Hari Minggu Biasa XXXIII (15 November 2020)
Ams. 31:10-13,19-20,30-31; Mzm. 128:1-2,3,4-5; 1Tes. 5:1-6; Mat. 25:14-30 (Mat. 25:14-15,19-21).
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.” (Mat 25:29)
Bapak /ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.

Hari ini Yesus menceritakan satu perumpamaan kepada para muridNya tentang seseorang yang akan berangkat bepergian ke luar negeri. Sebelum pergi dia memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya.
Sewaktu dia kembali dia memanggil hamba-hambanya dan mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu datang dan ia membawa laba dua talenta. Sedangkan hamba yang menerima satu talenta datang hanya dengan satu talenta tidak membawa laba. Kepada mereka yang datang bersama laba mendapat pujian dan penghargaan dari tuannya, sementara hamba yang tidak membawa hasil/laba dimarahi oleh tuannya dan disapanya sebagai hamba yang jahat dan malas.
Bapak/Ibu dan saudara/i yang dikasihi Tuhan.
Dalam kisah perumpamaan tentang talenta, kita diajar untuk mengerti arti talenta yang ingin disampaikan oleh Yesus. Kita diajar untuk melihat bagaimana cara kita menyikapi talenta yang sudah Tuhan percayakan kepada kita masing-masing. Tuhan memberikan talenta kepada tiap-tiap orang, tidak ada seorangpun yang tidak diberikanNya talenta. Talenta disini melambangkan tanggung jawab yang berbeda yang harus dijalankan sesuai dengan kemampuan masing-masing orang. Pemberian talenta yang digambarkan dengan pemberian modal ini bisa kita artikan dengan “karunia” dan “berkat” yang Allah berikan kepada kita. Karunia dan berkat tidak selalu berkonotasi harta, bisa kemampuan atau skill dan apapun yang kita punya. Ada yang dalam bentuk kekuatan fisik untuk bekerja, kepintaran, kehebatan dalam bermain musik, berolahraga, menari, menyanyi, menulis, mengukir/menggambar, dan lain-lain. Bentuk lain dari talenta yang diberikan Tuhan adalah dalam bentuk supranatural atau kekuatan rohani. Ada orang yang diberi talenta untuk berdoa, ketekunan mengunjungi orang sakit, ketekunan melakukan perbuatan amal dan sebagainya.
Perumpamaan tentang talenta di atas juga mengingatkan saya ketika hampir menjadi hamba yang diberi tanggung jawab satu talenta. Sekitar 40 tahun yang lalu ketika masih duduk di bangku sekolah, saya selalu menolak ketika diminta untuk ikut koor lingkungan maupun koor mudika. Padahal saya tahu saya suka menyanyi. Satu alasan waktu itu adalah saya minder. Namun satu peristiwa 10 tahun berikutnya, telah merubah saya untuk menggunakan talenta yang saya miliki supaya bermanfaat. Saat itu saya mengikuti misa di luar kota. Seperti biasa saya mengikuti misa dengan khusuk dan ikut menyanyikan lagu-lagu misa dengan cukup semangat. Kebetulan di sebelah saya duduk seorang suster yang ternyata memperhatikan saya saat misa. Setelah misa dia mendekati saya dan mengajak saya untuk ikut latihan koor dalam rangka hari Raya Paskah, karena katanya suara saya cukup bagus .. he .. he .. he (sombong). Sayapun menyanggupinya dan akhirnya bisa ikut paduan suara merayakan malam Paskah. Ada sukacita yang luar biasa yang saya rasakan. Mungkin inilah rahmat yang Tuhan berikan saat kita bisa mempergunakan talenta kita dengan benar. Ada sukacita besar di sana, meski saya hanya satu bagian kecil yang ikut menyanyi dalam suatu group paduan suara. Mulai saat itulah, hingga sekarang saya dengan senang hati ikut melayani melalui paduan suara di beberapa kelompok karena ada sukacita yang saya rasakan. Terkadang untuk memahami atau menggugah talenta yang kita miliki, kita juga perlu peranan orang lain.
Bapak/Ibu dan saudara/i sahabat Yesus.
Setiap talenta itu berasal dari Tuhan dan Dia yang memberikan talenta itu kepada kita. Kita tidak dapat memaksa dan memerintah Dia untuk memberikan talenta sesuai dengan keinginan atau ambisi kita. Dia yang mempunyai talenta maka sepenuhnya Dia yang berkuasa untuk menentukan dan memberikan talenta itu kepada kita. Tapi satu hal yang pasti, Dia mengetahui kemampuan kita sehingga Dia memberikan karunia talenta itu sesuai dengan kemampuan kita masing-masing: Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua, dan yang seorang lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. (Matius 25:15)
Setelah kita diberiNya talenta, pada waktunya Tuhan akan datang kepada kita dan meminta untuk mempertanggungjawabkan apakah talenta yang diberikanNya itu sudah menghasilkan laba atau tidak. Kalau kita berhasil menghasilkan laba, berarti kita akan mendapat penghargaan dan ganjaran yang membahagiakan. Jadi, inti dari perumpamaan ini sebenarnya bukanlah seberapa banyak talenta yang kita miliki. Namun bagaimana kita mengembangkan talenta yang Tuhan percayakan kepada kita. Bagaimana jika seandainya orang yang diberiNya tanggung jawab satu talenta kemudian mengembangkan talenta yang dimilikinya tersebut, sedangkan yang memperoleh banyak talenta tidak mengembangkannya? Tentu saja dari orang yang dipercayakan talenta besar sekalipun akan diambil dan diberikan kepada siapa saja yang mengembangkan talenta miliknya.
“Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.” (Mat 25:29)
Demikianlah yang Tuhan kehendaki dari kita semua. Setiap orang yang dengan setia mengerjakan dan mengembangkan kepercayaan yang Tuhan berikan akan memperoleh lebih hingga melimpah, namun yang tidak mengembangkannya dari padanya justru akan diambil. Maka jangan heran ketika orang-orang yang setia semakin diberkati sedangkan yang tidak setia dari padanya semuanya akan diambil.
Kita tidak perlu meminta talenta yang besar, namun seberapa talenta yang Tuhan berikan kepada kita dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Ingin karier kita bagus, maka kerjakan pekerjaan kita sekarang dengan sebaik-baiknya. Ingin pelayanan kita kepada Tuhan menjadi lebih baik, kerjakanlah pelayanan kita yang terbaik hari ini. Tuhan senang dengan orang yang mempergunakan talentanya dengan baik dan dengan senang hati Dia akan melimpahkannya lebih dan lebih lagi. Kita tidak perlu fokus kepada talenta orang lain yang mungkin lebih besar, tetapi mari kita kembangkan talenta kita sehingga menjadi berlimpah. Barang siapa setia terhadap perkara kecil, kepadanya akan dipercayakan perkara yang lebih besar.
Bapak/Ibu dan saudara/i terkasih.
Talenta adalah segala sesuatu yang diberikan Allah kepada kita sebagai anugerah dalam rangka memperlebar kerajaanNya. Talenta yang telah diberikan kepada kita bukan untuk kita simpan ataupun kita pergunakan untuk kesenangan pribadi atau ambisi pribadi kita, melainkan harus kita pergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan Allah di dunia. Jadi, kesimpulan dari perumpamaan itu adalah bahwa setiap orang diberi kesempatan yang berbeda-beda. Orang yang mau menggunakan kesempatan dan mengembangkannya adalah orang yang dianggap sebagai hamba yang setia. Sementara orang yang tidak mempergunakan kesempatan dan mengusahakannya, akan dibuang (dihukum) karena ia adalah hamba yang “tidak berguna”. Yesus Kristus akan datang kembali, dan Ia menuntut pertanggungjawaban pada kita semua terhadap penggunaan karunia (talenta) yang telah la berikan kepada kita.
Mau dimanakah kita memposisikan diri kita, apakah mau menjadi hamba yang setia atau menjadi hamba yang tidak berguna?
Semoga kita semua diberi kemampuan untuk menjadi hamba yang setia di mata Tuhan. Amin.
Tuhan memberkati kita semua. Berkah Dalem.
Benedictus Widiyanto
Lingk. St. Stefanus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu