Hari Minggu Biasa XIX (9 Agustus 2020)
Yes. 55:1-3; Mzm. 145:8-9,15-16,17-18; Rm. 8:35,37-39; Mat. 14:13-21.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Tenanglah!!. Aku ini jangan takut” ( Mat 14 : 27).
Bapak/Ibu, Saudara/I, Sahabat Yesus terkasih.
Bacaan hari ini sungguh luar biasa, banyak hal yang dilakukan Yesus untuk menguatkan kita.
1. Bertekun dalam doa.
Setelah mengenyangkan kurang lebih 5000 laki-laki tidak termasuk perempuan dan anak Yesus segera memerintahkan murid-muridnya naik ke perahu. “Dan setelah orang banyak itu disuruhNya pulang Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri.” (Mat 14: 23) Sikap Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk tekun dalam doa dalam situasi apapun, karena doa adalah sarana komunikasi kita dengan Allah. Sering kita hanya berdoa jika ada masalah atau jika kita membutuhkan sesuatu. Hal sederhana yang sering saya lakukan, jika mau pergi kami berdoa bersama mohon keselamatan tapi jika sudah sampai di tempat tujuan kami sibuk membagi oleh-oleh atau bersendau-gurau dengan orang yang kami kunjungi. Lupa untuk sejenak berdoa mengucap syukur. Apakah dengan anda?.
Kadang kita sulit mengambil waktu setengah jam saja untuk bermeditasi, berkomunikasi dengan Allah.
2. Tuhan tidak pernah terlambat menolong.

“Ketika perahu yang ditumpangi murid-muridNya sudah beberapa mil jauhnya dan diombang-ambingkan karena angin sakal (angin ribut yang datang tiba-tiba). Kira-kira jam tiga datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.” (Mat 14 : 24-25)
Saat itu tak terbayang betapa takut dan cemaslah murid-murid Yesus berada di tengah laut dengan terjangan angin sakal dan Tuhan Yesus datang pada saat yang tepat. Tuhan tahu apa yangg terjadi dalam hidup kita, penderitaan, kecemasan, ketakutan dan Tuhan tidak pernah terlambat untuk menolong. Hanya saja waktu Tuhan bukan waktu kita. Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan. Makà hendaknya kita datang dan memasrahkan semua persoalan kepadaNya. Agar usaha yang kita lakukan sejalan dengan kehendakNya.
3. Tenang dan tidak usah takut.
“Tenanglah!! Aku ini. Jangan takut “( Mat 14 : 27) Pada ayat ini jelas Tuhan sudah bersabda. Tenang dan jangan takut. Jika kita menghadapi masalah yang tidak mengenakan yang tidak sejalan dengan apa yang kita harapkan tetaplah tenang dan percaya bahwa Tuhan akan menolong karena Tuhan adalah penolong sejati.
4. Peka terhadap orang lain.
Tuhan telah mengabulkan keinginan Petrus untuk berjalan di atas air tapi Petrus mulai bimbang dan tenggelam waktu terkena tiupan angin. Ketika Petrus minta tolong dengan cepat Tuhan Yesus mengulurkan tangan untuk menolong. Apakah kita juga mempunyai kepekaan untuk menolong ketika orang berteriak minta tolong?.
5. Menjadi anak Allah.
Dan orang-orang yang ada di atas perahu menyembah Dia, katanya “Sesungguhnya Engkau Anak Allah” (Mat 14 : 33). Tuhan Yesus memang Anak Allah yang diutus ke dunia. Siapapun kita bisa menjadi anak Allah jika kita selalu meneladani sikap Yesus. Penuh kasih dan siap menolong, rendah hati, menebar suka cita.
Bapak/Ibu, Saudara/I terkasih dalam Kristus.
Saya sudah sering mendengar korban akibat covit 19, tetapi waktu menantu ibu X di depan rumah saya meninggal saya merasa shock juga. Apalagi anak dan cucu pertama dan pembantunya juga diisolasi, dan cucu kedua karena negatif dititipkan pada ibu X. Mulailah tetangga berkasak-kusuk ketakutan bahwa cucu kedua nanti akan menularkan covid. Sayapun juga dihinggapi rasa kawatir lalu saya coba menghubungi saudara saya yang dokter untuk konsultasi. Apakah benar anak yang negatif itu bisa menjadi positif. Saudara saya menjelaskan bahwa tidak mungkin. Kecuali dia tetular setelah menjalani PCR. Dan kalau khasus seperti itu tidak mungkin jika anak membahayakan orang lain dititipkan pasti akan diisolasi. Dalam nama Yesus akhirnya saya putuskan untuk datang membawakan mainan dan buah-buahan ke rumah ibu X. Saya hibur cucu dan ibu untuk memberikan dukungan. Hari berikutnya ibu X bertandang ke rumah, beliau bercerita tentang apa yang terjadi 16 tahun lalu. Anaknya menikah beda agama, dia menikah tanpa memberitahu ibunya. Ibunya baru tahu seminggu kemudian ketika si anak tidak pulang-pulang. Ibu X datang ke kantor anaknya dan dia diberitahu jika anaknya menikah. Hancur hati ibu X tapi mau bagaimanalagi. Akhirnya anak dan menantunya tinggal bersama ibu X delapan tahun. Banyak hal yang tidak mengenakan harus dia terima dari tetangga dan juga besan yang menganggapnya sebagai orang khafir dan berdosa. Setiap kali berdoa ibu hanya memintakan ampun atas semua yang sudah anaknya lakukan. Ibu X menangis sesenggukan. “Apakah saya salah dalam berdoa, saya tidak pernah mendoakan supaya anak saya dipisahkan kok jawaban Tuhan seperti ini”.
Saya menatapnya penuh iba. Jika tidak mengingat protokol kesehatan ingin rasanya memeluk ibu X. Saya tidak komentar apa-apa karena bukan komentar yang beliau butuhkan, beliau hanya butuh didengar butuh di dukung. Saya hanya mengatakan. “Ibu yang kuat dan sabar, ibu seorang ibu yang luar biasa pada usia ibu yang 75 tahun ibu masih dipakai Tuhan untuk perpanjangan tanganNYA”
Cerita ibu X menyadarkan saya bahwa beban hidup yang kadang saya rasa berat ternyata orang lain jauh lebih berat. Banyak masalah tak terduga yang datang menghempaskan kita. Seperti peristiwa ledakan di Libanon telah menewaskan lebih dari 135 jiwa dan melukai lebih dari 4.000 orang. Siapa yang menyangka hal itu akan terjadi. Betapa pilunya kesedihan yang mereka rasakan. Saat seperti itulah kita hanya bisa mengandalkan pertolongan Allah. Apa yang diberikan Allah adalah yang terbaik.
Allahlah penolong sejati.
Berkah Dalem
Melania Moertrini
Lingk. St. Paulus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu