Surat Gembala Uskup Purwokerto
Menyambut Masa Prapaskah Tahun 2021

Yang terhormat para pastor, suster, bruder, frater, bapak dan ibu, saudara-saudari, orang muda, serta anak-anakku semua yang dikasihi Tuhan, salam sehat, salam sejahtera dan Berkah Dalem.
Hari Rabu tanggal 17 Februari yang akan datang adalah hari Rabu Abu, dan pada hari Minggu berikutnya, kita memasuki masa prapaskah. Tahun ini, bersama seluruh umat Katolik se-Indonesia kita diajak untuk lebih memaknai puasa dan pantang kita dengan tema “Semakin beriman, semakin solider”. Secara khusus, untuk Keuskupan Purwokerto, kita akan mempertajam tema itu dengan mendalami “Keutamaan Kristiani di masa Pandemi”.
Prapaskah tahun ini tidak jauh berbeda dengan masa prapaskah tahun lalu yaitu dalam masa prihatin / berduka karena bencana dunia / bencana penyakit “Pandemi Covid 19”. Masa prapaskah adalah masa penuh rahmat, kesempatan bertobat, dan mempunyai kesempatan berlimpah untuk berbagi kasih, solider, berdamai antar sesama umat manusia, dan masa penuh pengharapan kepada Tuhan. Kalau kita dapat mengambil hikmahnya, sebenarnya Pandemi Covid 19 ini, benar-benar telah melatih, dan semakin menguatkan keimanan kita, atau telah membiasakan kita untuk merenungkan arti kehidupan ini, dengan memanggul salib, bermati raga, dan juga melatih berpantang dan berpuasa secara rohani, karena kita sendiri saat-saat ini sudah mengurangi banyak hal kenikmatan dan kenyamanan dunia secara langsung.
Selama masa prapaskah ini, kita diajak untuk merenungkan kembali, panggilan dan perutusan hidup kita, sebagai murid Kristus yang sejati, dengan tidak pernah berhenti mengusahakan pembaharuan hidup, agar hidup kita lebih sesuai, dengan panggilan dan perutusan kita masing- masing. Dengan kata lain, kita wajib untuk “Lebih mendalami pertobatan untuk pengampunan, berbagi untuk kepedulian / solider terhadap sesama di sekitar kita, serta bersahabat / berdialog untuk perdamaian dunia”. Dengan demikian, puasa dan pantang kita, menjadi lebih mengarah kepada hal-hal batin, rohani yang terealisasi dalam pelayanan, pengampunan dan pengorbanan seperti Kristus sendiri yang telah memberikan teladan yang sangat sempurna untuk dunia dan semua umat manusia.
Aturan umum Puasa dan Pantang dalam Kitab Hukum Kanonik :
- Semua orang beriman kristiani wajib melakukan tobat, berpantang, dan berpuasa, artinya meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan, dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia.
- Hari dan waktu tobat serta pantang makan daging dilaksanakan hari Jumat sepanjang tahun dan masa 40 hari sebelum Paskah kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya.
- Sedangkan Pantang dan Puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus.
- Untuk Pantang, mengikat mereka yang sudah berumur 14 tahun, sedangkan untuk Puasa, mengikat semua orang dewasa, sampai awal tahun ke 60 (KHK Kan. 1249 – 1252).
Saudara-saudariku yang terkasih, lebih dari pantang makanan, ada pantang yang tidak kalah penting: kebiasaan melakukan kejahatan dan dosa kepada sesama kita. Inilah yang seharusnya dipantangkan selama prapaskah, syukur-syukur sepanjang hidup kita / sepanjang tahun. Kesombongan / tinggi hati, kekurang-berimanan, tidak membutuhkan sesama – apalagi Tuhan, dan merasa diri paling benar, suci, baik, dan kaya : hal itu semua perlu kita kikis dari diri kita. Hal ini diupayakan melalui berpantang dan berpuasa, sehingga kita akan mendapatkan penyembuhan, pertobatan / pengampunan, belas kasih, dan rahmat dari Allah.
Selama masa prapaskah ini, hendaknya kita dapat melatih diri terus-menerus untuk melakukan karya amal kasih dan latihan-latihan rohani, serta mudah tergerak oleh belas kasihan, dan penuh pengharapan hanya kepada Tuhan yang Mahakuasa (bdk. Markus 1, 41).
Puasa dan pantang fisik, merupakan puasa dan pantang di tingkat paling awal / pertama / dasar dari semua mati-raga, dan ini semua untuk latihan menguatkan puasa dan pantang batin dan rohani kita, yang tentunya agar lebih mendalam. Tanpa kita merasakan lapar dan haus, sakit hati dan menderita, dan tanpa pelayanan dan pengorbanan; kita tidak akan pernah bisa mengalami puasa dan pantang batin / rohani secara nyata.
Dan puasa fisik bukan merupakan tujuan akhir atau cita-cita utama, dan bukan pula untuk mendapatkan pahala dari Allah. Puasa dan pantang adalah demi untuk umat manusia itu sendiri dan demi melatih dirinya, untuk menerima keselamatan yang diberikan oleh Allah secara gratis. Maka dari itu, Puasa dan pantang kita harus sungguh menghasilkan buah dan terbukti untuk dapat membantu sesama, bukan untuk diri kita sendiri dan bukan pula untuk perayaan Paskah meriah kita yang akan datang.
Para bapak dan ibu, serta saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan, kita perlu menyadari dan merenungkan :
1. Kekuatan akan iman Katolik adalah bukan kekuatan yang menganggap kita adalah yang paling benar dan paling baik, atau lebih tinggi kedudukannya dari yang lain, atau kita tidak memiliki kelemahan-kelemahan apa pun, dan menganggap paling sempurna dibandingkan yang lain. Tetapi kekuatan akan iman kita adalah kebergantungan kita / penuh pengharapan kita hanya kepada Tuhan kita Yesus Kristus.
Kekuatan iman adalah keyakinan akan Yesus Kristus, dan mampu merealisasikan ajaran-Nya, dalam perbuatan dan tingkah-laku kita sehari-hari melalui kedamaian, kasih dan pengampunan, serta keselamatan yang berasal dari cinta Allah kepada seluruh umat manusia.
2. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2, 17)
Proaktif akan pelayanan dan melakukan semua yang telah diajarkan dan diteladankan oleh Kristus sendiri inilah yang dibutuhkan kita semua, tanpa dibatasi oleh apa pun, sehingga identitas keimanan kita akan penyelamatan Kristus dapat dikenal dan dirasakan oleh semua bangsa dan umat manusia sehingga kita boleh menjadi saksi-saksi-Nya.
Berdialog bukan hanya dengan kata-kata atau memperkenalkan ajaran kebenaran, tetapi harus terealisasi melalui sosial-ekonomi setempat, terbukti dalam pelayanan kepada yang miskin papa / yang sakit, yang hilang, yang mendesak membutuhkan sapaan, kepekaan, kesembuhan, dan pertolongan Tuhan, melalui kita sebagai murid-Nya yang setia.
3. Kepedulian akan solidaritas, berbagi / memberi apa pun, akan menjadi bukti dan teladan nyata kita menjadi garam dunia. Pelayanan harus direalisasikan kepada siapa saja, terutama yang sangat dan mendesak untuk ditolong yaitu orang-orang yang ada dekat dengan kita, bangsa ini, dan prioritas kepada miskin papa, menderita, yatim piatu, dan janda, yang terpinggirkan, terkena bencana, kehilangan keamanan dan kedamaian, yang tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup bersama, pembunuhan, dan ketidakadilan. Dengan demikian kita bisa menjadi terang dan garam dunia.
4. Bukti orang Katolik berpuasa dan berpantang hendaklah kita bisa menjadi teladan kepada masyarakat, untuk mengendalikan diri, dan menaati Protokol Kesehatan dari pemerintah Indonesia, demi kesehatan dan keselamatan bersama seluruh umat manusia, dengan melaksanakan 5 M :
- Mencuci tangan.
- Memakai masker.
- Menjaga jarak.
- Menghindari kerumunan.
- Mengurangi mobilitas dan aktivitas langsung.
Jangan berpikir kita takut dan menghindari tertular dari sesama, tetapi kita harus takut kalau kita dapat menularkan kepada banyak orang yang lemah dan sakit, kalau kita tidak taat akan PROKES.
Saudara-saudariku yang terkasih, Semoga puasa dan pantang kita bukan rutinitas yang mengulang dari tahun ke tahun belaka tetapi berkualitas semata, sehingga banyak orang menemukan kedamaian, kasih, pertobatan / pengampunan, dan keselamatan, serta sukacita Kristus melalui liturgi gereja, doa-doa kita, amal bakti kita, dan berkat Tuhan yang Mahakuasa.
Selamat berpantang dan berpuasa dan semoga Tuhan tersenyum dan memberkati seluruh kehidupan kita semua terutama umat dan gereja Keuskupan Purwokerto, amin.
Salam hormat dan berkat

Kategori:AKTUALIA, Keuskupan Purwokerto