RENUNGAN

Taat dan Setia Sampai Akhir

Hari Minggu Palma – Mengenangkan Sengsara Tuhan  (4 April 2020)

Mat. 21:1-11. Yes. 50:4-7; Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24; Flp. 2:6-11; Mat. 26:14-27:66 atau Mat. 27:11-54.

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Flp 2:8)

Bapak/Ibu dan Saudara/i yang terkasih.

Hari ini kita merayakan Hari Minggu Palma. Kita dibawa memasuki minggu suci serta diajak untuk merenungkan misteri Paskah Tuhan yang menyelamatkan umat manusia.

Untuk menyelamatkan manusia serta menghancurkan penderitaan manusia karena dosa dan maut, mengapa Allah perlu menjadi manusia bahkan rela menderita? Semua itu dilakukan-Nya karena Allah begitu mencintai manusia dan ingin menanamkan sikap melawan dosa dan maut itu dalam diri manusia. Di sisi lain Allah juga tidak mau menjadikan manusia sebagai boneka karena Allah menjamin kebebasan kehendak manusia.

Taat-2Bacaan hari Minggu Palma ini juga seperti merangkum masa prapaskah yang sudah kita lewati. Jika kita lihat bersama-sama, bacaan minggu ini terdiri dari dua bacaan yang tampaknya sangat bertolak belakang. Bacaan pertama menunjukkan bagaimana Yesus sebagai Raja yang dielu-elukan sebelum memasuki kota Yerusalem, Ia disambut dengan sorak-sorai kegembiraan. Akan tetapi dalam bacaan Injil ditunjukkan bagaimana Raja itu mengalami kesengsaraan bahkan berakhir di palang penghinaan. Sementara dalam bacaan kedua diceriterakan bagaimana Yesus menjalani semua itu dengan penuh ketaatan kepada Allah Bapa. Sekilas kisah ini sungguh ironis, namun mari kita coba renungkan lebih lagi. Ternyata kisah dalam bacaan-bacaan tersebut memuat makna yang sangat dalam bagi kehidupan kita.

Melalui bacaan-bacaan minggu ini, kepada kita sedang ditunjukkan cerminan diri kita dan bagaimana posisi kita sebagai murid sekaligus sahabat Yesus. Dalam situasi tertentu, kita dengan semangat dan penuh antusiasme menyambut dan mengelu-elukan Yesus sebagaimana orang-orang Israel menyambut Yesus ketika memasuki kota suci. Tetapi dalam situasi lain mungkin kita berada dalam posisi sebagai pribadi yang berteriak lantang: “salibkan Dia!!! … salibkan Dia!!!”. Mungkin kita perlu bertanya pada diri kita masing-masing, pernahkah kita menempatkan diri sebagaimana orang-orang Israel tersebut? Apakah kita juga mengalami sorakan saat menyambut Yesus menuju Yerusalem: “Hosana Putra Daud” berubah dengan cepat menjadi teriakan: “Salibkan Dia”?

Bapak/Ibu dan Saudara/i yang dikasihi Tuhan.

Dalam keseharian, tanpa disadari kitapun sering berada dalam posisi sebagaimana orang-orang Israel tersebut. Ketika bangun pagi kita memuji dan menyambut Tuhan Yesus dalam doa kita. Mengucap syukur atas anugerah kehidupan dan rahmat kesehatan yang Dia berikan. Namun tidak begitu lama saat kita memasuki dunia kehidupan sehari-hari, baik bekerja maupun aktivitas lain, kita bisa dengan cepat berubah menjadi orang yang menambah penderitaan Yesus. Emosi, egoisme, berbicara kasar kepada orang lain, merendahkan orang lain, mudah menghakimi, kesombongan, perbuatan tidak jujur dalam pekerjaan, korupsi, menipu, dan lain sebagainya. Yang kita lakukan itu adalah perbuatan yang menambah bilur-bilur luka Yesus karena menanggung dosa-dosa kita.

Masa Prapaskah yang telah kita jalani mengingatkan kita bagaimana kita harus lebih konsisten untuk hidup benar di dalam Kristus, tetap taat dan setia sampai akhir. Contoh yang Tuhan Yesus berikan untuk mengalahkan dosa dan maut, ditanggapi secara salah oleh para murid dan orang-orang terdekatnya, karena memandang semua yang Yesus lakukan melalui kacamata duniawi. Pengkhianatan yang dilakukan Yudas, sangkalan yang Petrus lakukan, serta para murid yang lari terbirit-birit saat Yesus ditangkap, sepertinya juga ada dalam diri kita, yang seringkali menjauh dari Yesus dalam kehidupan kita. Namun satu hal yang harus tetap kita miliki adalah niat yang kuat dengan merendahkan diri untuk kembali kepada Kristus meskipun kita berkali-kali jatuh ke dalam dosa.

Bapak/Ibu dan Saudara/i yang terkasih.

Semoga dalam memasuki Minggu Suci ini kita semua semakin bertumbuh dalam iman. Semakin mengimani bahwa Yesus mengorbankan nyawa-Nya dengan cara yang sangat rendah adalah demi menebus dosa-dosa manusia. Yesus melakukan pengorbanan total itu karena taat dan setia kepada Bapa-Nya.

“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Flp 2:8)

Untuk itu mari Bapak/Ibu dan Saudara/i sahabat Yesus, kita coba refleksikan ketaatan dan kesetiaan Yesus pada Bapa-Nya pada situasi yang kita hadapi saat ini. Kita yang saat ini tengah “dipaksa” tinggal di rumah, sedang “dipaksa” untuk tidak mengikuti ekaristi bahkan tidak bisa merayakan Tri Hari Suci secara bersama-sama di gereja. Masih bisakah kita menerima semua peristiwa ini dengan rendah hati, taat dan setia? Mungkin sebagian besar dari kita saat ini tengah mengalami kerinduan yang mendalam untuk bisa segera berjumpa dengan Kristus dalam ekaristi kudus. Namun akankah kita terus setia memelihara kerinduan ini selamanya, ataukah saat kesulitan ini sudah lewat kita akan berubah kembali menjadi sosok yang menambah luka-luka Yesus?

Semoga kita semua bisa menjaga kerendahan hati, ketaatan dan kesetiaan kita kepada Kristus sampai garis akhir. Amin.

Berkah Dalem

Benedictus Widiyanto

Lingkungan St. Stefanus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.