yang lama.
Situasi akibat pandemi covid 19 yang terjadi pada saat ini sangat relevan dengan situasi murid-murid perdana pasca kebangkitan Yesus. Kita juga sedang mengalami kesedihan, ketakutan dan juga kekhawatiran dengan dampak yang ditimbulkan dari wabah ini. Selain takut terkena virus corona, diantara kita juga cemas dengan adanya ancaman PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), bahkan ada yang saat ini sudah terkena PHK. Ada ancaman usaha-usaha bangkrut karena omsetnya terus turun. Peribadatan terganggu dan pembelajaran di sekolah juga terganggu. Kita dilarang berkumpul. Banyak orang yang tiba-tiba bersedih karena tidak menyangka harus ditinggal pergi selamanya oleh orang-orang yang dicintai akibat terpapar virus corona.
Menghadapi problematika yang berat dan komplek ini, bagaimanakah sikap kita? Apakah kita seperti murid-murid yang berani menghadapi keadaan? Tidak meninggalkan komunitas atau iman kita? Tetap berupaya dan percaya bahwa Tuhan akan datang dan menolong? Ataukah kita seperti Tomas, menunggu bukti kongkrit Tuhan membantu hidup kita dengan menghindarkan keluarga kita dari virus corona, pekerjaan atau usaha kita tetap diberikan kesuksesan, menjadikanya semua baik dan lancar seperti dulu, baru kita percaya dan datang menyembah Dia?
Sebuah peristiwa terjadi pada waktu ibadat Jumat Agung di gereja St. Lukas Sokaraja beberapa hari yang lalu. Ibadat dilaksanakan ditempat terbuka yakni di kebun belakang gereja. Ditengah berjalannya ibadat tiba-tiba langit menjadi gelap, angin berhembus dengan kencang, dan tidak lama kemudian turun hujan gerimis. Umat “bubar” mencari tempat berlindung agar tidak terkena hujan jikalau nanti hujan menjadi semakin deras. Namun ada seorang umat yang tidak beranjak dari tempat duduknya. Umat tersebut tetap dengan setia dan tenang mengikuti ibadat yang masih terus berjalan. Hujan tidak jadi turun, umat yang tadi “bubar” pun kembali membawa kursinya mendekat ke altar. Saat ibadat Jumat Agung sudah selesai, saya menyempatkan diri menjumpai umat tersebut sekedar untuk menanyakan kenapa dia tidak ikut mencari tempat berteduh seperti umat yang lain. Dan umat tersebut dengan mantap mengatakan ikut Yesus itu harus percaya dan yakin sepenuhnya.
Bapak/Ibu, Saudara/I terkasih dalam Yesus.
Tuhan datang ketika ada satu murid yang ragu. Tuhan juga datang ketika tinggal satu murid yang percaya dan yakin. Karena Tuhan itu baik tanpa ada syarat.
“Ya Tuhanku dan Allahku!” semoga aku tidak hanya melihat Engkau setiap hari dalam hidupku, namun Kaumampukan aku untuk berbuat baik tanpa syarat kepada sesama terlebih kepada mereka yang menderita dan tersingkirkan.
Berkah Dalem.
Marcellinus Beni Santoso
Lingk. St. Yoh-Paulus II
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu