Hari Minggu Prapaskah III (15 Maret 2020)
Kel. 17:3-7; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; Rm. 5:1-2,5-8; Yoh. 4:5-42 atau Yoh. 4:5-15,19b-26,39a,40-42.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal. ” (Yoh 4:13-14)
Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.
Memasuki Tahun 2020 berita tentang banjir menjadi trending topic, baik yang melanda ibukota maupun beberapa kota lainnya. Bahkan berulang, tanah longsor pun tak terelakkan karena curah hujan begitu derasnya. Keadaan ini berbanding terbalik dengan musim kemarau yang panjang di musim sebelumnya. Sawah, ladang, sungai mengering. Bahkan di beberapa daerah tanah retak-retak dan sumber mati air mengering. Dalam keadaan seperti ini masyarakat berjuang untuk mendapatkan air bersih demi melangsungkan kehidupan, menunggu dan memohon turunnya hujan dengan melakukan berbagai cara dan tradisi masyarakat. Air begitu berharga dan sungguh menjadi barang mahal. Masyarakat pun bersunggut-sunggut kapan kemarau berakhir. Semoga ada kesejukan dan berharap sumber mata air melimpah.
Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.
Coba kita simak sepenggal syair lagu di bawah ini :
Seperti rusa rindu sungai-Mu
Jiwaku rindu Engkau
Kaulah Tuhan hasrat hatiku
Ku rindu menyembah-Mu
Syair lagu di atas menggambarkan kerinduan seseorang akan kasih Allah, di mana kerinduan tersebut digambarkan seperti rusa kehausan yang mencari aliran sungai untuk melepas dahaganya. Memasuki minggu prapaskah ke ketiga, kita semakin haus akan kasih Allah dengan proses berjuang meninggalkan kenyamanan, kebahagian semu, kesenangan dunia menuju ke pertobatan. Olah batin, mencari dan melakukan kehendak Allah dan menimba kekuatan dari-Nya.
Meninggalkan zona nyaman, kemapanan hidup dan menunggu ketidakpastian akan masa depan merupakan hal yang tidak mudah. Kita melawan ketidak-sabaran dan emosi yang menguras tenaga serta pikiran. Musa rupanya juga mengalami hal yang demikian. Musa menghadapi bangsa Israel yang bersungut-sungut karena kehausan ketika melewati gurun Sin dan berkemah di Rafidim. Mereka menyalahkan Musa, mengapa harus keluar dari Mesir kalau harus mengalami kehausan. Musa pun berseru mohon pertolongan kepada Tuhan. Maka Tuhan memberikan solusi dengan menyuruh Musa memukul gunung batu di Horeb. Terpancarlah sumber air untuk dapat digunakan minum melepaskan dahaga.
Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.
Injil yang kita dengar hari ini juga membicarakan tentang air. Air menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa tergantikan dengan apapun. Maka seperti halnya perempuan-perempuan lain, perempuan Samaria pun menimba air di sumur Yakub untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Tetapi ia menimba air pada siang hari ketika keadaan sepi, tidak seperti pada umumnya orang-orang menimba air pada pagi hari. Perempuan ini merasa hidupnya kering karena telah lima kali bersuami, dan yang sekarang tinggal seatap dengannya bukanlah suami yang terikat dengan perkawinan yang sah.
Karena ada rasa malu, tersisih dan menjadi bahan pergunjingan orang, maka perempuan ini menghindar dari keramaian. Zona nyaman bagi dia adalah dengan menimba air di siang hari. Tapi jalan Allah harus terjadi. Orang Jawa bilang ”wes ginaris”, bertemu dengan sang Sabda yang meminta, “Berilah aku minum”. Permintaan paling sederhana sebagai awal perjumpaan dan dialog dengan Yesus dimulai dari hal yang paling sederhana.
Dialog Yesus dan perempuan Samaria tentang air kehidupan itu sarat akan makna. Hanya dengan hati terbuka, apa yang dikehendaki Yesus atas hidup perempuan itu dapat dicerna, yakni minum air hidup yang membuat tidak akan pernah haus lagi. Perempuan Samaria itu mengakui keberdosaannya dan terbuka menerima Yesus, sumber air kehidupan. Dia menjadi optimis dan penuh sukacita berlari ke kota memberi kesaksian tentang Kristus. Kepada orang-orang di kota diwartakannya perjumpaan dengan Yesus dan bagaimana ia telah diselamatkan-Nya. Mereka datang kepada Yesus, mendengarkan perkataan-Nya dan menjadi percaya bahwa Yesus benar-benar Juruselamat dunia.
Sosok Peremuan Samaria adalah contoh dan teladan bagaimana dia datang mencari air kehidupan. Kita pun diajak mencari air kehidupan dengan datang kepada Yesus dan mendengarkan kehendak-Nya. Terbuka hati mengakui keberdosaan kita dan menerima rahmat kasih dan pengampunan-Nya. Kini, lewat sakramen-sakramen gereja air kehidupan itu kita terima. Antara lain, kita dapat menimba kekuatan dari air kehidupan yang mengalir lewat sakramen tobat dan ekaristi. Sabda pengampunan dan kasih Allah akan menyembuhkan dahaga dan jiwa yang kering. Akhirnya kesejukan, kedamaian dan sukacita akan memenuhi hati kita dan terpancar keluar kepada sesama.
“Air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai ke hidup yang kekal” (Yoh 4:14)
Mari menimba air kehidupan dari sumber keselamatan. Itulah air kehidupan abadi yang tak pernah habis mengalir dari tempat tinggi (surga) ke tempat yang lebih rendah (bumi), tanpa mengurangi kualitasnya untuk membersihkan, menyegarkan dan menyejukkan jiwa.
Berkah Dalem
Laurensia Moerdaninggar S.
Lingk. St. Paulus
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu