Hari Minggu Biasa XIV (5 Juli 2020)
Za. 9:9-10; Mzm. 145:1-2,8-9,10-11,13cd-14; Rm. 8:9,11-13; Mat. 11:25-30.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”(Mat 11:28)
Bapak/Ibu, Saudara/i sahabat Yesus terkasih.
Merenungkan bacaan Injil hari ini, yaitu tentang ajakan Yesus Kristus agar kita datang kepada-Nya, saya diingatkan kembali pada peristiwa sewaktu saya masih remaja. Waktu itu saya masih sekolah di salah satu STM atau sekarang lebih dikenal sebagai SMK di kota Solo. Saya menjadi anak kost yang terjerumus dalam kenakalan. Terjerumus karena dari kecil sampai SMP saya adalah anak yang baik, ora neko-neko, patuh dan sangat menghormati orang tua. Setidaknya itu yang bisa saya ketahui dari beberapa orang tua teman saya yang menyuruh anaknya mencontoh saya. Namun semenjak saya sekolah di luar kota dan menjadi anak kost, semuanya mulai berubah. Saya menjadi terbiasa dengan gaya hidup yang baru. Minum-minuman keras, konsumsi pil koplo yang cukup populer saat itu dan juga saya hobi dengan berbagai bentuk perjudian. Saya mulai tidak jujur dan berani pada orang tua. Kehidupan iman saya saat itupun sangat kering. Jangankan mengikuti misa atau terlibat kegiatan di gereja, berdoapun saya tidak pernah. Menginjak kelas 3, mulai muncul kegelisahan di dalam hati. Saya mulai bertanya pada diri sendiri. Apa yang sebenarnya saya cari dari hidup saya yang seperti ini? Hingga akhirnya saya menemukan tempat bercerita atau berbagi yaitu dengan nenek saya. Nenek seorang penganut kejawen. Singkat cerita akhirnya saya mulai belajar untuk nglakoni atau bermati raga. Dari puasa ngrowot, ngasrep sampai ngebleng. Ada juga semacam wiritan dalam bahasa jawa yang harus saya baca setiap malam. Pelan tapi pasti saya mulai meninggalkan kebiasaan lama saya. Menep atau ketenangan hati mulai saya rasakan. Dan di penghujung tirakat ini, nenek saya menekankan bahwa proses yang sudah saya lalui ini tujuan utamanya adalah mencari keselamatan hidup dunia akhirat dengan mengarahkan hidup kepada Tuhan sesuai dengan keyakinan iman saya.
Dan hasilnya mulai nampak dengan perubahan dalam hidup saya. Saya tinggalkan semua kebiasaan lama yang tidak baik dan saya mengarahkan hidup saya kembali mendekat kepada Tuhan. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”(Mat 11:28). Dengan sarana mbah putri, Tuhan Yesus telah berkenan memanggil diri saya untuk datang kepada-Nya. Dan saya yang pada saat itu berada dalam pencarian dan kemudian penyerahan sungguh menemukan kelegaan.
Bapak/Ibu, Saudara/i sahabat Yesus terkasih.
Dalam kehidupan kita saat ini segala sesuatunya tidak bisa kita lakukan sendiri. Mbah putri hanyalah salah satu sarana yang dipakai oleh Tuhan. Sangat mungkin Tuhan memakai sahabat atau pasangan hidup atau anak-anak kita atau siapa saja untuk menyadarkan hidup kita yang salah. Bisa juga ajakan Tuhan itu melalui sebuah peristiwa di sekitar hidup kita. Pada saat kita berada dalam kesombongan hidup, merasa bisa mengatasi segalanya sendiri, saat itulah kita menjadi golongan orang “bijak dan pandai” yang tidak bisa melihat dengan baik akan rahmat Tuhan. Seperti tertulis di dalam Matius 11:25 “Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.’” Ahli taurat dan orang-orang Farisi menjadi contoh dalam hal ini. Mereka tergolong orang bijak dan pandai secara duniawi. Dengan keahliannya tentang hukum taurat mereka pakai untuk kepentingannya sendiri dengan menindas dan membebani orang-orang kecil. Ketika rahmat keselamatan itu datang ke dunia melalui diri Yesus Kristus, mereka tidak mampu memahami penyataan Allah ini. Rahmat Tuhan datang bagi orang kecil yaitu mereka yang menyadari membutuhkan pertolongan, yang mau mendengarkan, yang rendah hatinya dan mau membuka diri untuk kehadiran-Nya.
Bapak/Ibu, Saudara/i sahabat Yesus terkasih.
Mari kita merenungkan bagaimana kita menanggapi ajakan Yesus. Apakah seperti orang “bijak dan pandai” yang mengandalkan dirinya sendiri? Atau seperti orang kecil yang senantiasa merindukan pertolongan-Nya melalui kepekaan hadirnya orang lain atau peristiwa hidup di sekitar kita? Siap sediakah kita dipakai Kristus untuk menjadi sarana-Nya menyapa mereka yang sedang membutuhkan pertolongan, berada dalam penderitaan, kekeringan iman atau permasalahan hidup lainnya? Mari dengan jujur kita temukan jawabannya di hati kita masing-masing.
Paroki kita saat ini sedang membangun gedung pastoran yang baru setelah peristiwa kebakaran beberapa waktu yang lalu. Ada ajakan untuk membantu baik secara spiritual dalam doa maupun secara materiil dalam wujud pikiran, tenaga dan juga pendanaan. Semoga kita dimampukan untuk menyikapi ajakan ini sebagai salah satu ajakan dari Tuhan Yesus sendiri yang berkenan menjadikan kita semua sebagai sarana bagi karya-Nya di dunia ini. Mari dengan sukacita kita ulurkan tangan karena ini semua tujuannya hanya satu yakni Amrih Mulyo Dalem Gusti.
“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” (Ams 1:7).
Berkah Dalem
Beny Santoso
Lingk. St. Yoh. Paulus II
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu