Hari Raya Paskah VI  (17 Mei 2020)

Kis. 8:5-8,14-17; Mzm. 66:1-3a,4-5,6-7a,16,20; 1Ptr. 3:15-18; Yoh. 14:15-21.

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.” (Yoh 14 : 18).

Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus yang terkasih.

Kasih yang diberikan orangtua kepada kita tidak bisa terhapus sepanjang masa. Teladan hidupnya sangat indah untuk dikenang. Ajaran-ajarannya adalah pelita penuntun langkah hidup kita. Dan semua yang mereka berikan untuk kita tidak bisa kita bayar dengan harta benda apapun. Maka pantaslah kita membalas kebaikan dan kasih mereka dengan melakukan perbuatan baik, seperti yang mereka ajarkan kepada kia.

Selain orang tua yang mengasihi kita. Kita juga punya Seorang Sahabat yang amat mengasihi kita, Dialah Yesus. Yang telah memberikan teladan kasih-Nya bagi kita. Yang telah memberikan seluruh hidup-Nya bagi kita. Yang telah memberikan nyawa-Nya untuk kita. Dan menebus kita dengan darah-Nya yang Kudus.  Bahkan Dia berjanji tidak akan meninggalkan kita sebagai anak yatim piatu. Dia selalu ada menyertai hidup kita.

Oleh karena kasih-Nya, kita pun dipanggil dan diutus untuk mengasihi Dia. Untuk menjadi saksi-Nya. Seorang saksi ialah seorang yang berani memberitakan  kebenaran. Berani berbicara jujur, berani membela yang tidak bersalah. Tetapi, sering kali kita mengalami pergumulan batin manusiawi untuk berbicara jujur. Mulut ini seakan terkunci untuk berbicara benar tentang ketidak-adilan yang kita saksikan di dunia ini. Kita menjadi lemah tak berdaya. Kita menjadi pelupa, bahwa kita punya Seorang Sahabat penuh kuasa, yang selalu menyertai hidup kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita sebagai yatim piatu.

Sebagai sahabat Yesus, kita seharusnya berani mengasihi-Nya; berani menjadi saksi kebenaran. Berani mewartakan kebenaran. Berani membela  sesama kita yang tertindas. Walaupun kadang kita harus menerima kekecewaan, dibenci, dicaci maki, diolok-olok, difitnah, dan dibuang. Ingat! Yesus bahkan meminta lebih banyak dari kita, yakni bahwa kita harus mencintai mereka yang membenci kita, membalas kejahatan dengan kebaikan, membalas kebencian dengan cinta. Bukankah “Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku….”(Luk 21:17).

Karena kita lemah dan bukan apa-apa. Maka Yesus memberi kita  seorang penolong, yaitu Roh Kebenaran. Roh Kudus  akan menjadi sumber kekuatan, keberanian, dan pengharapan; untuk mendukung kita dalam menghadapi tantangan hidup yang kita alami sehari-hari. Supaya kita yang telah menerima Roh Kudus  sanggup menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya. Karunia ini diberikan karena kasih Yesus yang kaya dan berlimpah, yang disediakan-Nya bagi kita yang berusaha mengasihi-Nya. Maka pemberian Roh Kudus yang dijanjikan Yesus, harus selalu menjadi pengharapan kita di dunia. Pemberian Roh Kudus dimaksudkan untuk mengatasi ketakutan kita, menuntun dan menguatkan kita, menolong kita agar tetap setia kepada Yesus yang kita imani.

Roh Kudus ialah Roh Kebenaran. Roh yang menguatkan kita dalam kebenaran sehingga kita akan mampu untuk tetap teguh dalam iman kepada Yesus. Roh Kudus pun memberi kita keberanian untuk mempertaruhkan hidup kita demi iman kepada Yesus. Supaya kita mampu untuk menjadi seorang beriman yang sejati dan pengikut Yesus yang setia. Roh Kudus berjuang di dalam diri kita untuk menghantar kita kepada Kerajaan Allah.

Sebab ada tertulis, “Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun akan mengasihi dia dan menyatakan diriKu kepadanya.” (Yoh 14:21)

Pemberian Roh Kudus adalah janji Yesus untuk tidak meninggalkan kita sebagai yatim piatu. Mari kita sadari kehadiran Roh Kudus di dalam hati kita. Dan tak lupa meluangkan waktu untuk menyapa-Nya. Supaya Roh Kudus dapat selalu berkarya di dalam hidup kita.

Tuhan memberkati.

DY. Chandra Heng

Lingk. St. Mikael