Hari Minggu Prapaskah II (28 Pebruari 2021)
Kej. 22:1-2,9a,10-13,15-18; Mzm. 116:10,15,16-17,18-19; Rm. 8:31b-34; Mrk. 9:2-10.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (Mrk 9:7)
Bapak/Ibu, Saudara/i terkasih dalam Kristus.
Minggu ini kita memasuki minggu kedua dalam masa prapaskah. Merenungkan bacaan Injil hari ini kiranya tepat untuk perjalanan iman kita dimasa prapaskah ini menuju puncak iman kita yaitu hari Paskah, hari kebangkitan Tuhan. Membaca, merenungkan dan merefleksikan bacaan Inijil hari ini, ada tiga hal yang dapat saya refleksikan :

Pertama, Tuhan Yesus mengajak tiga muridNya (Petrus, Yakobus dan Yohanes) naik ke gunung yang tinggi. Kita bisa membayangkan bagaimana jalan yang dilalui saat menaiki gunung yang tinggi. Tentu saja tidak ada jalan tol, jalan cor, ataupun jalan beraspal yang bebas hambatan. Jalan yang dilalui adalah jalan setapak yang mungkin saja berbatuan, berkelok-kelok, banyak ilalang, kadang tumbuhan berduri. Ada kalanya jalannya licin, disisi kanan atau kiri tebing yang curam dan dalam. Inilah sebenarnya gambaran perjalanan hidup kita, perjalanan iman kita untuk menuju ke “puncak gunung” (keselamatan).
Masa prapaskah ini kita diajak untuk mati raga dengan pantang dan puasa, kita diajak untuk mengolah rohani kita. Menyisihkan sebagian dari rejeki kita dan memasukkannya ke dalam kotak APP, ibadat Jalan Salib, pendalaman iman, berbuat amal kasih , ibadat tobat dan pengakuan dosa adalah bagian dari ajakan gereja bagi kita untuk melewati jalan menuju ke puncak iman kita. Yaitu Iman yang menyelamatkan.
Kedua, Sesampai di puncak gunung Yesus berubah rupa menunjukkan kepada ketiga muridNya akan kemuliaanNya. “Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.” (Mrk 9:2-3). Refleksi saya akan hal ini adalah gambaran akhir dari perjalanan peziarahan hidup kita. Tuhan Yesus menginginkan semua muridNya dan semua umat manusia selamat dan melihat kemuliaanNya.
Ketiga, “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (Mrk 9:7). Inilah syarat yang harus kita penuhi untuk dapat mencapai ‘puncak gunung’ dan melihat kemuliaanNya. Kebulatan iman kita mutlak diperlukan. Iman akan Yesus Kristus adalah anak Allah, Putra Bapa. Yang akan menyelamatkan kita, yang akan memberikan mahkota kehidupan kekal kepada kita. Maka hendaklah kita tidak berpaling kepada illah-illah yang lain. Pepatah Jawa mengatakan “Madep, Mantep Nderak Gusti” (Benar-benar sepenuh hati hanya mengikut Tuhan Yesus). Selain kebulatan iman, kita juga mesti mendengarkan Dia. Mendengarkan Dia berarti juga melaksanakan sabda-Nya, melaksanakan perintah-perintahNya, melaksanakan ajaranNya yaitu KASIH. Berbuat Amal Kasih.
Bapak/Ibu, Saudara/I Sahabat Yesus terkasih.
Marilah kita refleksikan perjalanan hidup dan iman kita masing-masing. Saya yakin bahwa perjalan hidup dan iman kita tidaklah seperti jalan tol. Pasti penuh liku, berkelok-kelok, kadang kita tersandung hingga mau jatuh, bahkah sampai ada yang jatuh. Kadang kita terpeleset, mungkin ada yang jatuh ke dalam jurang, atau mungkin juga kita tersesat karena melalui jalan yang lain. Tetapi tanpa kita sadari, karena Tuhan Yesus yang mengajak kita menuju ke puncak gunung yaitu keselamatan, maka berkali-kali pula saat kita tersandung, jatuh, tersesat kita dibimbingNya kembali menuju jalan yang benar sehingga kita dapat sampai ke puncak gunung dengan beroleh keselamatan dan melihat kemuliaanNya.
Marilah kita jalani peziarahan hidup kita masing-masing dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan Yesuslah yang menyediakan jalan dan membimbing kita menuju ke “puncak gunung yang tinggi” yaitu keselamatan dan dalam peziarahan ini semoga oleh Roh Kudus kita selalu dimampukan untuk mendengarkan Dia, melaksanakan perintah dan ajaranNya. Dan akhirnya kita dapat melihat KemuliaanNya di surga. Amin.
Berkah Dalem
Yulius Supriyana
Lingk. St. Paulus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu