Hari Minggu Biasa XVI (19 Juli 2020)
Keb. 12:13,16-19; Mzm. 86:5-6,9-10,15-16a; Rm. 8:26-27; Mat. 13:24-43 atau Mat. 13:24-30.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
Bapak/Ibu, Saudara/saudari terkasih,
Bacaan hari ini, membuat saya merefleksikan makna beriman, sejalan dengan perumpamaan Yesus hari ini. Bagaimana kita berbuat baik di tengah wabah covid19 ini? Terlebih saat ini kita memasuki masa ‘new-normal’, yang bagi saya serasa menghantar atau menginspirasi “seakan-akan” memasuki masa ‘new-normal’/pembaruan dalam beriman. Beriman bukan hanya bisa atau pandai berdoa, aktif dalam kegiatan di lingkungan dan masyarakat, hafal dan menguasai Kitab Suci serta rajin ke gereja. Atau mungkin beriman hanya bagus dalam retorika saja. Indah dalam kata-kata, miskin dalam aksi nyata. Dan tanpa disadari kita pun kadang terjebak di dalamnya. Beriman akan berbuah kalau dipraktekkan dalam kehidupan keseharian kita.
Pada suatu saat dalam bincang-bincang tetangga, terungkap kesamaan pandangan antara kami. Yaitu niat berbagi ke sesama dengan cara membagi makanan masak berupa ramesan kepada tukang becak, pemulung, tukang parkir atau kaum yang termajinalkan lainnya. Dengan berlandaskan ‘semangat berbagi’, syukur kepada Allah pada awal Juni 2020 rencana ini bisa dieksekusi dan dilaksanakan dengan baik. Bahkan berlanjut pada awal Juli ini. Edisi ke-2 berbagi sudah terlaksana, dengan tambahan partisipasi beberapa warga.
Inilah salah satu harapan saya. Beriman dan berbuah secara bersama-sama. Bukan hanya membagikan rejeki, tapi juga mengajak orang lain untuk berbagi. Keteladanan iman bersumber dan berbuah mulai dari diri sendiri. Kita tidak bisa hanya menunggu dan berharap dimulai dari orang lain, atau mungkin sambil bersungut-sungut, atau bahkan berretorika semata.
Bekerja di ladang Tuhan, bukan hanya pekerjaan kaum klerus/biarawan/wati saja, tetapi kita yang telah menjadi bagian Tubuh Kristus harus turut serta menanam benih baik, sendiri dan/atau bersama orang lain. Kita sebagai bagian dari umat lingkungan menyadari bahwa menghidupkan iman umat dalam lingkungan adalah tidak mudah. Butuh banyak penyesuaian, baik kata, sikap, maupun pikiran, diikuti dengan keteladanan, rendah hati, tidak pilih kasih dan memahami kebutuhan umat, sesuai sikon yang kadang cepat berubah. Semua niat ini akan sia-sia kalau tidak dibarengi dengan upaya nyata dan doa.
Bapak/Ibu, Saudara/saudari terkasih,
Santo Paulus telah menguatkan kita “Roh membantu kita dalam kelemahan kita” (Rm 8:26). Kita mengakui kelemahan diri dalam menghadapi tantangan yang kita hadapi. Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa benih lalang akan tumbuh bersama benih baik yang kita tabur (bdk: ayat 26 dan 30). Semakin kita bergiat, godaan dan tantangan juga akan selalu menyertai. Namun percayalah dengan berdoa dan mohon Roh Kudus, kita menjadi kuat serta bersemangat untuk hidup berdasarkan iman kristiani. Iman yang bersumber dari Kerajaan Surgawi untuk memuliakan Tuhan dan juga untuk memuliakan sesama. Dan apa yang kita tabur pastilah akan menghasilkan buah.
Romo Stef Heri, ketua Karitas dan Komisi PSE Keuskupan Purwokerto pernah mengatakan, “berbagilah seturut nafas kristiani” dalam memaknai salah satu program andalannya : DULICAK. Nafas iman kita adalah Yesus Kristus, sang empunya Kerajaan Surga. Untuk itu marilah kita berdoa : Utuslah Roh-Mu, ya Tuhan dan baharuilah niat dan semangat kami. Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amin.
Berkah Dalem.
Yerry Wenur
Lingk. St. Agustinus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu