Hari Minggu Adven IV (20 Desember 2020)
2Sam. 7:1-5,8b-12,14a,16; Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Rm. 16:25-27; Luk. 1:26-38.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah, tenda.” (2Sam 7:2)
Bapak /ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.

Mendengar dan membaca bacaan pertama pada minggu adven IV ini, saya tertarik pada bacaan pertama “berkatalah Raja Daud kepada Nabi Natan, Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda.” (2Sam 7:2)
Raja Daud adalah seorang raja yang selalu berada dalam perlindungan kasih Allah, baik dalam peperangan maupun hidup pribadinya. Walaupun ia ‘terpeleset’ dalam dosa, Allah tetap menyertainya, karena Raja Daud menyadarinya dan mau menyesal. Bahkan Allah berjanji dari keturunannya akan lahir Raja Abadi.
Permenungan saya hari ini adalah bagaimana sikap Raja Daud yang mau melihat dirinya dan bersikap terhadap Allah yang tinggal dalam tenda. Sedangkan dia tinggal dalam rumah yang terbuat dari kayu aras. Pohon aras adalah pohon yang langka dan dilindungi. Pohon aras terkenal karena kayunya dipakai oleh Salomo untuk mendirikan Bait Allah (1Raja² 5:6-10). Dan oleh Raja Daud pohon aras dipakai untuk membangun istananya (2Sam 5:11). Kwalitas pohon aras sangat baik. Kayunya sangat keras dan tahan lama. Pohon aras memiliki aroma dengan wangi yang khas, sehingga disenangi. Pohon aras mampu bertahan dalam kondisi dingin atau yang tidak baik sekalipun.
Bapak/Ibu, Saudara/I terkasih.
Dalam permenungannya Raja Daud memposisikan Allah dengan sangat istimewa. Seorang raja yang tentunya mempunyai segala sesuatu: kemewahan dan kekuasaan. Namun Raja Daud menyadari bahwa semua yang dia miliki hanyalah karena kasih serta campur tangan Allah. Kiranya kitapun perlu mencontoh apa yang dilakukan oleh Raja Daud yang menyadari bahwa tanpa kehadiran Allah kita tidak akan mempunyai apapun. Apa yang kita punyai: kehidupan, keluarga, dan harta semata – mata karena Allah hadir dan hidup dalam diri kita. Dalam suka dan duka (keterpurukan, kegagalan, sakit) Allah tetap setia berdiam dan mendirikan tenda-Nya. Seperti Raja Daud, kitapun walau selalu berada dalam naungan Allah, toh jatuh juga dalam dosa: keegoisan dan keserakahan. Namun Allah tidak merampas kemerdekaan Raja Daud dan kita. Kita dituntut untuk merendahkan diri, seperti Dia yang setia berdiam dalam kerendahan (tenda); bahkan digenapi dengan kehidupan, sengsara dan kematian Yesus.
Kiranya Tuhan mau kita beriman seperti kayu aras. Kuat dan kokoh sebagai anak Allah. Mampu memancarkan aroma yang wangi dalam tutur kata dan tindakan. Serta tahan banting dalam melawan kerapuhan diri.
Bapak/Ibu, Saudara/I terkasih
Di masa adven ini, kiranya waktu yang tepat untuk wujudnyatakan sikap diatas dalam peziarahan hidup kristiani kita. Dalam Sakramen Pembaptisan kita telah menjadi anak-anak Allah secara penuh dan telah digenapi dan ditebus dengan darah Kristus dan mau tinggal dalam kemanusiaan kita yang rapuh. Allah kita adalah Allah yang penuh kasih, penuh kerahiman.
Marilah kita siapkan tempat terbaik bagi Allah. Kita tidak boleh kalah karena dosa, kalah karena kebencian, atau kalah karena berbeda jabatan dan harta. Kita hanya butuh kemauan menyapa-Nya setiap saat dalam keadaan apapun. Doa dan menghadiri Sakramen Ekaristi adalah sarana terbaik kita untuk menemui-Nya dan mau mengimbanginya dengan sikap iman laksana ‘pohon aras’. Karena “iman tanpa perbuatan adalah mati”.
Marilah berdoa, Allah Mahakuasa dan Mahabaik, Engkau selalu setia hidup dan berkemah dalam hatiku. Namun kehadiran-Mu itu tertutup karena keegoisan dan kerapuhanku. Buatlah agar dari peristiwa Raja Daud ini, kami mau membuatkan rumah dari kayu aras, yaitu dengan cara selalu menyapa, menghadirkan dan menghidupi kehadiran-Mu itu dengan aroma khas iman kristiani, yang kokoh kuat. Semoga masa adven ini, menjadi masa penantian yang penuh iman, harapan dan kasih. Berbalik dari dosa, serta menjadikan kehadiran kami menjadi berkat bagi sesama, yang beraroma cinta kasih. Amin.
Berkah Dalem
Yulius Yerry Wenur
Lingk. Santo Agustinus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu