Hari Minggu Prapaskah I (21 Pebruari 2021)
Kej. 9:8-15; Mzm. 25:4bc-5ab,6-7ab,8-9; 1Ptr. 3:18-22; Mrk. 1:12-15
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
”Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15)
Bapak/Ibu, Saudara/i terkasih dalam Kristus.
Di awal tahun 2021 ini, kita sering membaca dan mendengar peristiwa/kejadian alam: tanah bergerak, kecelakaan, banjir dll. Tidak sedikit orang mengaitkan peristiwa alam ini dengan ulah manusia itu sendiri, ya.. kita. Bahkan tak jarang dibawa ke ranah politik (kepentingan). Mengapa hal ini terjadi? Bukankah Allah itu sumber kasih?
Membaca dan merenungkan ketiga bacaan hari ini : kisah Nuh, surat rasul Petrus serta injil Markus rasa saya lebih bijak untuk kita renungkan dari pada membuat kesimpulan atau pandangan yang bernada menghakimi.
Bacaan pertama berkisah tentang Nuh (lih. Kej 9:8-15). Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah (lih Kej 6:9). Selebihnya adalah orang-orang yang kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata, maka menyesallah Tuhan bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya (lih Kej 6:5-6).
Kira-kira kita termasuk golongan yang mana? Seperti Nuh kah? Atau orang – orang yang selebihnya? Sampai saat ini pandemi Covid-19, belum juga mereda apalagi berakhir. Memaknai peristiwa alam, termasuk pandemi ini, mari kita introspeksi dan merefleksikan diri sendiri. Peristiwa Nuh dan peristiwa alam saat ini juga semestinya lebih dapat membuka mata hati dan batin kita (lih. : ensiklik “Caritas in Veritate” no.48 dan ensiklik “Laudato Si”)
Rabu Abu menandai dimulainya retret agung untuk bermenung, merefleksikan diri, dan melakukan langkah laku mati raga dan olah rohani menuju pertobatan. Penerimaan abu kemarin (rabu abu) mengingatkan kita bahwa kita hanyalah debu di hadapan Allah. Allah menghendaki kita bertobat bukan hanya demi diri sendiri tapi juga terhadap sesama serta alam semesta (ekologi).
Bapak/Ibu, Saudara/i terkasih dalam Kristus.
Mengintip perjalanan kehidupan pribadi saya sebelum dan sesudah ikut aktif dalam kehidupan menggereja bahwa niat/kemauan bertobat jika tanpa diikuti dengan perubahan sikap dalam kehidupan sehari-hari akan sia-sia.
Saya termasuk pribadi yang keras/temperamen, mudah emosi, pendendam sekaligus pemalu. “Jika bukan karena KASIH KARUNIA TUHAN, aku ini seorang yang keras, kasar dan mudah marah (St. Vincensius a Paulo)” Kata-kata St Vincensius a Paulo inilah yang boleh dikatakan dasar dari niat serta kemauan merubah kepribadian saya. Dan rasa saya sesama dan alam sebenarnya adalah sarana dan cermin yang Allah hadirkan agar saya berubah.
Dari pengalaman inilah saya menyadari bahwa pembaptisan, yang telah saya terima bukan semata yang membersihkan kenajisan jasmani melainkan dengan memohon hati nurani yang baik kepada Allah. Sayalah yang aktif memohon dan menghidupkan hati nurani yang baik kepada Allah, keluarga, sesama serta alam sekitar. Seperti yang Santo Paulus katakan dalam bacaan kedua : Dalam bacaan kedua, Rasul Petrus mengatakan : “Air itu melambangkan pembaptisan yang kini menyelamatkan kamu, bukan dengan membersihkan kenajisan jasmani, melainkan dengan memohon hati nurani yang baik kepada Allah berkat kebangkitan Yesus Kristus” (1Ptr 3:21).
Membuka diri terhadap apa pun, tidaklah mudah…!!! Tapi dengan aktif menghadirkan sabda-Nya, memahami, memaknai dan berusaha menghidupinya dalam hidup keseharian, saya merasakan dan percaya bahwa Tuhan juga akan mengirimkan malaikat-malaikat melayani saya dan kita semua seperti apa yang dialami Yesus, saat dicobai oleh Iblis di padang gurun (bacaan Injil hari ini).

Dengan hanya mengakui bahwa kita lemah, penuh dosa dan tanpa menyertakan kuasa Allah serta tanpa niat yang sungguh-sungguh untuk perlahan-lahan merubah sifat dan sikap, kita hanya berilusi bahkan harapan kita akan sia-sia. Maka sabda Yesus berikut ini: ”Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15), hanya berlalu begitu saja bagaikan ‘running teks’ berita/info di televisi saja.
Bapak/Ibu, Saudara/i terkasih dalam Kristus.
Saat inilah, dalam masa Prapaskah ini, Gereja mengajak kita semua untuk mati raga sejenak, menggali dan mengedepankan solidaritas serta empati disertai niat untuk sungguh bertobat. Caranya adalah dengan menghidupkan kisah Yesus seperti yang di kisahkan Injil Markus hari ini dalam hati, dalam kehidupan sehari-hari seraya memohon ampun dan membiarkan hanya kuasa-Nya lah yang hidup. Karena dengan pembaptisan, kita telah menjadi anak-anak Allah. Dan hanya dengan pertobatan, kita akan diselamatkan. Semoga demikian. Tuhan memberkati.
Berkah Dalem.
Yulius Yerry Wenur
Lingk. Santo Agustinus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu