Hari Minggu Biasa XXVIII (11 Oktober 2020)
Yes. 25:6-10a; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Flp. 4:12-14,19-20; Mat. 22:1-14 (Mat. 22:1-10).
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“..banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.” (Mat 22:14)
Sahabat Yesus yang terkasih.
Kalau kita diundang ke pesta nikah, jauh-jauh hari kita mulai merencanakan pakaian apa yg akan kita kenakan. Kita akan pilih-pilih baju terbagus untuk dikenakan dalam pesta itu. Apa lagi, kalau orang yang nikah itu adalah teman dekat kita atau saudara dekat kita, pakain yang akan kita kenakan tentu harus pakaian resmi, yang enak dipandang mata. Selalin pakain pesta, kita juga akan persiapkan sejumlah uang diamplop (ang pao), atau kado yang bernilai plus untuk diberikan kepada kedua mempelai, sebagai ungkapan turut berbahagia,dan memberikan dukungan atas pesta yang terselenggara. Setelah segala perlengkapan pesta disiapan, kita pun akan mengatur jadwal kita, supaya kita bisa hadir dalam pesta itu, dan orang yang mengundang kita tidak kecewa. Seperti inilah persiapan seorang yang diundang ke pesta. Ke pesta nikah aja kita perlu persiapan yang baik, apalagi kita diundang Tuhan ke pesta-Nya, tentu persiapan harus lebih baik lagi.
Hadirnya kita dalam pesta, tentu akan disambut gembira oleh tuan rumah. Kita akan bertemu dengan saudara kita, teman-teman kita yang hadir dalam pesta itu. Kadang dalam pesta kita juga akan mendapatkan kenalan baru, teman baru. Bagi yang jomblo akan mendapatkan pasangan baru. Kegembiraan pesta juga akan dilengkapi dengan makan bersama para undangan yang hadir. Seperti inilah kegembiraan yang dialami seorang yang diundang ke pesta. Demikian pula, apabila kita menanggapi undangan Tuhan, kita pun akan menerima berbagai berkat berlimpah dari-Nya.

Injil berbicara tentang perumpamaan, seorang raja, yaitu Allah, mengadakan pesta nikah. Ia mengutus para hamba menyampaikan undangan ke orang-orang pilihan-Nya, tetapi mereka beralasan, dan menolak hadir ke pesta itu. Lalu, Ia mengutus lagi hamba-hamba lainnya untuk disampaikan ke orang-orang yang menolak itu, bahwa hidangan istimewa telah tersedia – Ia mendesak agar mereka berkenan datang, menikmati hidangan-hidangan dan bergembira bersama Dia. Tetapi tawaran Allah ini tidak ditanggapi oleh orang-orang pilihan-Nya. Mereka lebih memilih kepentingan diri sendiri daripada menanggapi tawaran Allah. Mereka telah mendua-hatikan Allah; lebih mementingkan dunia daripada memilih kerajaan Allah sebagai sumber keselamatan dan kebahagiaan. Menolak tawaran Allah sama saja menolak keselamatan dan hidup bahagia.
Meskipun Allah ditolak oleh orang-orang pilihanNya. Ia mengutus hamba-hamba ke persimpangan-persimpangan jalan, mengundang setiap orang yang dijumpai di sana agar datang ke pesta nikah itu. Tetapi diantara para undangan yang hadir pesta, ada seorang yang tidak ber-pakaian pesta. Orang ini datang ke pesta tidak mempersiapkan diri dan hati yang layak dan pantas. Melainkan hati yang acuh tak acuh, hati yang kotor. Orang seperti ini tidak pantas ikut pesta, ia pun dibawa keluar ruang pesta, dan dilemparkan ke tempat gelap.
Sahabat Yesus yang terkasih.
Undangan Allah adalah sebuah tawaran keselamatan untuk kita, untuk ikut ambil bagian dan menikmati kerajaan-Nya. Bila kita menerima tawaran ini, kita akan hidup bersama Allah dalam kemuliaan. Kita akan menerima keselamatan, kebahagian dan damai sejahtera. Dan hidup kita pun akan senantiasa diberkati. Dan kelak setelah peziarahan kita di dunia ini berakhir, kita boleh memasuki kepenuhan kerajaan-Nya, menerima mahkota hidup kekal, bersama Bapa di surga.
Dalam Injil ditampilkan para tokoh-tokoh, ada hamba-hamba, orang-orang yang diundang – tapi menolak untuk datang ke perjamuan; ada pula orang-orang di persimpangan jalan, dan orang yang tidak berpakian pantas. Para tokoh-tokoh itu adalah saya dan kita semua, umat Allah, Gereja yang dikasihi Allah. Pertanyaan untuk kita renungkan, kita termasuk tokoh yang mana…? Apakah kita adalah hamba yang setia setiap saat menanggapi tawaran Allah? Ataukah kita adalah orang-orang yang banyak alasan menolak undangan-Nya? Atau barangkali kita adalah orang-orang dipersimpangan jalan..? Atau bisa pula, kita adalah orang yang tidak mengenakan pakaian pesta, yang datang ke pesta Allah? Hanya kita yang dapat menjawabnya……?!
Tuhan memberkati
DY. Chandra Heng
Lingk St. Mikael
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu